Featured Video

Senin, 31 Oktober 2011

CARTER PESAWAT UNTUK “BARALEK GADANG”


Pesawat Boeing 737-200 Sriwijaya Air itu bertolak dari Bandara Hang Nadim, Batam, sekitar pukul 11.00 siang hari Senin (17/10/2011) itu. Hampir separuh dari sekitar 100 orang penumpangnya berbicara bahasa Minang. PERANTAU MINANG DI NATUNA

Termasuk Gubernur Kepu­lauan Riau H. Muhammad Sani sekali-sekali terbawa pula bercakap Minang ketika me­nyapa penumpang yang orang Minang.
Ke manakah tujuan pesa­wat itu? Ke Bandara Interna­sional Minangkabau (BIM) kah? Ternyata bukan. Sriwijaya Air itu take off dan membelah angkasa ke arah utara, me­lin­tasi Laut China Selatan, menu­ju Landasan Udara Ranai, ibukota Kabupaten Kepulauan Natuna, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Gugus Kepu­lauan Natuna merupakan ka­bu­paten terluar Indonesia, letak­nya sejajar dengan Negeri Serawak, Kalimantan Utara, terdiri dari sekitar 271 pulau besar dan kecil yang sebagian tidak berpenghuni. Selain Gubernur Kepri M. Sani dan rombongan Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Kepri, di dalam pesawat itu ada Kepala Biro Administrasi Pembangunan dan Kerjasama Rantau Setda Sumbar, Dr. Suhermanto Raza, dan stafnya Priadi Syukur; Ketua Komisi IV DPRD Sumbar H. Muslim Yatim, Lc.; Ketua KNPI Sum­bar Adib Alfikri dan istri; Daulat Yang Dipertuan Paga­ruyung S.M. Taufiq Thaib beserta istri dan kerabat Istana Silinduang Bulan dari Paga­ruyung; cendekiawan dan to­koh adat Dr. Ir. Yusirwan Rasyid; Ketua DPP Ikatan Pemuda-Pemudi Minang Indo­nesia (IPPMI) Muhammad Raffik dan rombongan DPW IPPMI Kepri, DPW IPPMI Sumbar; wartawan Haluan, dan tak ketinggalan penyanyi Mi­nang Nedi Gampo dan artis ibukota Ria “SMS” Amelia. Ada pula dua tamu penting tokoh perantau Minang di Malaysia, Tengku Azam bin Tengku Ali dan Atril Suhandi Rajo Aceh. Semuanya sekitar 50 orang yang naik dari VIP Room Bandara Hang Nadim –di luar rombongan Gubernur M. Sani dan Pemda Kepri.
“Pesawat ini kami carter khusus Rp156 juta khusus untuk membawa tamu-tamu acara ‘Baralek Gadang’ ini,” kata Harken, 35, Ketua DPD IPPMI Natuna yang juga ang­gota Komisi Pemilihan Umum (KPU) setempat.
Hoo… IPPMI mencarter pesawat! Dapat uang dari mana? “Kami dibantu Pemkab Natuna sebesar Rp500 juta untuk acara ini,” sambung putra Padang kelahiran Siak Sri Indrapura ini menjelaskan.
Begitu penting dan besarkah hajatan ini? “Ya, ini pertama kali orang Minang di Natuna menggelar acara sebesar itu. Karena itu, kami sungguh sangat berharap Pak Gubernur Sum­bar pun bisa hadir, karena Gubernur Kepri sendiri berse­dia menghadiri acara kita,” kata Harken yang sehari sebelumnya sengaja terbang ke Padang dari Natuna via Batam khusus untuk membujuk Gubernur Irwan Prayitno bisa melepas kerinduan orang Minang di negeri paling ujung Indonesia itu.
Namun sayang sekali, Gu­bernur Irwan yang jauh-jauh hari sudah menyatakan kese­diaannya untuk hadir bersama istri, batal mengunjungi Natuna. Soalnya, pada hari yang sama, Gubernur harus menyampai­kan jawaban atas Pandangan Umum Dewan terhadap Nota Perubahan APBD 2011 di DPRD, dan Wakil Gubernur Muslim Kasim sedang kunju­ngan kerja ke Spanyol. Akhir­nya Gubernur hanya mengirim Suhermanto Raza untuk me­wakilinya.
Pelantikan
DPD IPPMI Natuna
Meskipun awalnya kentara sekali gurat kekecewaan dari anak-anak muda perantau Minang itu atas batalnya kehadiran gubernur Irwan Prayitno, namun hati mereka nampak mulai terobati ketika acara penyambutan di Lan­dasan Udara Ranai, Senin siang yang cerah itu. Setelah mela­kukan penyambutan secara adat terhadap rombongan Gubernur M. Sani, Bupati Natuna Ilyas Sabli juga menye­diakan penyambutan secara adat terhadap rombongan dari Sumatera Barat.
Acara yang diberi tajuk “Baralek Gadang” tersebut dikaitkan dengan pelantikan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) IPPMI Natuna periode 2011-2016 yang diadakan di Gedung Serbaguna Masjid Agung Ranai pada hari itu juga. Acara pelantikan yang didahului penyambutan dengan Tari Galombang dan Siriah di Carano dilakukan setelah acara makan siang. Dalam acara pelantikan tersebut turut mem­beri sambutan Bupati Natuna diwakili Plt. Sekda, dan pe­nyam­paian pituah dari Pena­sihat IPPMI S.M. Taufiq Thaib (baca: Keberadaan IPPMI: Pemuda Minang se-Dunia Perlu Wadah Komunikasi).
Kepengurusan DPD IPPMI yang dipimpin Harken, S.Pd. Ek. tersebut, sebagaimana layaknya organisasi Minang di mana-mana, juga melibatkan pejabat dan tokoh-tokoh setem­pat sebagai penasihat dan pembina. Dalam kepengurusan DPD IPPMI Natuna, Bupati Ilyas Sabli dan Wakil Bupati Imalko duduk dalam struktur Dewan Panasihat.
“Bupati dan Wakil Bupati bukan hanya duduk secara formal, tetapi mereka memang secara sungguh-sungguh men­jadi penasihat dan pembina organisasi kita,” kata Harken didampingi Affuandris, S.Kom, Sekretaris DPD IPPMI Natuna. Salah satu bantuk perhatian dan kepedulian Pemda setem­pat adalah dengan melibatkan diri dalam acara “Baralek Gadang” ini. Bahkan dengan memberikan bantuan dana sebesar Rp500 juta dari APBD Kabupaten Natuna tahun 2011.
Malam Minang Maimbau
Selain pelantikan DPD IPPMI, acara “Baralek Ga­dang” perantau Minang di Natuna dimeriahkan pentas seni “Minang Maimbau” yang me­nampilkan kesenian indang, tari piring, serta dimeriahkan oleh artis multitalenta Minang, Nedi Gampo, dan artis ibukota Ria Amelia yang pernah melejit lewat lagu dangdut “SMS” lima tahun silam. Tampil pula artis-artis lokal dari Ranai  dan Tanjung Pinang.
Sebelum pentas kesenian, Bupati dan Pemda Natuna mengundang makan malam rombongan dari Sumatara Barat dan tokoh-tokoh Minang di Natuna, bertempat di kedia­man resmi Bupati di dekat Pantai Kencana Ranai. Jamuan makan malam ini juga dihadiri Gubernur Kepri M. Sani yang sekaligus menyampaikan pi­dato sambutan dan selamat datang kepada rombongan dari Sumbar.
Dalam pidato sambutan yang sebagian menggunakan bahasa Minang, M. Sani mengi­ngatkan para warga Natuna asal Minang khususnya tentang filosofi orang Minang merantau: “Di mana bumi dipijak di situ langik dijunjung”. “Carilah piti banyak-banyak, tapi saketek sajo nan dikirim ka kampuang, nan banyak jadikan untuak membangun Natuna ko,” kata M. Sani yang disambut tepuk tangan hadirin.
Gubernur M. Sani sendiri mengaku dalam perjalanan hidupnya sangat dekat dengan orang Minang. Mantan Bupati Karimun dan mantan Wagub Kepri kelahiran Kundur, Kari­mun, 1942, ini menceritakan, dia terpaksa belajar bahasa Minang hingga fasih ketika kuliah di APDN Pekanbaru ( 1969-1972). “Maklumlah awak anak sikola, piti pas-pa­san,” ceritanya. Karena umum­nya pedagang di Pekan­baru orang Minang, kawannya mena­sihatkan, agar bisa ber­belanja dengan harga murah, harus menggunakan bahasa Minang. “Ternyata benar, kalau ambo membali barang jo baso Mi­nang, harago diskon sake­tek,” kata pamong senior yang pernah menjadi Walikota Administratif Tanjung Pinang itu.
Usai acara jamuan makan malam, dilangsungkan “Malam Minang Maimbau” dengan memasang pentas raksasa dan tiga tenda besar di lapangan Pantai Kecana persis di depan rumah dinas Bupati Natuna. Rangkaian acara hiburan gabu­ngan Minang dan Melayu itu tidak hanya menyedot keha­diran ratusan perantau Minang di Natuna, tetapi juga dihadiri ribuan warga Ranai sendiri. “Jarang-jarang pentas kesenian seperti ini digelar di Ranai, jadi masyarakat sekitar antusias sekali,” kata seorang penduduk Ranai kepada Haluan.
Menurut seorang panitia, semula Gubernur M. Sani akan menghadiri acara “Minang Maimbau” ini, namun karena se­kondannya Gubernur Sumbar batal datang, M. Sani pun me­ngurungkan hadir. Namun Bu­pati Ilyas Sabli, setelah me­ngantar Gubernur Kepri dan rombongan ke tempat peristi­rahatan, kemudian me­ngi­kuti acara “hoyak-hosen” itu hingga berakhir menjelang tengah malam. Bahkan, dua kali Bupati Ilyas naik pentas, bernyanyi dan bergoyang gem­bira bersama Nedi Gampo, Ria Amelia dan artis-artis Ranai yang meme­riahkan acara tersebut. Istri bupati pun ikut menyum­bangkan suaranya dalam acara itu. (Hasril Chaniago)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar