Featured Video

Selasa, 09 Oktober 2012

Trip Murah Meriah ke Taman Nasional Komodo Jilid 5


Senja di Pulau Kambing, Taman Nasional Komodo. Doc: Cornila Desyana
 Labuan Bajo - Perjalanan Tempo dengan dua turis lokal serta dua wisatawan mancanegara di Taman Nasional Komodo, 30 September 2012, tidak berakhir dengan bersua komodo pada Pulau Rinca saja. Bersama kapten kapal Dua Lestari, Idris, kami melanjutkan pelayaran ke Pulau Kambing.


Namanya memang Kambing. Tapi, sungguh, tak ada hewan mengembik di pulau itu. Bahkan, selain rerumputan kering yang merambati bukit kecil, hanya ada pasir pantai, batu karang, serta habitat laut seperti koral yang ada di sana. Di sini, kami melanjutkan aktivitas snorkeling seperti yang sebelumnya kami lakukan di Pulau Kelor. (Baca selengkapnya di: Trip Murah Meriah ke Taman Nasional Komodo Jilid 1).

Tapi, kala itu, mentari akan segera turun. Tak mau menyia-nyiakan pemandangan yang tak pernah terlihat di Jakarta, Tempo langsung berpindah tempat ke balik pulau. Menapaki karang licin dan pecahan koral serta kulit kerang membuat telapak kaki sakit. Tapi, setelah melihat sisi lain pulau, semua nyeri itu terbayar.

Matahari nan bulat sempurna perlahan tenggelam ke balik cakrawala. Membuat warna langit tergradasi. Hitam keabuan di langit luas, kuning pada tingkat bawahnya, dan oranye tua di sekitar matahari. Mengagumkan.

Waktu matahari hampir kelelep, kami berjalan kembali ke kapal. Kalau saja terlalu lama di sana, karang licin tak lagi bisa jelas dilihat mata telanjang. Perlu penerangan seperti lampu petromaks atau senter. Sedangkan kami tidak membawa alat apa pun yang bisa menerangi jalan.

Di kapal, Kapten Idris langsung memindahkan kapal ke seberang pulau. Mendekati rimbunan pohon bakau. Dan ia meminta kami mendongakkan kepala. Tidak lama, ribuan, bahkan puluhan ribu kelelawar beterbangan di langit senja. Terus-menerus kalong itu keluar dari sarangnya menuju arah timur. “Mereka pergi mencari buah-buahan di pulau lain,” kata Kapten Idris.

Waktu 30 menit sudah berlalu, hewan bersonar itu tak kunjung habis. Bahkan beberapa jaraknya mendekat dengan kapal. Sekitar dua meter dari atap.

Sayang, pencahayaan lemah, gerakan terbang kelelawar yang terlalu cepat, dan kapal yang terombang-ambing gelombang laut membuat sulit mengambil gambar dengan kamera. Gambar terbaik hanya bisa dijepret dengan ingatan.

Malam menjelang, waktunya kapal Dua Lestari membawa kami kembali ke Pelabuhan Pelni di Labuan Bajo. Dan dengan ongkos Rp 200 ribu per orang, kami bisa bertemu si Komo, melihat pertarungan dua kerbau liar, menyaksikan senja di Pulau Kambing, berenang di laut, menghitung ribuan kelelawar, serta menyantap makan siang. Sungguh perjalanan yang menyenangkan dan murah meriah.

sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar