Borobudur Temple in Magelang, West Java.
YOGYAKARTA--Para pelaku industri pariwisata yang menjual paket wisata Yogyakarta dan sekitarnya mengancam untuk mencoret trip ke Candi Borobudur dari paket wisata mereka menyusul kenaikan tarif masuk taman wisata candi tersebut per-15 Januari 2013.
"Kami sudah membahas soal ini dan sudah ada beberapa pelaku industri yang mencoret trip ke Candi Borobudur dari paket wisata yang mereka tawarkan kepada wisatawan mancanegara (wisman)," kata Ketua ASITA Chapter Yogyakarta, Edwin Ismedi Himna, di Yogyakarta, Selasa.
Ia mengatakan, kenaikan tarif masuk Candi Borobudur sangat memberatkan para pelaku industri pariwisata yang menjual paket wisata Yogyakarta. Apalagi, kenaikan tarif itu ditetapkan secara mendadak melalui surat PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan & Ratu Boko bernomor 2898/OP.002/XII/2012 tentang pemberitahuan penetapan dolar AS.
Semula kurs ditetapkan Rp9.000 untuk harga tiket masuk ke Candi Borobudur 20 dolar AS, dan per-15 Januari 2013 ditetapkan kurs menjadi Rp9.500 per dolar AS.
Sebagai konsekuensinya, pembelian tiket wisman ke Candi Borobudur mengacu pada penyesuaian kurs dolar AS menjadi Rp 190.000 (20 dolar AS x Rp9.500) dari sebelumnya Rp 180.000 (20 dolar AS x Rp9.000).
"Sedangkan kami sudah terikat kontrak sampai dengan April 2013 dengan perusahaan rekanan kami di luar negeri sehingga dengan adanya kenaikan ini kami harus menyubsidi selisih harga itu dan ini jelas sangat merugikan," katanya.
Bahkan ada perusahaan rekanan di Jepang yang sudah memutuskan tidak akan memperpanjang kontrak karena harga paket wisata ke Yogyakarta yang tergolong mahal.
Untuk mengantisipasi hal itu, pihaknya mewacanakan untuk menjadikan trip ke Candi Borobudur sebagai optional sehingga bagi hanya wisatawan yang menginginkannya saja yang akan dilayani untuk berwisata ke candi tersebut dengan tambahan biaya khusus yang disepakati.
Direktur Mata Tour, Chandra Karang, salah satu pelaku industri yang memiliki kontrak kerja sama dengan perusahaan Jepang, menyayangkan kenaikan tarif masuk Candi Borobudur secara sepihak itu.
"Secara logika kunjungan turis Jepang sudah menurun, mereka juga tipikal turis yang sangat sensitif terhadap harga sehingga kenaikan yang sedikit saja akan membuat mereka mengalihkan perjalanan ke destinasi yang lebih murah," katanya.
Ia berharap, para pengelola daya tarik wisata selalu melibatkan pelaku industri agar beban kenaikan tiket masuk yang tidak ekonomis itu kemudian dibebankan kepada calon wisatawan.
"Jangan membandingkan dengan destinasi lain seperti Grand Canyon, menara Eiffel, dengan Candi Borobudur di sini. Mereka semua dengan pengelolaan yang baik sedangkan kenaikan tarif di Candi Borobudur belum dibarengi dengan peningkatan kualitas yang memadai," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar