Featured Video

Selasa, 22 November 2011

Apa Kabar ‘Gasiang Tangkurak’?



Muhammad Bayu Vesky

Indak kayu mak,
janjang dikapiang
Asakan dapek urang
den cinto
Tolong tangkurak namonyo gasiang
Namuah disuruah
jo disarayo

Apa kabar Gasiang Tangkurak? Lagu yang kasetnya sempat terjual 600 Ribu copy pada 1990-an itu, ternyata masih terdengar di pelosok nagari. Pelantunnya, Andi Mulya,50, anak rang Lintau Buo, Tanah Datar yang kini menetap di kampung istrinya, di Limbanang, Kecamatan Suliki, Limapuluh Kota.
Lagu ciptaan Syahrul Tarun Yusuf itu memang tak pernah asing di telinga. Lagu itu dipopulerkan banyak penyanyi, semisal Elly Kasim. “Lagu Minang remix ini saya nyanyikan setelah keluar dari grup band Gomblo 1984. Gomblo meninggal 1985,” ujar Andi, membuka cerita kepada Singgalang Jumat (18/11) di Limbanang.
Dia mengaku, untuk mempopulerkan lagu ‘Gasiang Tangkurak’, bukanlah perkara mudah. Butuh ketahanan mental dan semangat keras. Sebab, awal mula album ‘Gasiang Tangkurak’ beredar, ia menuai kecaman banyak pihak. Termasuk dari mantan Gubernur Sumbar Harun Zain. Sebab, cerita dalam lagu ‘Gasiang Tangkurak’, dinilai ‘menjelek-jelekkan’ ranah Minang. Pemerintah daerah marah besar. Banyak yang tidak suka, dengan sejarah gasiang tangkurak.
Seperti apa benar artian panjang lagu tersebut? “Gasiang tangkurak, pada dasarnya adalah lagu yang saya pribadi, ikut membantu Syah rul Tarun Yusuf menciptakannya. Di sini, kita mengangkat fenomena anak muda yang suka melakukan ‘pelet’, terhadap orang yang dia cintai. Karena wanita idamannya menolak, maka beraksilah gasiang tangkurak,” sebut pencipta lagu ‘Bunga-bunga Rindu’ dan ‘Kasih’, yang dinyanyikan oleh Dian Pisesa serta Dewi Yull itu.
Anak kandung pejuang PRRI Almarhum Kolonel Ahmad Husain dan Yazinar,77, tersebut juga menukuk, kendati banyak pihak meminta agar peredaran album ‘Gasiang Tangkurak’ dicekal, namun akhirnya niat itu tetap batal.
Malahan, sebelum ia mang gung ke Argentina untuk menyanyikan lagu 27 provinsi di Indonesia bersama Hetti Koes Endang, Elly Kasim dan Koes Hendratmo (pembawa acara Berpacu Dalam Melodi) pada 1996, dia kembali dipanggil Harun Zain ke mess Pemda, di Jakarta.
Nah, setelah sempat beradu argumentasi dan menjelaskan pokok dan persoalan tujuan lagu, akhirnya Harun Zain menurut Andi menerima kenyataan itu. “Sebenanrnya kan tidak ada jadi soal. ‘Gasiang Tangkurak’, seingat saya, merupakan lagu Minang remix perdana. Apalagi, daerah lain punya pula legenda seperti ini, malahan di dokumenterkan. Seperti Tang kuban Perahu dan Nyi Roro Kidul yang laku keras filmnya. Kenapa Pemprov tidak mengambil momennya?” Terang Andi, menirukan pertanyaannya kepada mantan Gubernur Harun Zain.

Raih HDX Award
Bermodal alasan itulah, akhirnya peredaran ‘Gasiang Tangkurak’ nyaris terdengar ke penjuru nusantara. Malahan, banyak juga perantau Minang yang membawa kaset itu ke luar negeri, sehingga tidak mengherankan, pada 1990-an itu juga, Andi Mulya mendapatkan penghargaan ‘HDX Award’. Nama Andi, melambung sejadi-jadinya. “Bahkan, sewaktu saya naik metromini di Jakarta, lagu yang diputar sopir waktu itu kebanyakan ‘Gasiang Tangkurak’,” ceritanya.
Dia juga menekankan, dalam lagu ‘Gasiang Tangkurak’, ada dua versi pengembangan yang bisa ditangkap. Pertama, gasiang yang dikirim untuk wanita idaman, akan bekerja memutar otak. Kedua, lagu ‘Gasiang Tangkurak’, juga membuktikan kalau masyarakat Minangkabau banyak yang keramat. Pengajian hakikat hingga ma’rifat, terus ditanamkan oleh masyarakat Minangkabau.
“Saya sempat dapat royalty lagu ini, dari Karya Cipta Indonesia (KCI),” sambungnya.

Keturunan mualaf
Tidak hanya sampai di ‘Gasiang Tangkurak’ saja. Suami dari Ermiati,49, serta ayah dari empat orang anak antara lain Kevin, 28, Rendi,20, Lowixs,15, dan Ater ,13, itu juga mengakui, setelah menembus penjualan kaset ‘Gasiang Tangkurak’ ratusan ribu copy, hingga 2009 silam, juga mengeluarkan 40 judul album lainnya. Terakhir, judul album Andi Mulya adalah ‘Cino Malaya’.
Menarik dalam album ini, tidak hanya karena Andi menciptakan seluruh judul lagunya. Tapi, penyanyi latar yang diajak Andi untuk bergabung dalam album ‘Cino Malaya’ bernama Caroline, adalah warga keturunan Cina yang kebetulan, berjumpa dengannya di Batam. “Sekian lama bersama kami, akhirnya Caroline masuk Islam. Dia jadi mualaf. Itu yang membanggakan bagi saya,” urai dia didampingi calon produser barunya, Wendi Chandra.
Dalam kesempatan bersamaan Andi berjanji, dalam waktu dekat ini dia bakal kembali mengeluarkan album terbaru. Sayang sedikit, Andi tidak mau membocorkan, seperti apa ‘warna’ lagu itu.
“Saya ingin membangkitkan semangat pemusik Minang. Saya ingin semua orang tahu, kalau musik Minang bukan musik sembarang musik. Tunggu saja tanggal mainnya. Ini saya sekarang bersama calon produser baru,” jelas dia di hadapan Wendi Chandra. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar