Featured Video

Jumat, 04 November 2011

600 Lebih Lapak PKL Disikat Tim Yustisi


BUKITTINGGI,Sekitar 600 lebih lapak pedagang kreatif lapangan (PKL) di dalam terminal Aur Kuning Bukittinggi ditertibkan Tim Gabungan Yustisi Pemko Bukittinggi yang berjumlah 261 orang.

Tidak ada perlawanan ber­arti dari para PKL, karena aksi penertiban dimulai seiring dengan kumandang azan mag­rib, Kamis (3/11). Selainj itu, cukup banyak juga lapak PKL yang sudah dibongkar sendiri oleh pemiliknya.
Leading sector penertiban PKL di terminal itu di koman­doi Kepala Dishub Bukittinggi Asri Bakar. Ia mengatakan, pola penertiban kali ini, dilaku­kan jauh hari sebelumnya dengan sistem persuasif.
“Setelah sekian lama sejak bulan Ramadan kemarin kita lakukan upaya persuasif, maka sekaranglah saat nya kita lakukan penertiban dengan manyapu bersih seluruh lapak yang ada di dalam terminal. Maka seluruh lini kita libat­kan. Seperti truk PU, truk DKP, mobil pemadam keba­karan dan tim kesehatan,” kata Asri Bakar.
Asri Bakar menegaskan, setelah dibersihkan magrib malam tadi, ia menjamin tidak satupun PKL yang boleh masuk ke terminal. Karena pihaknya juga akan membentuk tim petugas lapangan setiap hari, yang tergabung dari petugas pemko, TNI dan Polri.
“Kalau masih ada PKL yang berani buka lapak di sini, berarti ada sinyalemen, PKL itu di beking oknum. Maka kita akan usut oknum tersebut dan melaporkannya ke dinas atau lembaga yang bersangkutan,” tegas mantan Kasat Pol PP ini.
Beberapa PKL yang dite­mui Haluan ketika mengemasi barang dan lapak-lapaknya mengatakan, mereka akan berhenti berdagang dalam terminal jika memang terminal benar-benar bersih dari PKL. Namun, kalau ada PKL lain yang buka 5 hari lagi setelah penertiban ini, mereka memas­tikan juga akan membuka lapak lagi. “Dima ka tibo nyo lo beko,” kata Eli, salah seorang pedagang konveksi.
Eli didampingi teman PKL lainnya, tidak melakukan perlawanan terhadap petugas yustisi, karena penertiban yang sama sudah rutin dilakukan setiap tahun dengan gerom­bolan petugas berseragam lengkap.
Namun biasanya, tidak berapa lama setelah itu, PKL sudah bisa kembali berdagang seperti biasa. “Penertiban ini sudah biasa kok, setiap tahun. Jadi untuk apa kita melakukan perlawanan. Nanti juga bisa berdagang kembali di terminal ini,” katanya.
Begitu yakinnya para PKL bahwa mereka akan bisa berda­gang kembali dalam terminal, apakah memang karena adanya beking dari aparat atau oknum Pemko Bukittinggi yang mem­back up mereka di belakang, para PKL  tidak ada yang bersedia untuk menjawab. “Kalau beking ka bekingg tu, kami ndak tau. Nan jaleh kami mancari makan Pak,” kata mereka. (h/jon)(haluan)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar