TRIBUNNEWS/DANY PERMANA
Wakil Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok (tengah) membantu korban banjir di kawasan perumahan mewah Pluit, Jakarta Utara, Sabtu (19/1/2013). Banjir bandang menutup seluruh kawasan Pluit dengan ketinggian lebih dari 2 meter diakibatkan Waduk Pluit yang meluap. TRIBUNNEWS/DANY PERMANA
Meskipun rumahnya di Perumahan Pantai Mutiara Blok J Nomoe 39, Pluit, Jakarta Utara hanya digenangi air setinggi tumit, kompleks perumahan mewah tempat Wakil DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok tinggal boleh dibilang terisolasi karena banjir setinggi dua meter yang melanda Pluit.
Akses menuju rumah mantan Bupati Belitung itupun sangat sulit, mengingat seluruh jalan raya di kawasan Pluit, Muara Karang dan sekitarnya dikepung air.
Perjalanan menuju rumah Ahok pada Sabtu (19/1/2013) kemarin dimulai dari depan Mal Emporium Pluit, di Jalan Pluit Putra. Di lokasi sekitar pukul 14.00 WIB, ketinggian air sudah mulai di depan Mal Pluit Junction, di seberang Mal Emporium Pluit. Kedalaman air di jalan sepanjang kurang lebih 800 meter itu mencapai 1,2 meter.
Di ujung jalan, tepatnya di Jalan Pluit Indah di depan Mal Pluit Village yang juga mengalir air danau dari waduk Pluit, genangan air semakin tinggi hingga mencapai sekitar 1,5 meter. Sejumlah perahu karet milik polisi, marinir, maupun milik warga sekitar nampak berlalu lalang tiada henti.
Berbelok ke jalan Pluit Timur Raya, ketinggian air pun semakin menyeramkan. Pantauan dari atas perahu karet Marinir, luapan waduk Pluit yang tumpah ke jalan tersebut mengakibatkan sejumlah kendaraan besar, seperti Toyota Alphard, Suzuki APV, dan lainnya hanya terlihat bagian atapnya saja. Sebuah mobil terntara bahkan teronggok ditinggalkan di tengah jalan dengan tiga perempat badan kendaraan terbenam air.
Titik terparah yang dilalui untuk menembus ke Perumahan Pantai Mutiara adalah Jalan Pluit Utara Raya. Jalan tersebut sudah tidak mungkin dilalui dengan jalan kaki karena kedalaman yang mencapai dua meter. Ketinggian air yang sama juga terlihat di Jalan Pluit Samudra II hingga gerbang Pantai Mutiara.
Di dalam kompleks, kondisinya pun ternyata tidak kalah menyedihkan. Sejumlah mobil mewah nampak tergenang. Alarm sebuah mobil Toyota Avanza hitam yang terendam terdengar menyalak nyaring akibat korsleting. Para penghuni rumah-rumah mewah yang masih bertahan pun nampak frustrasi.
Mereka hanya bisa memandang ke luar rumah dengan raut wajah pasrah. Setelah menempuh banjir kurang lebih dua setengah jam, akhirnya tiba di depan rumah Ahok yang berwarna putih dan bergaya minimalis itu.
Di depan rumah Ahok, ketinggian air mencapai 80 sentimeter.
"Kemarin padahal belum segini. Paling masih sepaha. Sekarang sudah sepinggang gara-gara waduk meluap," ujar Aan, petugas keamanan rumah Ahok. Aan menuturkan, Ahok sendiri sudah tidak pergi ke Balaikota DKI sejak dua hari lalu.
"Bapak sih tidak ngungsi. Kalau pulang selalu kemari lagi. Kalau istri sama anak-anaknya diungsikan, tapi saya nggak tahu kemana. Mungkin ke Muara Karang, di rumahnya yang lama," ujar Aan.
Lanjut Aan, karena kondisi yang sangat tidak memungkinkan untuk membeli makanan, Aan beserta satu petugas keamanan lain dan dua pembantu rumah tangga Ahok di rumah tersebut setiap hari bergantung dari kiriman makanan.
"Ini baru saja Bapak ngirim nasi kotak buat kami. Bapak dari pagi sudah keluar ninjau wilayah," kata Aan. Sementara itu, tetangga-tetangga Ahok pun mengeluhkan hal serupa. Volume air yang meluap dan pemadaman listrik membuat mereka tidak bisa kemana-mana dan hanya bisa pasrah di rumah.
"Ketinggian air juga baru naik pagi tadi ini gara-gara tanggul meluap. Sebelumnya sih tidak segini," ujar Anton (52), salah satu warga blok J saat ditemui di dalam rumahnya. Anton menuturkan, meluapnya waduk Pluit juga membuat listrik di perumahan tersebut terpaksa dipadamkan.
"Listrik dimatikan sekitar jam 05.00 WIB, ya kita juga nggak bisa kemana-mana. Mobil pun terendam," kata Anton sembari menunjuk mobil Honda CRV warga ungu muda metalik di garasinya yang digenangi air setinggi 50 sentimeter.
Saat ditanya mengapa dirinya tidak mengungsi, Anton menjawab ia enggan. "Lebih aman di rumah deh. Cadangan makanan saya juga masih banyak kok," katanya lagi.
Sementara itu, tenda-tenda pengungsian nampak berdiri di jembatan penghubung Jalan Pluit Raya dan Pluit Karang, tepatnya di samping PLTU. Sejumlah warga juga nampak memenuhi tepian tanggul Kali Muara Karang, sementara Jalan Pluit Barat yang berada di sampingnya terendam banjir.
Berbeda dengan warga dari kalangan tak mampu yang memilih berjejal-jejalan di dalam tenda, warga dari kaum menengah ke atas lebih memilih mengungsi ke lokasi lain yang relatif jauh dari rumah mereka.
"Saya sudah dua hari ngungsi ke Pantai Indah Kapuk. Ini saya lagi mau antar makanan untuk warga-warga yang ngungsi. Kasihan mereka," ujar Selly (33), warga Pantai Mutiara di atas perahu karet.
"Saya sudah dua hari ngungsi ke Pantai Indah Kapuk. Ini saya lagi mau antar makanan untuk warga-warga yang ngungsi. Kasihan mereka," ujar Selly (33), warga Pantai Mutiara di atas perahu karet.
Vinna (31), warga Apartemen Laguna menuturkan bahwa sejak Kamis (17/1/2013) lalu ia sudah mengungsi ke daerah Muara Karang.
"Tapi karena makanan susah, ya terpaksa harus beli juga di supermarket," ujarnya. Vinna menuturkan, akibat banjir itu harga makanan pun ikut naik gila-gilaan.
"Masa' mie goreng saja dipatok jadi Rp 30.000 satu piring. Padahal biasanya cuma Rp 6.000," ujarnya lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar