Featured Video

Jumat, 30 September 2011

BIM TERANCAM ABRASI-Padang


BIM
PADANG, HALUAN — Kawasan sekitar pantai Bandara Internasional Minangkabau terancam abrasi. Pantai sudah tergerus sekitar lima meter dari ke arah darat. Dengan demikian kondisi run away BIM yang paling kritis berada sekitar 300 meter dari bibir pantai.

Kawasan pantai sepanjang 15,5 kilometer yang berada di kawasan muara Batang Anai hingga muara Batang Tapakis, Kabupaten Padang Pariaman terancam abrasi. Jika tidak segera ditangani, proses pengikisan pantai oleh tenaga gelombang laut ini tidak hanya akan mengancam pemukiman dan kawasan perkebunan warga setempat, namun juga mengan­cam keberadaan Bandara Internasional Minangkabau (BIM).
“Abrasi atau sering juga disebut erosi pantai ini merupakan fenomena alam akibat pemanasan global. Namun pengikisan yang terjadi di kawasan ini sudah mulai mengkhawatirkan. Semakin lama semakin mendekati pemukiman. Apalagi ada investasi yang cukup besar di sekitar kawasan ini yang perlu dilindungi. Untuk itu perlu dipikirkan dari sekarang jika kemungkinan buruk terjadi pengikisan yang lebih jauh,” ujar Andy Ikhvan, Kabid Sungai, Pantai Konservasi Dinas Pengelola Sumber Daya Air (PSDA) Sumbar kepada Haluan, Kamis (29/9).
Hingga saat ini, di sepanjang pantai ini sudah tergerus sekitar lima meter dari ke arah darat. Dengan demikian kondisi run away BIM yang paling kritis berada sekitar 300 meter dari bibir pantai. Kecenderungan abrasi dimulai dari selatan ke utara dise­babkan oleh angin yang berasal dari barat daya.
Padahal dibandingkan pantai lain, pantai sekitaran bandara ini termasuk pantai yang stabil. Berbeda dengan pantai di Kota Padang yang memang sudah harus ditahan dengan groyne dan revetment.
Namun, terkait anggaran, Andy menjelaskan pembuatan konstruksi bangunan pantai (groyne) ini masih belum masik dalam rancangan ang­garan tahun 2012.
“Kita memang perlu memikirkan anggaran yang cukup besar untuk menangani ancaman ini. Namun penanganan tidak bisa dilakukan setengah-setengah, harus sepanjang pantai yang berpotensi terkikis lebih jauh. Untuk itu hal ini perlu diper­hatikan terus menerus dan menjadi pertimbangan para pengambil kebi­jakan untuk menyesuaikan anggaran penanganan pantai ini,” jelasnya lagi.
Salah satu cara yang dapat diper­tim­bangkan untuk melindungi kawa­san ini, ditambahkan Andy adalah dengan penanganan secara vegetatif melalui program penanaman pohon mangrove.
Hutan mangrove merupakan salah satu bagian dari ekosistem pantai (pesisir).  Tipe hutan ini beserta tipe-tipe ekosistem lainnya (terumbu karang, estuaria) saling berinteraksi dalam upaya memelihara produktivitas perairan pantai dan kestabilan habitat atau lingkungan pantai. (h/dla)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar