Featured Video

Jumat, 30 September 2011

Tanah Datar dan Agam Kecolongan-TARI TELANJANG


Padang - Singgalang
Innalillahi wa inna ilaihi raji’un, warga Tanah Datar dan Agam kecolongan, kalau memang benar, satu dari dua penari telanjang yang tertangkap basah tengah beraksi di Fellas Cafe, Padang, merupakan anak kemenakan dari daerah itu.
Tapi kalau tidak, yang mengaku-ngaku saja mesti dituntut, karena telah menjatuhkan nama baik pusat kerajaan Minangkabau itu.
“Kalau benarlah anak itu berasal dari Tanah Datar, maka kecolonganlah kita. Tercoreng habis negeri ini. Adat dan agama benar-benar sudah dilanggar habis. Menurut adat, itu adalah perbuatan yang sangat tercela, sementara menurut agama, itu adalah perbuatan maksiat yang dosanya sangat besar,” ucap Sekretaris Umum Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Tanah Datar, Hafzi Dt. Batuah, menjawab Singgalang, Kamis (29/9), di Batusangkar.
Menurut Dt. Batuah, bercermin dari beberapa kasus yang terkait moral, pelanggaran norma-norma adat dan agama, sesungguhnya ada persoalan serius dalam pembinaan generasi muda di negeri ini. Bersamaan dengan itu, imbuhnya, ada mata rantai yang terputus pula antara orangtua dan anak, serta antara mamak dan kemenakan.
Perbuatan tercela yang dilakukan dua penari telanjang di Padang itu, menurut dia, bukan saja menjadi pertanda bobroknya moral sebagian anak muda negeri ini, tetapi juga merupakan upaya mengundang kemurkaan Allah secara terang-terangan.
“Saya meminta aparat berwenang, terutama aparat Satpol PP Padang yang menangkap kedua penari telanjang itu, tolong dijelaskan identitas mereka, anak kemenakan siapa dan berasal dari nagari mana. Jangan hanya menyebut-nyebut Tanah Datar saja. Ada 75 nagari dan ratusan jorong di sini,” katanya.
Kepada orangtua, Dt. Batuah mengimbau, bila mempunyai anak yang tinggal di kos-kosan di kota, termasuk Padang, semestinya dilakukan pengawasan yang ketat. Kalau mereka sekolah, jangan hanya percayakan kepada asuhan di lembaga pendidikan formal itu saja.
“Orang tua agar benar-benar mengawasi anaknya. Mamak diminta untuk mengambil inisiatif memantau kondisi ril kemenakan mereka. Jangan hanya kita terkejut ketika telah terjadi saja. Pengaruh lingkungan terhadap moral generasi muda kini sangat luar biasa. Kalau tak sungguh-sungguh, bisa hancur kita semua,” tandasnya.
Sebagaimana diberitakan Singgalang dalam dua hari belakangan, Satpol PP Kota Padang berhasil menangkap dua penari telanjang yang tengah beraksi di Cafe Fellas, Jalan Hayamwuruk, Padang. Kedua penari itu adalah Silvi, 21, dan Novera, 21. Salah seorang di antaranya mengaku berasal dari Tanah Datar. Selain Silvi dan Novera, juga ditangkap tiga lelaki yang menjadi “konsumen” aksi tari tari telanjang bulek tersebut.
Tamparan
Adanya warga Agam yang terlibat tari telanjang seperti yang diberikan media beberapa hari lalu sebuah tamparan yang menyakitkan bagi daerah, terutama bagi kalangan ninik mamak. Ini karena sudah mencoreng dan memberi malu.
“Pelaku layak diberikan sanksi adat oleh kaumnya sendiri,” kata Pengurus LKAAM Agam Junaidi Dt Gampo Alam Nan Hitam kepada Singgalang, Kamis.
Sanksi yang diberikan seperti sanksi buang karam, yaitu pelaku dibuang dari kampung halaman dan tidak diakui dalam kaum. Atau sanksi buang sampan, yaitu pelaku dibuang dari kampung halaman, namun tetap dipantau kondisinya oleh kaumnya sendiri.
Pemberian sanksi tegas tersebut dimaksudkan untuk memberi efek jera bagi yang bersangkutan dan tidak dilaku kan pula masyarakat lainnya.
Dalam tataran aturan adat di Minangkabau, anak kemanakan yang melanggar adat susila seperti telanjang di muka umum itu sudah selayaknya diberikan sanksi seberat-beratnya, karena tidak saja mempermalukan keluarga, kaum juga daerahnya sendiri.
Karena itu, ke depan semua pihak termasuk kalangan ninik mamak secara bersama-sama ikut memperhatikan tingkah pola anak kemanakannya dalam kehidupan sehari-hari. (006/210)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar