Masyarakat petani di wilayah Kabupaten Solok resah ulah beredarnya pestisida pembasmi hama tanaman palsu, yang ditengarai telah beredar di wilayah itu sejak pertengahan Ramadan 1433 H atau bulan Juli 2012 lalu.
Peredaran pestisida pembasmi hama aspal alias asli tapi palsu dengan merek Antracol 70 WP berupa fungisida berbentuk tepung berwarna krem buatan PT Bayer dalam kemasan 1.000 gram itu awalnya ditemukan petani di wilayah Kecamatan Lembah Gumanti, Kabupaten Solok.
Sejumlah petani di sekitar kawasan Sungai Nanam, Kecamatan Lembah Gumanti, sejak semula sudah curiga dengan serbuk fungisida Antracol 70 WP palsu tersebut.
Pasalnya, setelah fungisida Antracol 70 WP dalam kemasan kantong plastik berwarna kombinasi hijau, putih dan merah produksi Bayer itu dibuka, serbuk tepungnya tak berbau menyengat seperti layaknya Antracol 70 WP asli yang lazim digunakan petani.
Selain itu ketika serbuk tepung Antracol 70 WP itu dilarutkan ke dalam air, serbuk tepungnya tak segera larut sebagai mana biasanya.
Sementara serbuk tepung Antracol 70 WP yang asli, jika ditebarkan ke dalam air langsung segera larut.
Antracol 70 WP produksi PT Bayer yang diduga kuat telah dipalsukan oknum-oknum yang tak bertanggung jawab itu, merupakan fungisida berbahan aktif propineb 70% berbentuk tepung berwarna krem, yang dapat disuspensikan untuk mengendalikan atau membasmi penyakit jamur pada tanaman sayur mayur.
Sementara Antracol 70 WP palsu tak bisa mengendalikan atau membasmi hama tanaman hortikulutra petani, walau sudah digunakan sesuai petunjuk dan aturan yang berlaku karena diduga kuat diproduksi dari bahan tepung putih biasa.
Kasus peredaran Antracol palsu di kawasan Sungai Nanam, yang merugikan masyarakat petani dan juga PT Bayer selaku produsen pembuat pestisida yang asli itu sempat mendapat perhatian serius dari Kasmudi Z, anggota Komisi B DPRD Kabupaten Solok.
Anggota Fraksi Partai Golkar itu sebenarnya sudah pernah memegang barang bukti Antracol palsu tersebut dan meneliti serbuk tepungnya secara saksama.
Namun, Ia dan sejumlah petani lain yang curiga dengan Antracol palsu itu belum berani mengambil kesimpulan bahwa pestisida Antracol 70 WP yang mereka pegang saat itu adalah palsu.
“Untuk membuktikan Antracol tersebut asli atau palsu harus melalui uji laboratorium pihak terkait yang memang ahli di bidangnya,” tutur Kasmudi.
Adapun harga satu bungkus Antracol 70 WP yang asli ukuran 1000 gram atau 1 kg di pasaran Rp 102 ribu per kemasan.
“Sementara Antracol 70 WP yang diduga palsu, di pasaran harga jualnya lebih murah yakni Rp90 ribuan saja,” papar Kasmudi.
Terkait dugaan peredaran Antracol palsu tersebut, Kasmudi bahkan telah mengangkat kasus tersebut di hadapan sidang paripurna DPRD Kabupaten Solok di Arosuka beberapa hari lalu.
“Aparat terkait seharusnya cepat bertindak sesuai bidang tugasnya masing-masing, sebelum lebih banyak masyarakat petani yang jadi korban,“tegasnya.
Agronomis Bayer Sumbar, Joko Raharjo, yang dikonfirmasi Haluan terkait peredaran Antracol 70 WP palsu itu melalui telepon genggamnya, Senin (24/9), membenarkan hal tersebut.
“Setelah dilakukan uji laboratorium oleh pihak Bayer di Surabaya beberapa waktu lalu, diketahui bahwa Antracol 70 WP yang beredar di Kecamatan Lembah Gumanti, tersebut adalah palsu,” paparnya.
Dijelaskan Joko Raharjo, bahwa Antracol 70 WP yang asli yang di produksi Bayer mengandung 70% bahan aktif Propineb.
“Antracol 70 WP yang palsu yang ditemukan di Lembah Gumanti, Kabupaten Solok itu cuma mengandung kadar bahan aktif Propineb 1,8% saja,” jelasnya.
Terkait kasus peredaran pestisida Antracol 70 WP produksi Bayer yang dipalsukan tersebut, Joko Raharjo mengatakan pihaknya akan segera melakukan langkah-langkah hukum karena merasa telah dirugikan oleh perbuatan oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab.
shln
Tidak ada komentar:
Posting Komentar