Featured Video

Jumat, 04 November 2011

BATAM AKAN PUNYA MONORAIL


BATAM, Empat puluh tahun Badan Pengu­sahaan Kawasan (BP) Batam atau dulu bernama Otorita Batam berbakti membangun Batam.
Kini Batam telah tumbuh pesat menjadi kota industri dan kota metropolitan. Ratusan perusahaan berbagai bidang, baik dari dalam mau­pun luar negeri berinvestasi di daerah ini. Setekad dengan itu, Batam juga telah tampil menjadi magnet bagi para pencari kerja. Di Batam ada 26 kawasan industri yang menampung ratusan ribu tenaga kerja dari berbagai daerah di Indonesia.

Ketika Pulau Batam perta­ma kali dibuka tahun 1971 silam, pendu­duknya hanya sekitar 6.000 ribu jiwa saja. Sedangkan hasil sensus pendu­duk tahun 2010 jumlah pendu­duk Kota Batam telah men­capai 949.775 jiwa. Pertum­buhan industri dan pening­katan jumlah penduduk yang begitu cepat harus diseiringkan dengan pembangunan infra­struktur dan berbagai fasilitas lainnya, sehingga keduanya bisa saling menopang dan ber­sinergi.
Salah satu hal yang perlu diper­siap­kan untuk meng­antisipasi pertum­buhan indus­tri dan pertumbuhan pen­duduk adalah kelancaran tran­sportasi, baik darat, laut dan udara. Bicara transportasi darat, tak lepas dari alat transportasi itu sendiri, jalan dan jembatan. BP Batam, sejak Pulau Batam dibuka, telah membangun jalan dan jembatan secara terencana dan dikerjakan dengan baik.
Karena jalan dan jembatan di Batam dibangun secara terencana dan terprogram dengan baik, sehing­ga panjang jalan dan jumlah ken­daraan tetap seimbang. BP Batam yang kini telah berusia 40 tahun, tak ingin kelak Batam menjadi macet seperti Jakarta. Di Jakarta, penam­bahan panjang jalan tak seimbang dengan pertambahan jumlah kenda­raan. Bahkan penyediaan tranportasi massal pun belum mampu untuk mengatasi kemacetan di ibukota.
Sehubungan dengan itu BP Batam pun dari jauh-jauh hari telah merencanakan dan meneliti kebu­tu­han transportasi Batam untuk be­berapa tahun ke depan. Ada dua ren­cana utama BP Batam; yakni mem­bangun kereta api, tepatnya mo­norail dan jalan tol. Dari hasil studi yang dilakukan BP dan telah dikoor­dinasikan dengan Kementrian Perhu­bungan, yang lebih cocok untuk diprioritaskan bagi Batam adalah pembangunan monorail. Tahun 2013 ren­cananya pembangunan mono­rail mulai dilaksanakan.
Jalur monorail yang akan diba­ngun ada dua, yakni jalur Tanjung­uncang-Batam Centre sepanjang 17,7 kilometer dan Bandara Hang Nadim-Ba­tuam­par sepanjang 19,6 kilo­meter.
Sebelumnya, BP Batam mengusulkan pemba­ngunan KA monorail tiga jalur ke Kementrian Perhubungan yakni jalur Batuampar-Batuaji sepanjang 27,55 kilometer, Sekupang-Batam Centre 16,48 kilometer dan Nongsa-Batam Centre sepanjang 16,36 kilo­meter.
Namun, setelah masuk tahap studi kelayakan oleh Dirjen KA pada 2010, dise­tujui pembangunan sarana KA mo­norail dari Tanjunguncang-Batam Centre dan Bandara Hang Nadim-Batuampar. “Pembangunan sarana KA monorail ini lebih simpel, karena jalannya berada di atas. Jalur untuk KA monorail tetap meng­gunakan row jalan yang ada sekarang yang lebarnya mencapai 200 meter,” kata Direktur Pembangunan BP Batam, Ir Budiman Maskan MM.
Biaya pembangunan jalan beton KA monorail Rp65 miliar per kilometernya. Sementara harga gerbong KA monorel per unit Rp30 miliar. Empat gerbong KA monorel bisa membawa 406 penum­pang.
Dibutuhkan biaya sebesar Rp1,15 triliun untuk membangun jalur Tanjung­uncang-Batam Centre dan Rp1,24 triliun untuk jalur Bandara Hang Nadim-Batu­ampar. Kecepatan KA mon­orail  ini mencapai 80 kilo­meter per jam.
Harga tiket KA monorail ini juga telah dihitung Rp6.000 per penum­pang. Dibandingkan dengan biaya transportasi saat ini, jelas harga tiket KA monorail itu lebih murah. Apalagi KA monorail bebas macet dan jadwal kebe­rang­katannya ter­jadwal dengan baik.
Terkait dengan kebutuhan transportasi ratusan ribu tenaga kerja serta masyarakat Batam lainnya, jelas KA monorail sebagai solusi tepat
Anggaran yang akan digunakan untuk pemba­ngunan ini bisa berasal dari APBN ditambah anggaran BP Batam dan investor. Proyek ini ditargetkan akan selesai pada 2016 mendatang. Untuk jumlah gerbong yang di­operasikan akan disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi yang ada.
Pembangunan sarana KA sistem monorel ini untuk mengantisipasi lonjakan pen­duduk di Batam yang tumbuh 9 persen lebih per tahun dan juga untuk mendukung in­vestasi di Batam.
Selain membangun KA monorail, BP Batam yang pada 26 Oktober 2011 ber­ulang tahun (hari bhakti) ke 40, juga telah merencanakan pembangunan jalan tol untuk jalur Batuampar-Mukakuning-Bandara Hang Nadim sepan­jang 24 kilometer. Proyek jalan tol ini akan menelan biaya Rp1,6 triliun.
Sama dengan pem­bangu­nan KA monorail, pemba­ngunan jalan tol ini juga bertujuan untuk mengatasi kemacetan di Kota Batam. Selain itu juga untuk memper­lan­car tranportasi angkutan kontiner dari perusahaan ke pelabuhan, begitu juga seba­liknya.
“Jalan tol dibangun untuk antisi­pasi kepadatan jalan di Batam. Sebab, jika jalanan macet, tentunya arus barang dari pelabuhan ke kawasan industri tersendat dan sangat mengganggu,” kata Direktur Perencanaan Teknik BP Ba­tam, Ir Istono beberapa waktu lalu. Rencana pembangunan jalan tol ini sudah ada studi kelayakannya dan investor banyak yang berminat  untuk membangun.
Koordinasi dengan kemen­trian terkait juga telah dilaku­kan, bila telah ada arahan maka proyek ini siap untuk dilelang. Namun demikian berkemungkinan, proyek KA monorail yang akan menjadi prioritas.
Sebab, kalau KA monorail telah beroperasi dengan stabil, otomatis akan lebih memper­lancar lalulintas kendaraan industri di jalan raya. Proyek jalan tol pun tentu akan menjadi prioritas beri­kutnya.
Selain sarana KA sistem monorel dan jalan tol, BP Batam juga telah menyiapkan rencana pembangun jembatan yang menghubungkan Pulau Batam dan Pulau Bintan atau Babin sepanjang 7 kilometer. Jembatan Babin membu­tuhkan biaya sebesar Rp3,6 triliun.
Jembatan Babin dibangun untuk mendorong per­tum­bunhan investasi di kawasan FTZ Batam dan Bintan. (hk/erz)
(haluan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar