Featured Video

Rabu, 28 September 2011

MENANTI LEKAT TANGAN REKTOR UNAND TERPILIH


Karena pemerintah pusat memberi kepercayaan untuk Prof. Musliar Kasim menjadi Inspektorat Jenderal Kementerian Pendidikan Nasional (Irjen Kemendiknas) maka sisa masa jabatannya sebagai Rektor Universitas Andalas tidak bisa dia rangkap. Karena itu diserahkan kepada pelaksana tugas, sampai masa Pemilihan Rektor baru dilaksanakan.

Dan sejak dua bulan terakhir ini berbagai usaha sudah dilakukan oleh para kandidat rektor untuk meyakinkan para pemilihnya. Sebagaimana sudah ditetapkan, tahapan Pemilihan Rektor Universitas Andalas dimulai dari pemilihan yang dilakukan internal universitas sebanyak dua tahap. Tahap pertama memunculkan lima calon. Masing-masing dari keloima calon itu adalah Werry Darta Taifur memperoleh suara 42, Edison Munaf 40 suara, Helmi 28 suara, Novesar Jamarun 25 suara, dan Masrul 16 suara.
Pada pemilihan tahap kedua adalah tahapan dimana dua calon harus tersingkir, sedang yang tiga akan diajukan sebagai kandidat dalam pemilihan yang dilakukan oleh senat guru besar bersama pemerintah pusat c.q Menteri Pendidikan Nasional.
Tiga nama yang sudah diperoleh untuk maju ke pemilihan tingkat akhir adalah Werry Darta Taifur, Edison Munaf dan Helmi. Ketiga guru besar Universitas Andalas itu akan bersaing mendapat suara dari para guru besar dan Mendiknas. Dalam ketentuannya, senat guru besar memiliki 65 persen nilai suara dan sisanya 35 persen adalah porsi Menteri.
Bagi kita siapa saja yang menang dalam Pemiliha Rektor ini tidak masalah karena ketiga calon itu adalah tiga orang guru besar yang tidak diragukan lagi kemampuannya untuk mengelola universitas tertua di luar Jawa ini. Terserah mereka bagaimana bisa meyakinkan para sejawatnya sesama guru besar dan bagaimana pua mereka memberikan rasa yakin kepada Mendiknas untuk ditetapkan sebagai rektor.
Para guru besar sebelumnya sudah mendengarkan bagaimana visi dan misi ketiga kandidat ini. Bahkan ketika tanya jawab dengan senat universitas, para kandidat ditanya dalam dua bahasa Indonesia dan Inggris dan mereka pun menjawab dalam dua bahasa itu. Ini setidaknya untuk menunjukkan bagaimana reputasi internasional para kandidat.
Garis besar pertanyaan senat, lebih kepada tata cara pengelolaan Unand ke depan, integritas, kemampuan, dan pengalaman. Makanya, suara senat berbeda dari suara dosen. Karena ada pengujiannya. Misalnya, Novesar Jamarun yang pada tingkat dosen memuncaki suara sebanyak 206, di tingkat senat harus puas berada di peringkat keempat.
Sementara untuk menilai sikap dan pola tindak, dalam keseharaian mereka (anggota Senat Universitas) juga sudah melihat langsung bagaimana kiprah masing-masing kandidat. Yang tidak melihat langsung tentulah Mendiknas dan jajarannya di Jakarta. Mungkin bagian ini yang juga akan ikut menentukan seberapa jauh Mendiknas bisa dibuat yakin oleh ketiga kandidat rektor nanti.
Dalam visi misi para kandidat, kurang lebih menyampaikan program yang hampir mirip. Calon rektor umumnya menye­butkan, menitikberatkan kepada tata kelola organisasi. Mereka menjanjikan, akan memperketat kompetensi lulusan dan tata kelola keuangan dan tata kelola universitas yang sehat.
Umumnya mereka menjanjikan menjadikan Unand sebagai perguruan tinggi yang terkemuka, unggul, dan kompetitif. Termasuk meningkatkan publikasi ilmiah dan perolehan hak cipta (HAKI).
Perihal bagaimana mengelola keuangan universitas diantara visi dan misi kandidat itu dapat disimak bahwa mereka akan membuat alokasi keuangan universitas dengan mendahulukan apa yang didahulukan. Tiga titik fokusnya adalah penelitian, pendidikan, dan pengabdian masyarakat.
Hal penting yang juga jadi titik perhatian para kandidat rektor Unand ini adalah: riset, kesetaraan mahasiswa dan staf pengajar dan kebersamaan. Termasuk yang juga mengusik semangat tim penguji untuki bertanya ketika penyampaian visi misi kandidat adalah ketika mereka menawarkan program mencari penghasilan tambahan, tapi bukan dari aktivitas belajar-mengajar.
Bagi awam di Sumatera Barat tidak penting benar bagaimana adu argumen antara kandidat dengan para guru besar maupun dengan menteri nantinya. Yang terpenting ketika sudah terpilih dan menduduki kursi rektor, masyarakat Sumatera Barat hanya ingin melihat sang Rektor dapat membawa Unand menjadi universitas kelas dunia tetapi membawa pengaruh kepada masyarakat lokal. Kita tidak ingin Unand hanya jadi menara gading tempat orang-orang sibuk dengan dirinya sendiri, tetapi tidak peduli pada sekitarnya di tempat dia lahir dan tumbuh.***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar