Featured Video

Minggu, 20 Januari 2013

Mafia China Kuat, Yakuza Serbu Bisnis Kayu dan Minyak di Kalimantan


Mafia China Kuat, Yakuza Serbu Bisnis Kayu dan Minyak di Kalimantan (8)
ISTIMEWA













Manabu Miyazaki, penulis buku tentang Yakuza


Sudah menjadi rahasia umum bahwa yakuza sudah mulai banyak yang pindah ke luar Jepang karena cari uang di Jepang sangat sulit, plus peraturan anti-yakuza jauh semakin menyudutkan mereka di Jepang. Lalu kalau ke luar Jepang ke mana saja mereka banyak pergi dan apa yang mereka lakukan di sana, termasuk ke Indonesia, bukan?

 
Manabu Miyazaki, pengarang sedikitnya 50 buku telah diterbitkan, antara lain buku "Toppamono" yang terjual 600.000 eksemplar dan terlaris di Jepang mengungkapkan langsung semuanya kepada penulis saat ngobrol di sebuah hotel di Tokyo pada hari Sabtu (19/1/2013) kemarin. Miyazaki juga anak seorang top bos Yakuza, kelompok Teramura-gumi, yang bermarkas di Fushimi, Kyoto.
 
“Para anggota yakuza tergencet keras saat ini oleh peraturan yang sangat ketat. Mereka mental ke luar Jepang dan sebenarnya menurut saya akan menyulitkan banyak negara luar Jepang, termasuk ada kemungkinan juga pertentangan terjadi dengan kalangan penjahat setempat di masing-masing negara yang didatanganinya,” paparnya.
 
Para penjahat Jepang itu akan datang umumnya ke negara-negara di Asia karena masih satu suku bangsa yaitu masih sama-sama Asia, wajah tidak jauh berbeda, sehingga mudah berasimilasi dengan budaya setempat.
 
“Orang Asia juga mudah berasimilasi, mudah menyesuaikan diri, walaupun bahasa berbeda tapi itu tak menjadi penghambat untuk tetap menjalankan usaha di negara masing-masing. Kalau ke China mungkin yakuza Jepang agak sulit karena mafia China sangat kuat. Demikian pula Vietnam yang pintar-pintar dan sangat dekat dengan China, kalangan yakuza Jepang biasanya enggan dan kalau pun ada hanya sedikit sekali yang ke Vietnam.
 
Tetapi kalau ke Thailand dan Filipina adalah dua negara terbanyak dihuni kalangan yakuza Jepang. Alasannya, selain otoritas penegak hukum masih dianggap fleksibel, tidak sekeras dan segalak seperti di Jepang, banyak juga perusahaan Jepang yang ada di sana.
 
“Tapi dengan semakin banyak perusahaan Jepang ke Indonesia mulai tahun lalu, maka Indonesia jelas jadi sasaran bisnis dan tempat tinggal kedua kalangan yakuza Jepang yang kabur dari negaranya,Jepang. Mereka akan berusaha mendekati kalangan otoritas seperti polisi dan tentara, mencoba menjadi teman atau sahabat kepada pihak polisi atau tentara, agar usahanya dapat lancar dan terjaga dari dalam kalangan penegak hukum itu sendiri.”
 
Di Indonesia, kalangan yakuza juga banyak datang di Kalimantan khususnya untuk bisnis kayu dan bisnis minyak. Penghasilan keuntungan yang besar menjadi sasaran kalangan yakuza yang bermotif utama uang, uang dan uang selalu.
 
Permintaan dan perdagangan kayu masih laku keras di mana-mana. Kalimantan masih banyak kayu tersedia di sana, dan masih bisa dibisniskan. Pengontrolan masih belum ketat dan kasih uang habis perkara sehingga kalangan yakuza dapat dengan mudah melakukan bisnis besarnya tersebut, tambahnya lagi.
 
Demikian pula bidang kontraktor dengan bisnis berbagai proyek besar, sudah pasti akan diincar kalangan yakuza tersebut. Termasuk pula bisnis energi (pembangkit listrik, batubara, dll) yang melibatkan modal dan uang besar, maka biasanya di sanalah incaran yakuza Jepang menghampiri kita.
 
Di negara yang bersangkutan, misalnya di Indonesia, kalangan yakuza tentu akan mendekati perusahaan Jepang di Indonesia sebagai target mangsa pertamanya. Mereka datang dalam bentuk sebagai “konsultan” perusahaan Jepang tersebut. Apabila perusahaan Jepang itu mendapat ancaman dari preman setempat, biasanya yakuza tersebut akan muncul berhadapan dengan preman Indonesia nantinya.
 
Tetapi apabila saat ini anggota yakuza tua telah memiliki anak perkawinan dengan wanita Indonesia, bukan tidak mungkin sang anak inilah, mungkin masuk bekerja di perusahaan Jepang tersebut, sebagai ujung mata hati “mata-mata” yakuza Jepang yang sebenarnya, sehingga di belakang layar semua teratur dengan baik dan perusahaan Jepang di Indonesia terlindungi dari gangguan preman Indonesia nantinya.
 
“Itulah gunanya yakuza, sehingga perusahaan yang mendapat backing dari mereka tak pusing lagi menghadapi preman-preman lain yang mengganggunya,” jelasnya lagi.
 
Pemanfaatan yakuza bukan hanya oleh kalangan pengusaha saja, tetapi dalam sejarah Jepang yakuza juga dipakai untuk melancarkan proyek pemerintah misalnya saat perluasan pembangunan bandara internasional Narita dan bandara di Nagoya. Bahkan setelah bencana alam 11 Maret 2011, yakuza pun ikut terlibat dipekerjakan di sana, membersihkan lingkungan sekeliling reaktor nuklir Fukushima yang meledak serta kebocoran radioaktif. Tentu saja secara resmi pihak TEPCO, pengelola reaktor nuklir Fukushima membantah hal tersebut.
 
Di Thailand dekat dengan segitiga emas, banyak anggota yakuza terlibat bisnis narkoba, emas dan persenjataan api yang bisa diperdagangkan dengan baik karena memiliki permintaan yang luas. Di Filipina dengan bisnis pelacurannya yang sangat terkenal di Jepang. Banyak pub atau snack-bar Filipina di Jepang saat ini. Praktis mirip perdagangan manusia saat ini di bidang pelacuran banyak dipasok dari Filipina.
 
Itulah berbagai keterlibatan yakuza di ASEAN, terutama di Indonesia mungkin kita perlu lebih hati-hati lagi khususnya justru kepada para pengusaha Jepang yang terlihat keren dari luar, bicara sangat sopan, sangat pintar bergaul, dan sebagainya. Siapa tahu justru yakuzalah yang kita temukan. Cara termudah mengetahuinya, kuasailah dengan baik budaya dan bahasa Jepang, ajaklah bicara bahasa Jepang dengan baik, jangan berbahasa Inggris, maka kita akan merasakan sendiri siapa yang kita hadapi itu sesungguhnya.


s

Tidak ada komentar:

Posting Komentar