Featured Video

Jumat, 23 September 2011

YA ALLAH, KAMI TAKUT BENCANA


Bustami Narda

TIDAK terperikan, betapa gelap gulitanya terasa dunia ini, ketika beberapa hari lalu, Padang Panjang Kota Serambi Mekah, tempat waga masyarakatnya sehari-hari hidup, bergerak dan bernafas, dilanda bencana musibah kebakaran. 

Pasar tempat masyarakat sehari-hari berjualan, mencari hidup, berbelanja, memenuhi kebutuhan hidupnya, tiba-tiba diamuk si jago merah. Dimamah lidah-lidah api bergelombang besar yang bukan main garangnya.
Ketika hening mencekam malam, sewaktu dingin meniup selimut warga kota yang sedang terlelap senyap, subuh sekitar pukul 04.30 WIB, 4 September 2011, pekik dan tangis tiba-tiba memecah kelamnya malam. Api yang panas membara meluluhlantakkan, 123 petak kios.
Rupanya kepahitan hidup ini belum juga berakhir. Selang 10 hari kemudian, sekitar pukul 4.30 WIB, pasar kota kecil seluas 23 km2 ini kembali terbakar. Pekik dan tangis, kembali menggema malam ini. Bukan main, 146 petak kios kembali terbakar. Kalau saat terjadi kebakaran sebelumnya kerugian mencapai sekitar Rp2,2 miliar, pada kebakaran kedua kali ini malah mencapai Rp2,8 miliar.
Musibah ini benar-benar merupakan bencana besar yang sulit digambarkan. Ya Allah, kami takut bencana.
Di manapun di muka bumi, siapapun orangnya pastilah akan mengatakan takut dengan bencana. Apakah itu bencana kebakaran, gempa bumi, angin puting beliung, tanah longsor, banjir, gunung meletus dan lain sebagainya.
Berbagai upaya pastilah akan dilakukan semua orang, semua negara dan semua kelompok masyarakat, untuk menghindarkan bencana darinya. Demikian pula, ketika bencana itu telah datang, semua orang itu tadi pun akan terlihat berupaya menanggulanginya.
Banyak upaya yang dilakukan berbagai pihak di setiap negara, khususnya di Indonesia) untuk menanggulangi bencana. Apalagi akhir-akhir ini sering sekali dilanda bencana, seperti gempa dan tsunami di Aceh dan Sumbar.
Tapi, dari semua upaya penanggulangan bencana ini, satu hal yang tidak boleh pernah diabaikan agaknya, melalui doa kepada Yang Maha Kuasa, memohon agar Allah swt menghindarkan semua kita dari segala bentuk bencana.
Bahkan mungkin tidak perlu kita segan dan malu menitikkan air mata, menadahkan tangan ke angkasa sunyi, bermohon sambil menyatakan dari lubuk hati yang paling dalam, “Ya Allah, kami takut bencana.”
Tidaklah ada tempat kita berlari, tempat kita bermohon, tempat kita berlindung dari segala bentuk bencana ini, selain dari kepada Allah swt. Sebab bahagia dan derita kita ada di tangan-Nya, suka dan nestapa kita ada di jari-Nya.
Ketika bencana itu datang juga, satu hal yang amat perlu pula kita hindari adalah berselangsengketa, saling berburuksangka. Apalagi jika sampai pula memanfaatkannya untuk berbagai kepentingan yang tidak pada tempatnya, seperti untuk kepentingan bisnis pribadi, untuk kepentingan politik pribadi dan kelompok serta berbagai kepentingan lainnya, di luar kepentingan para korban bencana itu sendiri.
Sebab, tertimpa bencana itu amatlah pahitnya. Teramat pahit. Teramat sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata. Ketika bencana musibah kebakaran terjadi dua kali di pasar Kota Padang Panjang baru lalu itu, penulis akui penulis tak kuat, atau mungkin dikatakan orang penulis lemah iman, karena tak mampu menahan tangis melihat gelombang api panas membara itu.
Saat inilah penulis benar-benar semakin menyadari, terhadap bencana apapun juga, tidaklah ada satu kekuatanpun yang bisa menandingi kekuatan Allah swt. Secanggih apapun teknologi dipersiapkan untuk mencegah bencana, sekuat apapun barisan yang dirapatkan untuk menghindari bencana, jika Allah swt berkehendak, tidak ada satupun yang bisa menghalangi.
Karena itu, belajar dari dua kali kebakaran dalam waktu yang berselang sangat singkat di pasar Padang Panjang baru lalu, sekali lagi penulis katakan, semakin terbuktilah, kekuasaan Allah sungguh sangat jauh melebihi kekuasaan apapun juga yang diciptakan-Nya. Kita bisa saja mengatakan penyebab kebakaran ini dan itu, penyebab tanah longsor ini dan itu, penyebab gunung meletus, gempa bumi dan lain sebagainya ini dan itu, namun kunci terakhir adalah terletak di tangan Allah swt. Kalau jadi kata Allah, maka jadilah. Karena itu, penulis mengajak kita semua, mari berdoa selalu semoga kota, daerah kita, bangsa kita dan kita semua dihindarkan-Nya dari segala bentuk bencana. Amin! *

Tidak ada komentar:

Posting Komentar