Puluhan hektare sawah di Kecamatan Kubung dan X Koto Singkarak diserang hama tikus. Akibatnya, musim tanam kali ini terancam puso atau gagal panen.
Djanuardi, 45, misalnya. Sawahnya seluas 4 hektare di Nagari Sumani, Kecamatan X Koto Singkarak, diserang hama tikus sejak usia padi 2 bulan. Akibatnya, hampir separuh padinya rusak meski telah disemprot pestisida dan pupuk perangsang pertumbuhan.“Bila tidak teratasi, kami bisa gagal panen seperti tahun lalu. Kami berharap betul instansi terkait membantu mengatasinya,” kata Djanuardi.
Kepala Balai Perlindungan Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPTPH) Sumbar, Arzal membenarkan hama tikus menyerang padi hampir di semua kecamatan di Sumbar.
“Hama tikus ini disebabkan kurang bersihnya lahan sawah. Misalnya saluran air dan pematang sawah. Ini sangat bergantung kesadaran petani menjaga kebersihan sawah mereka,” ulas Arzal.
Arzal memberi beberapa kiat mengatasi hama tikus. “Pertama, tanda-tanda ada tikus bisa dilihat dari jejaknya, kotoran, dan bekas gigitan. Jika ada, segera lakukan upaya pengendalian secara dini,” sarannya ketika dihubungi Padang Ekspres, tadi malam.
Langkah-langkah penanganan adalah mencari bambu bekas sepanjang 2,5 meter. Bambu itu dilubangi kemudian diletakkan di tengah sawah. “Biasanya jam 11, saat panas terik, tikus akan mencari tempat berlindung dan akan masuk ke bambu itu. Nah, jam 11 kita tutup ujung bambu dan masukkan ke karung,” ulasnya.
Selain itu, jelasnya, bisa juga dengan cara menutup semua lobang di sawah dengan lumpur basah pada sore hari. “Kemudian cek pada paginya. Bila berlobang lagi, bisa dipastikan ada tikus. Segera lakukan pengasapan dengan asap belerang atau umpan beracun,” jelas Arzal.
Arzal menjelaskan, sepasang tikus bisa berkembang menjadi 2.000 ekor dalam sekali musim tanam. “Apabila petani tidak bisa menanggulangi, laporkan pada Dinas Pertanian setempat. Tidak bisa juga, tim brigadir perlindungan tanaman dari BPTPH akan turun membantu petani,” ujarnya.
Menyikapi persoalan ini, Ketua DPRD Kabupaten Solok, Syafri Dt Siri Marajo, meminta Dinas Pertanian Perikanan dan Peternakan segera turun ke lapangan dan menentukan langkah-langkah tepat yang harus dilakukan.
“Sebagai daerah penghasil beras ternama, seharusnya ini menjadi perhatian utama Pemkab Solok. Ini sudah mewabah, Dinas Pertanian harus cepat tanggap dan turun ke lapangan,” kata Syafri.
Ketua Serikat Petani Indonesia (SPI) Sumbar, Sukardi Bendang mengatakan, permasalahan hama disebabkan sistem tanam yang tidak serentak. “Jadi, sebetulnya bisa diatasi dengan sistem tanam serentak. Minimal dilaksanakan di masing-masing nagari, atau kecamatan. Selain itu, pertanian organik dan berkelanjutan juga terbukti ampuh mengatasi hama. Sayangnya, pertanian organik di Sumbar belum maksimal,” katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar