Featured Video

Selasa, 05 Juni 2012

RUMAH KELAHIRAN BUNG HATTA JUGA BUAT FOTO PRE WEDDING

RUMAH BUNG HATTA
Ditulis oleh Teguh 
Sederhana, sejuk, indah dan bersih. Itulah kesan pertama bagi sebagian besar pengunjung rumah kelahiran Muhammad Hatta atau Bung Hatta di Jalan Soekarno Hatta Nomor 37 Bukittinggi. Keindahan
itu tak hanya membuat pengunjung terkesima untuk melihat koleksi dan mempelajari sejarah Bung Hatta. Tapi tak sedikit di antara pengunjung memanfaatkan rumah tersebut untuk melakukan foto pre wedding.

Ia lahir dengan nama Muham­mad Athar, populer sebagai Bung Hatta di Fort de Kock (kini Bukit­tinggi), Sumatera Barat, 12 Agustus 1902–meninggal di Jakar­ta, 14 Maret 1980 pada umur 77 tahun) adalah pejuang, negarawan, ekonom, dan juga Wakil Presiden Indonesia yang pertama. Ia juga pernah menjabat sebagai Perdana Menteri dalam Kabinet Hatta I, Hatta II, dan RIS. Ia mundur dari jabatan wakil presiden pada tahun 1956, karena berselisih dengan Presiden Soekarno. Hatta juga dikenal sebagai Bapak Koperasi Indonesia.
Bandar udara internasional di Cengkareng, Bandar Udara Soekar­no-Hatta, menggunakan namanya sebagai penghormatan terhadap jasa-jasanya sebagai salah seorang proklamator kemerdekaan Indonesia. Selain diabadikan di Indonesia, nama Mohammad Hatta juga diabadikan di Belanda yaitu sebagai nama jalan di kawasan Haarlem dengan nama Mohammed Hattas­traat terpampang di papan nama jalan di kawasan perumahan Zuiderpolder yang dibangun pada tahun 1987.
Sesuai dengan namanya, rumah tersebut memang tempat kelahiran Bung Hatta. Semenjak lahir hingga berumur 11 tahun, Bung Hatta tinggal di rumah tersebut, kemudian hijrah ke Kota Padang untuk melanjutkan sekolah.
Rumah kelahiran Bung Hatta itu dibangun dua lantai di atas lahan seluas 799 meter bujur sangkar dengan luas bangunan 444 meter bujur sangkar. Konon rumah itu dibangun pada tahun 1860 dan telah direnovasi satu kali pada tahun 1995, karena waktu itu material bangunan rumah telah banyak yang keropos.
Tidaklah sulit menemukan rumah kelahiran Bung Hatta, karena rumah yang masih berada di kawasan Pasar Bawah Bukitting­gi itu bisa ditempuh melalui Jalan Pasar Atas, Pasar Banto, Pasar Bawah maupun dari arah Mandi­angin Bukittinggi.
Memasuki rumah kelahiran Bung Hatta, pada bagian teras terdapat meja tamu yang akan mencatat para pengunjung. Semen­ta­ra pada bagian sebelah kiri dan kanan teras terdapat dua ruangan bersejarah, yakni Kamar Bujang dan Kamar Saleh Sutan Sinaro.
Kamar Bujang yang terletak di sebelah kiri teras merupakan ruangan baca yang pernah diper­gunakan Bung Hatta. Dalam kamar itu terdapat ranjang tempat tidur tempo dulu, serta lemari yang berisikan beberapa buku pening­galan Bung Hatta, serta buku yang mengulas perjalanan Bung Hatta.
Sementara pada teras bagian kanan, merupakan Kamar Saleh Sutan Sinaro, yang dulunya tempat barang-barang pos untuk dibawa ke daerah Pasaman. Saleh Sutan Sinaro merupakan paman Bung Hatta, yang dipercaya kolonial Belanda pada waktu itu, untuk mengantarkan barang-barang pos ke Pasaman. Sekarang ruangan tersebut dipergunakan untuk tempat penjaga keamanan (Satpam).
Pada bagian sisi kanan dan sisi kiri dinding bagian dalam juga terdapat foto-foto Bung Hatta, baik foto aktivitas keseharian maupun foto keluarganya. Pada bagian ujung sebelah kiri dan kanan juga terdapat ruangan yang berisi tempat tidur kuno, serta mesin jahit tempo dulu. Ruangan itu merupakan kamar Mamak Idris dan kamar Mamak Saleh.
Kamar Bung Hatta itu sendiri terletak pada bagian belakang taman yang bangunannya terpisah dengan bangunan bagian depan. Kamar Bung Hatta terletak berse­belahan dengan ruangan dapur pada bagian kanan, serta lumbung padi pada bagian kiri.
Saat ini, dalam kamar Bung Hatta itu masih ada sepeda ontel yang biasa digunakan Bung Hatta. Pada bagian kanan belakang juga ada ruangan perkakas bendi dan gerobak bendi (bugih) yang masih asli. Sementara pada bagian sam­ping kanan rumah juga ada kandang kuda.
Di lantai dua, hanya ada dua kamar yang berukuran besar, dan yang sebelah kiri merupakan kamar tempat dilahirkannya Bung Hatta. Sementara pada bagian tengah lantai dua rumah itu terda­pat meja makan keluarga dan tempat berkumpulnya keluarga.
Menurut Dessi Warty, salah seorang pengelola rumah kelahiran Bung Hatta, saat ini rumah tersebut dijaga dan dikelola oleh lima petugas. Dua di antaranya merupa­kan petugas honor, dan tiga lainnya merupakan pegawai pemerintahan.
“Rumah kelahiran Bung Hatta ini dibuka setiap hari tanpa ada libur, mulai pukul 08.00 WIB hingga pukul 16.30 WIB. Namun jika ada tamu-tamu penting, biasanya dibuka hingga pukul 21.00 WIB. Untuk masuk ke rumah ini, kami tidak memungut biaya, alias gratis,” ujar Dessi saat ditemui Haluan, Senin (4/6).
Dessi mengatakan, tiap harinya rumah kelahiran Bung Hatta dikunjungi sekitar 20 orang dari berbagai kalangan hingga ke pe­ngun­­jung mancanegara. Namun di saat tertentu, biasanya jumlah pengunjung itu mencapai lebih dari seratus orang, karena pengunjung datang berombongan.
“Yang lebih banyak mendatangi tempat ini biasanya para siswa, dengan alasan tugas sekolah. Untuk pertanyaan pengunjung, mayoritas banyak yang menanyakan sejarah Bung Hatta, pola hidup Bung Hatta hingga menjadi sukses, serta ada juga yang ingin memastikan bahwa Bung Hatta itu merupakan orang Minang yang lahir di Bukittinggi,” tambah Dessi. (Laporan Haswandi)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar