Masih ingat polisi duel dengan seorang pencuri seng pelat kereta api di Simpangharu, Padang pekan lalu? Di Batang Anai, Padangpariaman, seorang anggota korps Bhayangkara justru terlibat perkelahian dengan orang gila.
Dalam peristiwa itu, orang gila tersebut tewas ditembak polisi. Sedangkan sang polisi, mengalami luka bacok di punggung, lengan dan kepala.
Pria stress itu diketahui bernama Jamaris, 45, warga Pasar Usang, Kecamatan Batang Anai, Padangpariaman. Dia ditembak setelah membacok polisi yang berusaha menenangkannya saat mengamuk di jalan raya.
Jamaris mengamuk di jalan raya Pasar Usang sekitar pukul 12.00. Dia membawa sebilah sabit dan mengayun-ayunkan pada pengguna jalan dan masyarakat. Tak ayal, aksinya itu membuat warga ketakutan dan mengganggu arus lalu lintas di kawasan tersebut. Warga kemudian melaporkan kejadian ini ke Polsek Batang Anai.
Mendapat laporan, petugas piket Polsek Batang Anai meluncur ke lokasi menenangkan Jamaris. Bukannya tenang, Jamaris malah menyerang petugas.
Malang bagi Aipda Julius. Saat lengah, Jamaris melayangkan sabit ke tubuhnya. Jamaris membacok Julius bertubi-tubi, sehingga melukai kepala dan punggungnya. Merasa terancam keselamatannya, Julius mencabut pistol di pinggangnya dan melepaskan beberapa kali tembakan ke arah Jamaris. Tembakan itu mengenai dada pria yang diketahui menderita kelainan jiwa dan sering mangkal di lokasi itu.
“Mungkin saat itu anggota saya merasa nyawanya terancam, dia lalu melepaskan dua kali tembakan yang mengenai dada korban. Pengakuan anggota lain yang ikut ke lokasi, dia sempat melepaskan tembakan peringatan namun tidak diacuhkan korban. Akhirnya, dalam kondisi terjatuh dia melepaskan tembakan ke arah korban,” kata Kapolsek Batang Anai Iptu Indra Syaputra.
Sekitar pukul 15.30, jenazah Jamaris, 45, dan Aipda Julius sampai di RS Bhayangkara Padang. Jamaris dibawa dengan mobil ambulans Puskesmas Keliling Pasar Usang, sementara Julius dibawa ambulans Puskesmas Keliling Sikabu.
Begitu sampai di RS, jenazah Jamaris dimasukkan ke ruang jenazah RS Bhayangkara, sementara Aipda Julius dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD). Setelah dilakukan penanganan medis, Julius dipindahkan ke Ruangan Anggrek IV.
Di ruang perawatan, Julius dijaga beberapa anggota kepolisian. Terlihat, luka di tubuh korban telah dibalut perban. Ada beberapa bagian yang dibalut, yaitu kepala, punggung, dan lengan.
Menurut Kapolsek Batang Anai, Iptu Indra Syaputra, saat dibawa ke RS, kondisi Julius sempat kritis. Beruntung, setelah ditangani dokter kondisinya mulai membaik. “Kami belum bisa meminta keterangan, karena dia masih shock dan mendapatkan perawatan,” jelas Indra.
Di sisi lain, beberapa keluarga Jamaris yang tewas terlihat berkumpul di depan ruang jenazah RS Bhayangkara untuk menunggu proses penanganan jenazah oleh pihak RS.
Sap, 43, salah seorang adik korban mengatakan, dia mengetahui kejadian tersebut setelah mendapatkan telepon dari salah seorang warga. “Kakak saya ini (Jamaris, red) memang sudah lama mengalami gangguan jiwa. Namun, selama ini dia tidak pernah mengamuk. Saya yakin dia mengamuk karena ada orang yang telah mengganggunya,” ungkap Sap.
Walaupun begitu, Sap menyayangkan kakaknya harus ditembak sampai mati. Dia mempertanyakan, kenapa harus ditembak di bagian dada, yang jelas-jelas akan mematikan. “Apakah tidak bisa menembak bagian lain untuk melumpuhkannya?” tanya Sap.
Menurut Sap, saat ini keluarganya masih berembuk, apakah akan menuntut polisi atau menyelesaikan kasus ini sampai di sini saja.
Kapolsek Batang Anai, mengaku jajarannya sudah melakukan pembicaraan dengan pihak keluarga korban terkait kejadian ini. Dia mengklaim, pihak keluarga korban sudah memaklumi kejadian tersebut. “Saat ini proyektil peluru telah dikeluarkan tim dokter, jenazah korban hanya dilakukan otopsi luar. Sedangkan seluruh biaya rumah sakit ditanggung polisi,” jelasnya.
Tidak Harus Main Tembak
Koordinator Police Wacth Sumbar, Ilhamdi Taufik menyayangkan penembakan itu. Dia menilai, polisi tidak harus menembak di bagian dada.
“Polisi kan sudah mendapatkan pelatihan beladiri yang baik mulai dari menjalani pendidikan. Kalau memang harus melepaskan tembakan, kan bisa di bagian kaki sehingga warga tersebut tidak tewas,” jelasnya.
Lebih tegas dikatakan Ilhamdi, polisi memiliki ilmu tentang psikologi masyarakat. Seharusnya, kata Ilhamdi, saat menerima laporan dari warga mereka lebih berhati-hati, sehingga tidak terjadi hal seperti ini. Dia menduga polisi tidak menjalankan tugas sesuai protap. (*)
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar