Featured Video

Minggu, 30 Oktober 2011

Istana Negara Dulunya Rumah Peristirahatan Pengusaha Belanda




www.presidenri.go.id
Istana Negara Dulunya Rumah Peristirahatan Pengusaha Belanda
Istana Negara
JAKARTA – Selain Bundaran Hotel Indonesia (Bundaran HI), Istana Negara merupakan lokasi favorit bagi para pendemo yang ingin menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah. Mengapa Istana Negara, karena di tempat ini, Presiden Republik Indonesia berkantor.


Istana Negara merupakan satu dari dua bangunan utama yang berada di Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta. Bangunan ini menghadap sungai Ciliwung atau Jalan Veteran. Sebelah bangunan itu terdapat Istana Merdeka (menghadap Monumen Nasional), Bina Graha, dan Wisma Negara.

Setibanya di Istana Negara, Alwi Sahab, pemerhati sejarah, kepada rombongan "Melancong Bareng Abah Alwi: Jejak Proklamator Soekarno-Hatta", mengatakan pada awalnya kompleks Istana Jakarta hanya terdiri satu bangunan, yakni Istana Negara.

Istana ini dibangun pada 1796 atas perintah Gubernur Jenderal Pieter Gerardus van Overstraten dan selesai 1804 pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Johannes Siberg.

Pada mulanya, bangunan seluas 3.375 meter persegi berarsitektur gaya Yunani Kuno ini bertingkat dua. Tapi pada 1848 bagian atasnya dibongkar, dan bagian depan lantai bawah dibuat lebih besar untuk memberi kesan lebih resmi. Bentuk bangunan hasil perubahan 1848 inilah yang bertahan sampai sekarang.

“Bangunan Istana ini semula merupakan rumah peristirahatan milik pengusaha Belanda, JA Van Braam. Kala itu kawasan yang belakangan dikenal dengan nama Harmoni memang merupakan lokasi paling bergengsi di Batavia,” Kata Abah Alwi, sapaan akrabnya, Ahad (30/10).

Abah menjelaskan pada 1820 rumah peristirahatan Van Braam ini disewa dan kemudian dibeli tahun 1821 oleh pemerintah kolonial untuk digunakan sebagai pusat kegiatan pemerintahan serta tempat tinggal para gubernur jenderal bila berurusan di Batavia (Jakarta).

Para gubernur jenderal waktu itu kebanyakan memang memilih tinggal di Istana Bogor yang lebih sejuk. Tetapi kadang-kadang mereka harus turun ke Batavia, khususnya untuk menghadiri pertemuan Dewan Hindia, setiap Rabu.

Rumah Van Braam dipilih karena Istana Daendels di Lapangan Banteng belum selesai. Setelah diselesaikan gedung itu pun hanya dipergunakan untuk kantor pemerintah.

Redaktur: Chairul Akhmad
Reporter: Agung Sasongko
REPUBLIKA.CO.ID,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar