Featured Video

Jumat, 30 September 2011

Bukittinggi Harus Belajar Banyak ke Bali





Bukittinggi, Singgalang
Komitmen stakeholder dan semua pihak sangat diharapkan guna lebih memajukan kepariwisataan di Kota Bukittinggi. Pemko tidak bisa jalan sendiri. Masyarakatpun dinantikan kontribusinya secara langsung, terutama menciptakan suasana yang nyaman dan menyenangkan bagi wisatawan.
“Bukittinggi harus belajar banyak kepada Bali,” tegas Sekdako Yuen Karnova dihadapan para pelaku wisata di Kota Bukittinggi pada pertemuan di aula balaikota Bukit Gulai bancah, Kamis (29/9). Pertemuan yang diselenggarakan Disbudpar (dinas kebudayaan dan pariwisata) dalam rangka meningkatkan kualitas layanan kepariwisataan khususnya bidang layanan hotel dan restoran.
Ia merujuk Bali ketika terjadi peledakan bom di kawasan Legian sembilan tahun silam. Semua pihak bahu membahu untuk bangkit menghidupkan lagi wisata di sana. Apalagi dengan adanya travel warning yang membuat kedatangan jumlah wisatawan mancanegara menurun ke pulau dewata itu. “Memang kita harus belajar banyak kepada Bali,” tutur Yuen yang didampingi Kadisbudpar H. Kaslim Burhan.
Keterbatasan areal parkir dan pelayanan juru parkirnya yang kurang bersahabat, merupakan salah satu permasalahan yang sering dikeluhkan pengunjung. Terkait hal itu, menurut Yuen, pihaknya berencana membangun gedung parkir di samping bioskop Eri jalan Perintis Kemerdekaan. Nantinya bila gedung parkir itu jadi diwujudkan, masalah ketersediaan lahan hingga tarif parkir yang menjadi keluhan pengunjung, tempat ini dapat menjadi solusinya.
Persoalan lain, ada aturan dari pusat yang menyebutkan pengelolaan parkir tidak boleh dipihakketigakan, sementara personel Dishub yang ada di lapangan jumlahnya terbatas. “Sementara kita juga tidak boleh mengangkat pegawai, karena adanya moratorium PNS,” katanya. Keluhan lain pengunjung sewaktu Lebaran lalu, adalah soal tarif hotel dan restoran yang dinilai mahal.
Pelaku rumah makan diimbau lebih transparan dalam penetapan tarif. Bahkan disinyalir ada hotel bintang tiga, pelayanan bintang satu, sementara harga bintang lima. Syafril, salah seorang praktisi wisata mengharapkan Pemko tidak ragu-ragu untuk menerapkan sistem reward and punishment. Bagi hotel-hotel yang menetapkan tarif tidak wajar, dijatuhkan punishment sesuai aturan.
(418/202)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar