Randai
Siapa yang tak kenal suara dan lirik seperti ini; hepta, hepta, heptata..! Di Ranah Minangkabau atau lebih luasnya lagi Sumatera Barat, sebagian besar masyarakat tentu masih mengenalnya. Itu adalah bagian dari permainan randai, salah satu permainan anak nagari selain talempong, pupuik sarunai, saluang dan sebagainya.
Ya, randai merupakan kesenian tradisional Minangkabau yang telah turun-temurun dilestarikan dan dijadikan sebagai
sarana hiburan masyarakat.
Dengan kelengkapan instrumental tadi berikut pemain randai yang biasanya terdiri dari 12 orang untuk balega atau pemain lingkaran juga disebut pemain sorak, penyanyi yang disebut gurindam, tokoh cerita yang diperankan oleh pemain yang juga biasanya merangkap pemain sorak randai menjadi salah satu kesenian tradisional paling banyak diminati dan termasuk dalam muatan pendidikan di Sumatera Barat.
Pada kesenian randai ini, salah satu yang menonjol dari keunikannya yaitu celana yang digunakan para pemain lingkaran. Celana tersebut dinamakan andong atauendong. Celana yang dibuat agak dibesarkan di bagian selangkangan celana tersebut digunakan untuk ditepuk dan dipukul sehingga mengeluarkan bunyi yang khas dengan nada serentak. Bunyi tepukan celana tadi merupakan salah satu penilaian pada beberapa perlombaan dan pagelaran seni oleh sang juri.
Keunikan lainnya dari randai yaitu durasinya yang tak tetap. Dikarenakan cerita yang dimainkan dalam randai juga berbeda sehingga memberikan suasana tersendiri bagi pecinta randai. Ada yang durasi lebih dari satu jam sehingga di dalamnya muncul beragam inovasi gerak tari, nyanyian dari nyanyian minangkabau hingga kebarat-baratan serta inti dari cerita yang dibawakan juga lama.
Di Kabupaten Sijunjung, kesenian randai tersebut cukup membudaya. Pasalnya, dilihat dari segi kuantitas grup randai yang ada membuat ranah lansek manih tersebut memiliki segudang cerita dan pemain randai. Selanjutnya dilihat dari segi pagelaran, lomba dan iven budaya yang ada. Di Daerah ini randai selalu hadir di setiap kesempatan.
Keunikan lainnya yang menjadikan randai sebagai sarana hiburan dan budaya di Kabupaten Sijunjung adalah dengan randai yang dilaksanakan secara batobo atau bergantian. Dalam hal ini, sebuah grup randai akan bertandang ke sasaran randai tetangga dalam rangka silaturrahmi dan berbagi cerita, di luar undangan formal. Uniknya lagi di saat sasaran randai tetangga telah mau bertandang ke sasaran pemilik sebuah group yang biasanya antar nagari, taratak dan jorong.
Maka pihak yang didatangi akan merasakan ada hubungan erat dan niat baik dari tetangga yang mau bermain di arena miliknya. Dengan demikian si pemilik grup yang didatangi akan merasa berutang untuk juga mau bertandang ke sasaran tetangga tadi. Jika hal tersebut tidak dilaksanakan maka utang bertandang tersebut berarti digantikan dengan jumlah nominal uang sebagai alas ganti tetangga telah bertandang.
Salah satu contoh, pada Sabtu (19/1) sebuah grup randai bernama Sibinuang yang berada di Jorong Ganting Nagari Sijunjung yang pernah melakukan silaturrahmi kesasaran tetangga, Nagari Padang Laweh Jorong Ranah Sigading. Pada malam tersebut grup randai Talangbungo dari Nagari Padang Laweh tersebut menunjukkan aksinya bermain randai dengan membawakan cerita Puti Linduang Bulan. Pada kesempatan acara yang diketuai oleh Zulkani Alfian, S.Sn tersebut, hadir pecinta kesenian tradisional Muklis, R yang merupakan ketua DPRD Sijunjung.
Muklis R yang memberikan apresiasi kepada grup randai membuka acara dengan memberikan motivasi kepada para pemain serta penonton. Menurutnya, kesenian tradisi berupa randai merupakan sebuah media mempererat kebhineka Tunggal Ikaan. Ia memandang proses yang terjadi dalam kesenian randai tersebut alamiah dan memupuk rasa kekeluargaan dan pembangunan, arahan politiknya bahwa kekeluargaan yang terjadi mampu berujung pada munculnya ketahanan budaya dan ciri khas masyarakat yang telah dicanangkan melalui program-program kembali ke nagari.
Di lain tempat, juga ada prosesi batobo kesenian randai. Grup randai Bungo Setangkai di bawah pimpinan Mardiwan Arraisi yang mambayia utang atau gantian tampil disasaran randai Sinar Minang Koto Padang Laweh. Bungo Setangkai sendiri membawakan cerita Siti Rohani.
Kembali Muklis R berpesan melalui perwakilan pemerintah yang ada bahwa ia berjanji akan memperhatikan kesenian tradisional terlebih kesenian randai tersebut di Kabupaten Sijunjung seraya ia berniat akan menaikkan anggaran kesenian randai untuk lebih dilestarikan. Disamping kecintaannya akan kesenian tradisional, ketua DPRD yang juga hobi silat tersebut terkesima karena diketahui bahwa untuk mengaktifkan grup randai Sibinuang tersebut anggota randai dengan kreatifnya telah membuat sebuah usaha rumah tangga dengan produk keripik kacang.
s
s
Tidak ada komentar:
Posting Komentar