Featured Video

Jumat, 25 November 2011

KEPALA BAYI DISARANGI ULAT


DURI,  Bayi-bayi malang di Duri, Kecamatan Mandau, Riau bagai  tak pernah putus. Belum begitu lama,  bayi  tak mempunyai tempurung kepala meninggal, kini  muncul kembali berita mengejutkan,  bayi yang kepala­nya disarangi ulat. Bayi malang  berasal dari keluarga tak mampu ini terpaksa menahan sakit, lantaran ulat  terus mengerogoti ubun-ubunnya.

Di gendongan ibunya, Ngai­ni (40), bayi malang itu selalu meringis. Betapa pun pilunya hati sang ayah, Suriadi (45), ia tak tak berkutik melihat penderitaan sang anak. Kedua orang tua malang ini melarikan bayinya ke RSUD Duri, Selasa (22/11).
Mereka sangat berharap, tim medis di rumah sakit ini bisa menolong buah hati mereka. Namun apa lacur, dokter jaga di RSUD Duri angkat tangan. Menurut dokter,kepala bayi  sudah mengalami pembusukan. Karena itu, bayi laki-laki berusia   1,5 tahun itu harus dirujuk ke RSUD Pekanbaru.
“Ini yang membuat kami susah. Untuk berobat ke sini saja (RSUD-red) kami hanya dapat pinjaman sedikit uang dari majikan. Tapi kalau sampai dirujuk ke Pekanbaru, pastilah biayanya besar. Kami tak punya uang buat ongkos berobat. Penghasilan kami tak seberapa,  buat makan saja tak cukup.  Kami  hanya  berharap  perto­lo­ngan  Tuhan.
Semoga Tuhan mengirim­kan seseorang yang dermawan  membantu anak kami yang semakin lama kian  menderita. Kasihan dia, kepalanya sudah bolong dan menjadi sarang  ulat,’’ tutur  Suriadi, menahan tangis.
Sehari-hari, Suriadi menjadi tukang jaga kebun di daerah Simpang Lima Desa Petani.  Suriadi  gamang  membawa anaknya berobat ke Pekanbaru. Dia mengaku, jangankan buat  biaya pengobatan, untuk ongkos ke Pekanbaru pun dia tak punya. “Darimana uang berobat ke Pekanbaru harus kami carikan. Buat  makan saja, kami masih dibantu sama majikan,” ungkapnya,  seraya menam­bahkan  keluarganya tak terdaf­tar sebagai peserta Jamkesda, lantaran baru pindah dari Dalu-Dalu.
Suriadi mengisahkan, derita bayi itu berawal dari luka biasa, tepat di ubun-ubun kepala. Karena tak punya biaya untuk pengobatan,  penyakit anak semakin hari kian   parah saja. Kepala yang gatal itu makin membusuk hingga digerogoti ulat dan berlubang. “Dia sakit sejak berusia sekitar 3 bulan. Pertama hanya gatal gatal di kepala. Lalu, dibersihkan dan di beri obat seadanya. Tapi ternyata  makin memburuk. Malah dia sampai kejang jika merasa sakit,” keluhnya lagi.
Tak tahan melihat  luka di kepala anaknya makin parah dan sering kejang kejang,   Suriadi membawa puteranya berobat kampung, ketika masih bermukim  di Dalu-Dalu. “Menurut orang pandai itu, anak kami kena penyakit Palasik, yakni, orang yang suka menyedot darah bayi secara gaib. Itu terjadi semenjak anak masih berada dalam kandungan ibunya,’’ tutur Suriadi.
Dan “orang pandai” yang diyakini Suriadi itu pun mem­berikan beberapa ramuan. Na­mun, jangankan membaik, luka itu malah kian parah. Hingga kemudian mereka sekeluarga meninggalkan Dalu-Dalu.
Mendapat rujukan ke RSUD Pekanbaru, Suriadi dan isterinya hanya berdiam diri. Mata sepasang suami isteri menerawang jauh. Hati mereka berkecamuk sedih. Luka kian menganga. Buat ke Pekanbaru, mereka harus menyewa ambu­lance RSUD untuk membawa anaknya.  Suriadi hanya bisa pasrah. Dan, dengan langkah lunglai, ia kembali membawa bayinya pulang  ke tengah perkebunan sawit di Simpang Lima Desa Petani. “Kami tak tahu lagi harus berbuat apa. Baiknya pulang saja dulu, sembari berusaha bagaimana caranya membawa dia berobat ke Pekanbaru,” ujar Suriadi yang merahasiakan nama pu­tranya.
Saat wartawan coba menda­tangi  ke kediamannya di Simpang Lima Desa Petani, Rabu (23/11) siang, ternyata keluarga ini tak berada di tempat. Menurut para tetangga, majikan Suriadi prihatin de­ngan derita bayi malang itu, hingga kemudian menyuruh keluarga itu membawa putra­nya ke Pekanbaru. “Mereka sudah ke Pekanbaru. Majikan­nya yang menyuruh berobat ke RSUD Pekanbaru,” jelas salah seorang tetangganya. (hr/sus)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar