Featured Video

Senin, 03 Oktober 2011

Ketika Densus 88 Beraksi di Koto Sani


RUSMEL/Wannedi

Beni Asri, pria berusia 26 tahun dicokok Densus 88 di kampungnya, Jorong Kasiak, Koto Sani, X Koto Singkarak, Solok. Kini ia ditahan di Jakarta dan sedang diperiksa Mabes Polri. Singgalang mendatangi lokasi penangkapan, mewawancarai sejumlah orang, termasuk ibu dan istri tersangka. Berikut laporannya:
***
ktivitas warga Jorong Kasiek, Nagari Koto Sani, Kecamatan X Koto Singkarak, Solok, Minggu pagi (2/10) terlihat normal. 
Suasana kampung yang tadinya merupakan wilayah administrasi Desa Kasiek, relatif bersahabat dan bahkan jauh dari aura mencekam.
Padahal dua hari sebelumnya, Jumat (30/9), jorong yang bersisian langsung dengan Nagari Sumani itu sempat dihebohkan dengan penangkapan warganya oleh Densus 88 Mabes Polri.
Yang ditangkap bernama Beni Asri,26, diduga anggota teroris jaringan Cirebon.
Peristiwa penangkapan ayah 1 anak itu, hanya menyisakan tanda tanya. Bahkan sebagian di antara warga mengaku tidak menyangka hal tersebut.
“Kita tidak pernah menduga seperti itu. Apalagi sejak yang bersangkutan pulang kampung, tidak ada yang mencurigakan dari aktivitasnya,” kata Kepala Jorong Kasiek, Buyung Gindo Sutan yang dihubungi Singgalang selepas mengambil rumput untuk makanan sapi peliharaannya.
Menurutnya, Beni Asri yang dinyatakan sebagai tersangka teroris baru mendiami kampung 3 bulan sejak kepulangan dari Cirebon. Selama di kampung, Beni Asri tinggal di rumah orangtuanya Nelita, 54.
Anak ketiga dari enam bersaudara itu dinilai warga setempat berkelakuan baik, meski ia tidak banyak bergaul dengan warga sekitar. Bahkan yang bersangkutan jarang duduk di lapau-lapau sebagaimana biasanya masyarakat setempat bersosialisasi.
“Sosok Beni relatif pendiam, perawakannya bersih dan putih,” tambah Buyung Ginto Sutan.
Buyung Sutan menyebutkan kegiatan Beni Asri sehari-hari dipenuhi dengan berjualan hasil kebun. Dia berkeliling ke pasar, bahkan sampai ke Sijunjung. Kegiatan itu dilakukan setiap hari. Berangkat pagi dan pulang sore. “Karena aktivitasnya itu, kegiatan Beni Asri selama di rantau tidak diketahui benar. Karena itu warga menjadi tercengang atas penangkapan yang bersangkutan,” tutur Buyung Gindo Sutan.
Penjelasan Wali Jorong tersebut diamini oleh Rinal, salah seorang pemuda setempat. Beni Asri, sebut Rinal, meninggalkan kampung halaman semenjak tamat SMP. Tetapi waktu di kampung dulu, semasa sekolah, Beni kerap menjadi wakil jorong untuk lomba-lomba musabaqah Alquran. Dia termasuk anak yang cerdas dan pintar mengaji.
“Karena itu kita tercengang saja mendengar dia ditangkap Densus 88 karena dugaan teroris. Penangkapan itupun dilakukan seperti tiba-tiba,” papar Rinal.
Penilaian penangkapan secara tiba-tiba itu, lantaran prosesinya berlangsung saat Beni hendak berangkat Shalat Jumat (30/9). Kejadiannya berlangsung begitu cepat. Beni yang hendak menuju Masjid Limo Ninik, Koto Sani, ketika melewati jalan Ganting Kubang yang relatif lengang, tiba-tiba dicegat petugas Densus.
“Yang mengetahui penangkapan itu hanya Butet, perangkat wali nagari Koto Sani. Butet juga yang menyampaikan peristiwa penangkapan Beni Asri ke rumah orang tuanya,” jelas Kepala Jorong Kasiek.
Istri asal Cirebon
Terhadap penangkapan Beni Asri atas dugaan anggota Teroris itu, istrinya, Upik Nurul,21, kepada wartawan menyebutkan siang itu suaminya pamit berangkat Shalat Jumat dengan mengendarai sepada motor Nopol BA 2090 PG milik adiknya. Namun semenjak itu suaminya tidak lagi pernah pulang ke rumah.
Berselang kemudian, pegawai yang menyaksikan penangkapan Beni karena sempat terserempet kendaraan petugas Desus 88 datang melaporkan ke rumahnya. Butet, pegawai kantor walinagari itu, awalnya sempat menduga terjadi perampokan. Tetapi setelah dijelaskan kalau yang menangkap adalah anggota Densus 88, ia kemudian melaporkan kejadian itu ke rumah orangtuanya.
Tal ayal, penjelasan Butet itu membuat Istri Beni Asri asal Cirebon yang baru dinikahinya satu tahun itu terkesiap dalam pikiran nelangsa.
Keterpanaan Upik Nurul masih membias tatkala serombongan wartawan pada Sabtu (1/10) malam mendatangi kediamannya di Ujung Kampung, Jorong Kasiak-Koto Sani. Suasana rumah dan lingkungan sekitar memang relatif mencekam.
Meski tidak ada pihak kepolisian terlihat berjaga-jaga di sekitar rumah Beni Asri, namun warga sekitar seperti enggan mengomentari keberadaan Beni Asri di kampung mereka.
“Sampai sekarang saya tidak tahu keberadaan suami saya. Bahkan tidak ada surat keterangan apapun dari pihak kepolisian tentang penangkapan suami saya yang katanya ditangkap oleh Densus 88,” ujar Upik Nurul kepada sejumlah wartawan.
Jarang pulang
Sementara ibunya, Nelita, yang hidup menjada semenjak ditinggal mati suaminya, mengaku anaknya Beni, semenjak merantau jarang pulang kampung. Putranya yang diduga teroris itu pulang kampung baru tiga kali semenjak merantau mengikuti familinya di sana.
Menyangkut aktivitas Beni selama di Cirebon, orangtuanya tidak banyak mengetahui. Tetapi dari penuturan Upik Nurul, didapat keterangan kalau kegiatan suaminya adalah berdagang mainan anak-anak di pasar malam di daerah Cirebon.
Upik Nurul bertemu dengan Beni karena sama-sama berdagang dan kebetulan Nurul juga bekerja di sebuah toko.
Sejak menikah satu tahun lalu Beni dikaruniai satu anak yang masih berumur 2 bulan. Karena alasan itu mereka memutuskan pulang kampung dan hidup bersama orangtuanya.
“Tapi yang pulang duluan ke kampung suami saya. Sedangkan saya menyusul belakangan,” tuturnya sembari berharap tentang keberadaan suaminya saat ini yang tidak diketahui kemana dibawa petugas.
Bantah
Upik Nurul membantah suaminya terlibat anggota teroris Cirebon. Kendati ikut dalam beberapa pengajian adalah bertujuan untuk peningkatan kualitas keimanan dan ketaqwaan.
Namun apa mau dikata, wanita muda memiliki anak pertama berjenis kelamin laki-laki yang diberi nama Mohammad Gaza Alfarizi berusia 60 hari ini harus kehilangan suami dan ayah dari anaknya. Namun Upik Nurul amat mengharapkan siapa yang menculik suaminya memberitahukan keberadaannya.
Suaminya, menurut kesaksian Butet, dinaikkan ke mobil Xenia, lalu lenyap di tikungan.
Kejadian yang disampaikan Butet amat mengagetkan wanita muda berpakaian gamis hitam-hitam, wajah ditutup cadar. Kini rumah mertua Upik, serasa hampa. Rumah semi permanen tanpa loteng di pinggang bukit Ujung Kasik Jorong Kasik Nagari Koto Sani, jadi berita.
Ingin mendapatkan kejalasan yang akurat, wanita muda itu mendatangi Kepolisian Resort Kota Solok. Tapi tidak membuahkan hasil. Kepolisian di sini tidak ada melakukan penangkapan dan mengetahui apa ada anggota Densus 88.
Enam bersaudara
Beni Asri merupakan anak ketiga dari enam bersaudara karena putus SMP Negeri 3 Singkarak di Sumani, maka dibawa tetangga merantau ke Jambi.
Kemungkinan telah memiliki pengalaman, maka hijrah ke Cirebon berdagang mainan anak-anak.
Beni disebut-sebut pengikut aliran Tauhid wal Jihad. Aliran itu dibentuk Ustad Oman Abdurrahman, terpidana kasus pelatihan paramiliter di Aceh pada 2003. Nelita dan kepala Jorong tidak tahu dan tidak pernah menerima informasi soal itu.(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar