Featured Video

Rabu, 26 September 2012

PETANI SOLOK RESAH Pembasmi Hama Palsu Beredar


 Masyarakat petani di wilayah Kabupaten Solok resah ulah beredarnya pestisida pembasmi hama tanaman palsu, yang ditengarai telah beredar di wilayah itu sejak pertengahan Ramadan 1433 H atau bulan Juli 2012 lalu.
Peredaran pestisida pem­basmi hama aspal alias asli tapi palsu dengan merek Antra­col 70 WP berupa fungi­sida berbentuk tepung berwar­na krem buatan PT Bayer dalam kemasan 1.000 gram itu awal­nya ditemukan petani di wilayah Kecamatan Lem­bah Gumanti, Kabupaten Solok.

Sejumlah pe­ta­ni di sekitar kawasan Sungai Nanam, Keca­ma­tan Lembah Gu­manti, se­jak semu­la sudah curi­ga dengan ser­buk fungisida An­tra­­col 70 WP pal­su tersebut.
Pasalnya, sete­­lah fungi­sida Antracol 70 WP dalam ke­masan kantong plastik ber­warna kombi­nasi hijau, putih dan merah produksi Bayer itu dibuka, serbuk tepung­nya tak berbau menye­ngat seperti layaknya Antracol 70 WP asli yang lazim digu­nakan petani.
Selain itu ketika serbuk tepung Antracol 70 WP itu dilarutkan ke dalam air, serbuk tepungnya tak segera larut sebagai mana biasanya.
Sementara serbuk tepung Antracol 70 WP yang asli, jika ditebarkan ke dalam air langsung segera larut.
Antracol 70 WP produksi PT Bayer yang diduga kuat telah dipalsukan oknum-oknum yang tak bertanggung jawab itu,  merupakan fungi­sida berbahan aktif propineb 70% berbentuk tepung berwar­na krem, yang dapat disus­pensikan untuk mengen­da­likan atau membasmi penya­kit jamur pada tanaman sayur mayur.
Sementara Antracol 70 WP palsu tak bisa mengendalikan atau membasmi hama tana­man hortikulutra petani, walau sudah digunakan sesuai petun­juk dan aturan yang berlaku karena diduga kuat diproduksi dari bahan tepung putih biasa.
Kasus peredaran Antracol palsu di kawasan Sungai Na­nam, yang merugikan ma­sya­rakat petani dan juga PT Bayer selaku produsen pem­buat pes­tisida yang asli itu sempat mendapat perhatian serius dari Kasmudi Z, ang­gota Komisi B DPRD Kabu­paten Solok.
Anggota Fraksi Partai Golkar itu sebenarnya sudah pernah memegang barang bukti Antracol palsu tersebut dan meneliti ser­buk tepung­nya secara saksama.
Namun, Ia dan sejumlah pe­ta­ni lain yang curiga dengan Antracol palsu itu belum berani mengambil ke­sim­pulan bahwa pestisida Antracol 70 WP yang mereka pegang saat itu adalah palsu.
“Untuk membuktikan An­tra­col tersebut asli atau palsu harus melalui uji laboratorium pihak terkait yang  memang ahli di bidang­nya,” tutur Kasmu­di.
Adapun har­ga satu bung­kus An­tra­col 70 WP yang asli ukuran 1000 gram atau 1 kg di pasaran Rp 102 ribu per ke­masan.
“Sementara An­tracol 70 WP yang diduga palsu, di pasaran harga jual­nya lebih murah yakni  Rp90 ribuan saja,” papar Kasmudi.
Terkait dugaan peredaran Antracol palsu tersebut, Kas­mudi bahkan telah meng­angkat kasus tersebut di hadapan sidang paripurna DPRD Kabupaten Solok di Arosuka beberapa hari lalu.
“Aparat terkait seha­rus­nya cepat bertindak sesuai bidang tugasnya masing-masing, sebe­lum lebih banyak masya­rakat petani yang jadi korban,“tegas­nya.
Agronomis Bayer Sumbar, Joko Raharjo, yang dikon­firmasi Haluan terkait per­edaran Antracol 70 WP palsu itu melalui telepon geng­gamnya, Senin (24/9), mem­benarkan hal tersebut.
“Setelah dilakukan uji labo­ratorium oleh pihak Bayer di Surabaya beberapa waktu lalu, diketahui bahwa Antracol 70 WP yang beredar di Keca­matan Lembah Gumanti, terse­but adalah palsu,” papar­nya.
Dijelaskan Joko Raharjo, bahwa Antracol 70 WP yang asli yang di produksi Bayer mengandung 70% bahan aktif Propineb.
“Antracol 70 WP yang palsu yang ditemukan di Lembah Gumanti, Kabupaten Solok itu cuma mengandung kadar bahan aktif Propineb 1,8% saja,” jelasnya.
Terkait kasus peredaran pestisida Antracol 70 WP produksi Bayer yang dipal­sukan  tersebut, Joko Raharjo mengatakan pihaknya akan segera melakukan langkah-langkah hukum karena mera­sa telah dirugikan oleh perbuatan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.

shln

Tidak ada komentar:

Posting Komentar