Featured Video

Minggu, 29 Januari 2012

ALEKSANDER AAN MINTA DISYAHADATKAN LAGI


KELUARGA TERPUKUL
Pengakuan Alek­sander Aan sebagai ateis meremukkan keluarganya. Kedua  orang­tuanya ter­pukul. Tiga orang adik-adiknya yang masih sekolah shock. Pemberitaan media dinilai ber­lebihan, menambah kese­dihan keluarga ini. Aleksander me­minta untuk disya­hadatkan lagi.

DHARMASRAYA,  Nuraina tertunduk. Mulut­nya iba-tiba tercekat. Perem­puan berkerudung kuning itu tak sanggup meneruskan kata-katanya. Ia mulai sulit mena­han air mata. “Bagaimanapun Aleksander tetap anak saya,” tegas Nuraina dengan suara berat saat ditanyakan tentang anaknya, Aleksander Aan, yang mengaku sebagai ateis. Nuraina tampak terguncang.
Aleksander Aan, merupa­kan salah seorang CPNS di Kabupaten Dharmasraya, se­telah hampir satu minggu ditahan, dijenguk ibunya di tahanan Polres Dharmasraya. Yang semula statusnya di­aman­kan polisi, kini Alek­sander Aan resmi menjadi tersangka.
“Kami tak pernah me­nyangka kalau Aleksander akan sampai di sini. “Ke­luarga jelas terpukul,” papar Nuraina.
Armas, ayah Aleksander juga terkejut. Ayahnya bekerja di salah satu kantor kecamatan di daerah Kabu, Solok Selatan. Armas merasa dirinya bertanggung jawab menga­yomi masyarakat. Namun menda­pati kenyataan anaknya ditahan dan dituduh menodai agama Islam, Armas sangat terkejut. Hingga kini masih tak percaya.
Haluan menemui kedua orang tua Aleksander di Markas Polres Dharmasraya, Kamis, (26/1) lalu. “Siang itu saya sedang me­nyiapkan tim TP PKK untuk maju mewakili Solsel ke tingkat provinsi. Tiba-tiba Pak Sekda (Sekdakab Solok Selatan-red) menelepon saya dan memberitahu kabar ini. Tak pikir panjang saya titipkan peker­jaan kepada staf saya dan segera ke sini (Kantor Polres Dharmas­raya),” kenangnya.
Sebelumnya, Armas sempat memberitahu keluarganya yang berada di Padang.
“Kami tinggal di Padang, saya bekerja di Solok Selatan dan Aleksander di Dhar­masraya. Sekali seminggu kami pulang dan berkumpul di rumah. Namun sedi­kit­pun tak pernah membicarakan perkara keyakinan atau agama. Paling-paling hanya mendiskusikan soal pekerjaan Aleksander,” terang Armas.
Kalau tahu, lanjut Armas, ia sadar, ia harus mengantisipasinya. “Orangtua mana yang mau anaknya jatuh ke jalan yang tidak benar,” ujar pria yang menggunakan topi hitam itu.
Menamatkan pendidikan SD di Kabupaten Solok Selatan, lalu meneruskan SMP dan SMA Negeri di Kota Padang, orangtua Alek­sander sama sekali tak melihat ada yang ganjil dari putra sulung mereka.
“Saya rasa susah mencari anak seperti Aleksander semasa sekolah. Dulu dia rajin salat sunat Dhuha, salat lima waktu, puasa Senin-Kamis. Kemana-mana selalu mem­bawa tasbih.
Sejak kecil rajin salat di masjid. Bahkan kalau kami orangtuanya lalai dia selalu mengi­ngatkan untuk salat. Saya memakai jilbab inipun karena dia yang meminta,” tambah Nuraina sambil menyeka air matanya.
Sejak kecil, lanjut ibu empat anak ini, kecerdasan Aleksander memang sudah tampak. Saat berusia enam bulan ia sudah mulai berjalan, dan menginjak umur satu tahun ia sudah bisa bicara.
“Kecerdasannya memang luar biasa, di sekolah pun selalu menjadi juara umum. Tak heran jika dari kecil dia memang sudah terlatih berpikir. Ia memang cenderung menggunakan logika. Ditambah lagi ia menyambung kuliah di Jurusan Statistik Universitas Padjajaran Bandung. Itukan ilmu pasti,” tuturnya.
Terkait agama dan keyakinan, perempuan paruh baya ini menga­kui Aleksander memang mempe­lajari semua agama. Tak hanya Islam.
“Ketika saya menonton TV, jika ada siraman rohani agama lain, biasanya saya matikan, namun dia selalu bilang, mengapa Mama matikan TV-nya, tak ada salahnya kita pelajari semua agama, tapi kita ambil yang baiknya saja,” tuturnya terbata sambil menahan air mata.
Air matanya tak tertahankan lagi saat mengaitkan kebiasan anaknya ini dengan tuduhan ateis yang kini menggemparkan keluarga besarnya.
“Anak saya bukan ateis. Dia tidak pernah mengkhianati siapa­pun atau mengajak orang menjadi ateis. Ia hanya anak pintar yang selalu mencari jatidiri, menggu­nakan logika dan berpikir mencari kebenaran dan keadilan,” tandas­nya.
Sejauh pengamatan kedua orang­tua Aleksander, tak pernah ada teman-teman atau orang dari lingkungan Aleksander yang mencu­rigakan atau mempengaruhinya memiliki pemikiran yang berten­tangan.
“Dia tidak pernah menyakiti siapapun, bahkan binatang sekali­pun. Ular mati pun dikuburkannya. Anjing mati di tengah jalanpun digendongnya untuk dibuang ke air. Bagaimana mungkin anak saya bisa menghina atau menodai agama Islam?” Nuraina tak kuasa mena­han emosinya.
Keluarga Trauma
Tak hanya kedua orangtua Aleksander, tiga orang adik-adik Aleksander yang masih duduk di bangku sekolahpun shock dan tidak menyangka kakak kandung mereka dilaporkan karena penghinan dan penodaan agama.
Adik-adik Aleksander hingga kini trauma dan tidak mau sekolah. Selain mereka tidak percaya kakak yang mereka kenal baik dan selama ini menjadi panutan tiba-tiba ditahan polisi. Mereka juga tidak bisa menerima kakaknya yang nyaris menjadi sasaran amukan massa karena pemikirannya.
“Seperti kami, adik-adik Alek­sander yang lain juga tidak bisa menerima pukulan mental akibat kejadian ini. Mereka selalu mena­nyakan kabar Aleksander. Tak tahan membaca berita di media, mereka memohon pada saya agar kami jangan lagi dimasukkan ke media. Saya pun melarang mereka membaca koran,” ungkapnya.
Minta Disyahadatkan
Ibu memang satu-satunya tem­pat kembali pulang. Sehari setelah ditahan dan dikunjungi sang ibu, Aleksander yang mengaku tidak percaya Tuhan, sudah kembali beribadah salat. Kepada ibundanya, ia juga meminta untuk kembali disyahadatkan.
“Udah, Mama jangan nangis. Alek gak apa-apa. Biar Alek tanggung ini semua. Mulai saat ini kemanapun Alek pergi, Alek akan tetap memeluk Islam sebagai agama yang diterima masyarakat. Sekarang Alek  ingin disyahadatkan lagi Ma,” katanya menirukan ucapan Aleksander.
Tetap dalam Penyidikan
Namun niat Aleksander untuk kembali memeluk agama Islam dan disyahadatkan tidak meng­hentikan penyidikan yang tengah berlangsung. Kasubag Humas Polres Dhar­mas­raya, Guzirwan mengatakan, polisi akan tetap meneruskan kasus ini.
“Ibaratnya kasus pencurian meskipun barang curian telah dikembalikan namun tidak berati menghapus pidananya. Kami akan tetap mengusut kasus ini. Biar pengadilan yang menentukan,” katanya. (h/dla)http://www.harianhaluan.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar