Featured Video

Senin, 21 November 2011

LOMBA PERAHU JONG CARA MERAWAT TRADISI


Tradisi pesisir di sepanjang kawasan pesisir Sumatera memang sangat dinamis dan terbuka terhadap kultur yang datang dari luar budaya­nya. Keterbukaan ini menjadikan kulturnya dinamis.

Salah satunya, perahu jong—salah satu permainan rakyat pesisir—yang banyak dimainkan di setiap pulau-pulau di Kepuluan Riau. Perahu jong berupa replika miniatur perahu layar tetapi tidak dikemudikan oleh manusia, melainkan berlayar dengan mengan­dalkan terpaan angin yang menerpa layar perahu jong tersebut.
Permainan rakyat ini biasanya dilakukan di pantai dengan beberapa orang. Biasanya dilakukan dengan perlombaan perahu jong dan dicari yang tercepat sampai di pantai, maka itulah yang menjadi pemenangnya.
Untuk pembuatan perahu jong ha­rus mempunyai keahlian tersendiri, ka­rena harus memilih kayu yang baik dan tidak sembarangan kayu yang di­pakai untuk membuat perahu jong, ma­syarakat pesisir, biasanya untuk pem­buatan perahu jong menggunakan ka­yu pulai kering, karena kayu pulai sa­ngat ringan dan tahan terhadap air laut.
Tidak haya kayu pulai yang menjadi bahan baku pembuatan perahu jong, tetapi bahan untuk layar biasanya masyarakat pesisir menggu­nakan, kain atau plastik yang ber­warna warni untuk memper indah pe­nam­pilan biasanya di bubuhi juga cat berwarna pada perahu jong tersebut.
Pembuatakan perahu jong juga harus dengan keahlian khusus, harus sabar dan teliti karaena bila tidak sempurna maka perahu jong akan berlayar tidak seimbang yang me­ngakibatkan tenggelam atau berlayar tetapi tidak berlayar lurus.
Dan pembuatan perahu juga memakan waktu yang tidak sebentar, untuk membuat satu buah perahu jong, memakan waktu kurang lebih dua minggu, belum termasuk penge­catan dan sedikit ritual agar dalam perlombaan bisa menang.
Amris (57), warga Dompak, Riau Kepri, juara II perahu jong ukuran sedang, mengaku telah mengenal perahu jong sejak kecil yang dulu dimainkan oleh orangtuanya, permai­nan jong dulu hanya untuk meng­hilangkan penat di kala sore hari sepulang melaut. Biasanya kami bermain jong dengan empat atau lima orang di pesisir pantai.
“Sekarang saya wariskan juga kepada anak saya dan cucu, cara untuk membuat perahu jong, dari mulai memilih kayu pulai yang baik dan bahan-bahan lainnya, karena bila tidak pas maka akan menghasilkan perahu jong yang cacat. Bila sudah cacat maka berlayarnya perahu jong tersebut tidak akan sempurna, bisa jadi berlayar selalu miring kearah kiri atau berlayar miring ke kanan,” kata Amris.
Lanjut Amris, bila ingin membuat perahu jong, harus teliti betul dan harus seimbang, jika ingin mengha­silkan sebuah perahu jong yang baik. “Ya sedikit ritual biar menang terus bila bertanding,” ujarnya.
Untuk biaya pembuatan perahu jong menurut Atan, untuk membuat satu perahu jong biayanya tergantung ukuran perahunya, bila jongnya kecil paling biaya yang dikeluarkan sekitar Rp50 ribu, namun jika pembuatan perahu jong yang ukuran besar diperkirakan menghabiskan biaya sekitar Rp150 ribu,” tutup Amris
Pemerintah Kota Tanjungpinang, terus berupanya untuk memper­tahankan atau melestarikan salah satu tadisi kebudayaan melayu ini. Salah satu upaya dari Pemko Tanjung­pinang yakni permainan rakyat pesisir berupa perlombaan perahu jong, diikutsertakan untuk me­meriahkan iven wisata tahunan yang digelar Pemko Tanjungpinang.
Untuk memeriahkan iven Dra­gon Boat Race yang dilaksanakan oleh Pemko Tanjungpinang setiap tahunnya, Pemko Tanjungpinang selalu mengikutsertakan lomba perahu jong yang pesertanya berasal dari berbagai daerah di Kepri maupun pesrta dari luar daerah Kepri.
Dan pada tahun ini Pemko meng­gelar Dragon Baot Race 2011, tidak haya menggelar perahu naga dan lainnya saja, tetapi perahu jong yang merupakan permainan rakyat pesisir juga tetap menjadi salah satu cabang yang diperlombakan. Serta para peserta juga Pemko tidak membatasi bagi masyarakat Kepri saja namun masya­rakat di luar kepri juga boleh ikut dalam perlombaan perahu jong tersebut.
Menurut panitia lomba perahu jong, Boby, mengatakan peserta perahu jong yang ikut serta pada turnamen Dragon Boat tahun ini diikuti sebanyak 187 bpeserta, yang terdiri dari, 56 perahu jong ukuran kecil, ukuran jong sedang sebanyak 57 peserta sedangkan untuk jong ukuran besar sebanyak 74 peserta.
“Peserta yang di luar Kepri terdiri dari dua peserta yakni dari Bengkalis dan Pelalawan, Riau Daratan. Serta peserta dari Kepri sendiri diikuti hampir dari seluruh wilayah Kepri,” ujar Boby. Tambah Boby, untuk ukuran yang masing-masing perahu jong memiliki ukuran yang berbeda-beda. untuk ukuran kecil panitia menetapkan dengan ukuran 75 x 99 cm, untuk ukuran sedang, 100 x 119 cm sedangkan untuk perahu jong ukuran besar yaitu 120 x 180 cm.
Pada perlombaan pertama perahu jong yang digelar pada hari Jumat (18/11) kemarin. Perlombaan itu sendiri digelar di pelantaran depan gedung kesenian Aisyah Sulaiman, tepi laut, Teluk Keriting, Tanjung­pinang. Penonton yang menyaksiakan sangat antusas dan meriah, serta memberi dukungan kepada peserta yang mewakili daerahnya masing-masing. (Laporan Sutana)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar