Featured Video

Selasa, 22 November 2011

GARUDA MUDA TAK BERUNTUNG


MALAM NANTI, SEA GAMES XXVI DITUTUP
PADANG, Memori final sepakbola SEA Games ke 19 tahun 1997 di Jakarta terulang lagi pada Final SEA Ga­mes 26 tahun 2011 ini. Lagi-lagi, drama adu penalti menggagalkan mimpi ratu­san juta penggila bola In­donesia untuk dapat me­mamerkan medali emas bergengsi, sepakbola.

Saat pelaksanaan SEA Games 19 tahun 1997 itu, Indonesia harus mengakui keunggulan Thailand 5-3 (1-1, pen 4-2). Padahal, bibir kepingan medali itu sudah berada di ujung jari untuk direngkuh. Hal yang sama, juga dialami Titus Bonai Cs, Senin (21/11), tadi malam.
Di stadion yang sama, Gelora Bung Karno, giliran Malaysia yang mempecundangi mereka, 5-4 (1-1, pen 4-3). Sebagai kalangan menyebut ini faktor keberuntungan setelah bertarung 120 menit di lapangan hijau.
Legenda sepakbola Indonesia asal Sumatera Barat Suhatman Imam mengamini hal tersebut. Ketika dihubungi Haluan usai menyaksikan laga final Timnas menghadapi Harimau Malaya Muda, pria yang saat ini menjabat sebagai Direktur Teknik tim Semen Padang FC ini mengatakan anak asuh Rahmad Darmawan sudah bekerja keras.
“Secara tim mereka sudah ber­juang, kerja keras mereka sangat terlihat. Di samping itu Malaysia memang merupakan tim yang solid. Adu penalti merupakan masalah keberuntungan saja,” jelasnya.
Senada dengan pandangan Suhat­man, pelatih kepala Semen Padang Nil Maizar yang dihubungi terpisah juga mengungkapkan hal demikian.
“Permainan mereka memang bagus, hanya tidak beruntung saja. Karna jika berbicara tentang adu tendangan penalti, kita membahas masalah mental, bagaimanapun hebatnya sebuah tim, mental sangat berperan dalam melakukannya. Namun secara keseluruhan penam­pilan Garuda Muda sangat bagus. Untuk itu, kita berharap kedepannya, pemain muda ini mampu berkiprah di Timnas Senior,” kata Nil yang juga pernah berkostum Garuda ini.
Hasil perjuangan ekstra keras Garuda Muda itu, tentunya sebuah medali perak saja walaupun menguasi pertandingan. Tercatat, tim asuhan Rahmad Darmawan ini menguasai ball possition hinggga 58 persen. Indonesia terlebih dahulu memiliki peluang sejak babak awal. Laga baru berjalan tiga menit, Garuda Muda langsung mengancam melalui umpan tendangan bebas Egy Malgiansyah yang masih bisa ditangkap dengan baik oleh Fahmi.
Selanjutnya, giliran Malaysia yang membombardir lini pertahanan Indonesia. Tercatat dua kali mereka mampu membuat pendukung Indone­sia cemas melalui Fazail Mohamad Irfan. Namun, Kurnia Meiga masih mampu tampil gemilang dengan dua kali menepisnya. Setelah bermain sama kuat 1-1 di babak pertama melalui gol Gunawan Dwi Cahyo dan Mohamad Asrarudin, kedua tim saling memburu gol mereka berikut­nya di babak kedua
Garuda Muda mendapatkan peluang terbaiknya saat laga mema­suki menit ke-61. Sebuah penetrasi dari Titus Bonai di sisi kanan berakhir dengan umpan silang ke tengah. Sayang, Patrich Wanggai yang menerima bola tersebut masih mengontrolnya dan akibatnya sonte­kan yang ia lepaskan mampu dihalau kiper Malaysia. Musnahlah peluang emas tersebut.
Masuknya Hendro dan Fer­dinand, menggantikan Andik dan Dirga Lasut, membuat pola permai­nan Garuda Muda sedikit berubah. Penguasaan bola dengan umpan-umpan pendek pun mulai dilakukan, namun hingga laga tersisa sepuluh menit belum ada gol tercipta bagi Indonesia.
Kegemilangan Kurnia Meiga kembali diuji pada menit ke-83 saat ia mampu menepis tendangan bebas terarah Baddrol. Selanjutnya, ia berulang-ulang menyelamatkan gawangnya. Tak ada gol yang tercipta hingga peluit akhir, memaksa laga pun harus dilanjutkan dengan babak perpanjangan waktu 2x 15 menit.
Di perpanjangan waktu pertama, Garuda Muda sempat mendapatkan gol melalui Ferdinand Sinaga. Belum sempat Indonesia berpesta, wasit membuyarkan semuanya karena Oktovianus Maniani dianggap berada dalam posisi offside di proses terjadinya gol tersebut. Skor satu sama masih menghiasi akhir perpan­jangan waktu ini.
Masih sama dengan yang perta­ma, kedua tim belum bisa meme­cahkan kebuntuan dan skor 1-1 tetap bertahan di perpanjangan waktu kedua ini. Walhasil, laga pun harus diteruskan dengan adu penalti.
Titus Bonai yang menjadi penen­dang pertama sukses melakukan tugasnya. Namun, Gunawan Dwi Cahyo yang menjadi penendang kedua gagal menaklukan Khairul Fahmi.
Asa Indonesia sempat bangkit kala Kurnia Meiga Hermansyah mampu menggagalkan tendangan Saarani Ahmad Fakri. Namun, Ferdinand Sinaga yang menjadi penendang terakhir gagal melakukan tugasnya dengan baik. Indonesia pun harus rela mendapatkan medali perak saja dan menyerahkan medali emas pada Malaysia.
Dua Tahun Lagi
Kegagalan menjawab penantian 20 tahun masyarakat Indonesia untuk melihat tim sepak bola merebut medali emas SEA Games harus dijawab dua tahun lagi. Timnas terakhir kali merebut emas pada SEA Games di Filipina pada 1991. Emas sepak bola itu akan dikejar Garuda Muda di Myanmar yang menjadi tuan rumah SEA Games 2013.
Padahal, sepak bola sejak awal diharapkan bisa menjadi penyem­purna dan penutup rangkaian perjua­ngan duta-duta olahraga dalam meraih gelar juara umum pada pesta olahraga negara-negara Asia Tenggara sejak 11 November lalu.
Hingga satu hari menjelang upacara penutupan, Indonesia telah mengum­pulkan 171 medali emas, 147 perak dan 136 perunggu (data pukul 23.00 WIB), unggul jauh dari juara bertahan Thailand di posisi kedua dengan koleksi 105 emas, 95 perak dan 118 perunggu. Sementara Vietnam tetap berada di peringkat ketiga dengan memperoleh 96 medali emas, 90 perak dan 101 perunggu.
Balap sepeda dan renang sirip (selam) masing-masing menyum­bangkan tambahan tiga medali emas, dari total 15 emas yang didapat pada Senin. Selain juga dari wushu, tinju, angkat besi, catur, tenis, dan sepak takraw.
Di luar ke-15 medali itu, tim paralayang Indonesia dipastikan ikut memberikan kontribusi torehan 10 medali emas dari 12 nomor yang dilombakan terakhir di Puncak, Bogor, Jawa Barat.
Akan tetapi, hasil sangat menge­jutkan justru dicatat tim sepak takraw putra yang mengukir sejarah dengan mempersembahkan medali emas untuk pertama kalinya, setelah 40 tahun berdirinya Persatuan Sepak Takraw Indonesia (PSTI).
Saiful Rijal, Yudi Purnomo dan Nourizal yang menjadi tulang punggung tim Indonesia berhasil mengalahkan Myanmar dengan skor 3-2 melalui pertandingan final dramatis dan menegangkan di arena Sriwijaya Promotion Centre, Palem­bang.
Manajer Tim Indonesia Usep Saparudin mengatakan bahwa keme­nangan anak asuhnya merupakan sejarah bagi sepak takraw Indonesia. “Setelah 40 tahun menunggu, baru kali ini Indonesia mendapatkan medali emas,” kata Usep yang tidak mampu menahan haru atas keber­hasilan emas ini. (h/rio/ant)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar