AMANDA Mulia Syahdina Putri
Lewat sebuah puisi, seorang anak kampung dari pelosok nagari di Sijunjung, menggapai impiannya di panggung nasional. Gadis cilik dari keluarga miskin itu, mengharumkan nama Sumbar setelah menjadi jawara pada Lomba Cipta Puisi Piala Presiden RI.
AMANDA Mulia Syahdina Putri, nama pujangga cilik itu. Murid kelas 6 SDN 01 Sijunjung ini, menyingkirkan ratusan pujangga cilik terbaik dari seluruh penjuru Nusantara. Terlahir dari rahim keluarga tak mampu, bukan halangan baginya untuk merebut bintang di langit. Tekad itu, kini telah dibuktikan Amanda.
Putri, panggilan akrabnya, mewarisi pujangga-pujangga legendaris dari Ranah Minang, sebagai negeri penghasil seniman dan penyair besar di Tanah Air. Kini, nama Putri menjulang setelah meraih juara satu Lomba Cipta Seni Pelajar Nasional 2012 di Cipanas, Bogor, Jawa Barat, pada 6-9 Oktober lalu.
Dengan bekal semangat menggebu, Putri berangkat ke Bogor didampingi Kabid SMP/SMA Dinas Pendidikan Sijunjung, Yulismaleni. Dalam lomba tersebut, Putri mengusung karya puisinya berjudul “Sang Nenek Penari Tua”. Tanpa diduga, puisi Putri membuat juri jatuh cinta. Gadis belia asal Pematangpanjang, Kecamatan Sijunjung, ini pun didapuk penghargaan dari Presiden SBY dan ibu negara Ani Yudhoyono.
Dalam benaknya, Putri hanya ingin mewujudkan bakat terpendam menciptakan puisi. Karena itu pula, sedikit pun tak terlintas di benak gadis mungil kelahiran 15 Juni 2001 itu, bisa bertemu presiden lewat puisinya.
Sejak umur 8 tahun, tepatnya kelas dua SD, anak bungsu dari empat bersaudara itu telah bersemai bakatnya di bidang seni tari dan puisi. Talenta itu dia salurkan lewat Sanggar Seni Yumaco Sijunjung.
Dalam setiap pertunjukan seni tari Sanggar Yumaco ke Malaysia, Thailand dan Singapore, bintang Putri selalu tampak bersinar. Menurut Pimpinan Sanggar Yumaco, Nurhayati, setelah ujian semester sekolah nanti, Putri akan tampil di Beijing, China bersama Sanggar Seni Yumaco.
“Bakatnya sudah terlihat ketika bergabung dengan Sanggar Seni Yumaco. Saat itu Putri masih kelas 2 SD. Melihat talenta Putri, kami dari sanggar memberi perhatian khusus padanya. Gayung bersambung, pihak sekolah dan keluarga pun mendukung bakat Putri,” timpal Yusmaleni, pendamping Putri selama lomba di Bogor.
Dalam keluarga, Putri satu-satunya perempuan dalam empat bersaudara. Dia tidak saja memiliki bakat seni, tapi juga semangat dan keberanian tampil di panggung. Selain piawai bermain kata dan olah tubuh di pentas, Putri pun dikarunia otak encer. Tak heran, Putri selalu langganan rangking tiga besar di kelas.
“Dia (Putri, red) terbilang pintar. Dalam pergaulan, Putri disenangi teman-teman, karena penurut pada guru dan orangtua. Makanya, Putri sering dijadikan contoh oleh para gurunya di sekolah,” jelas Kepala SDN 01 Sijunjung, Wirnailis.
Untuk sampai menuju pentas nasional, perjuangan Putri tidaklah mudah. Berbekal juara I Kabupaten Sijunjung dalam lomba bercerita tingkat SD dan juara harapan I pada lomba yang sama di tingkat provinsi pada 2011, Putri diutus Sijunjung pada ajang FLS2N untuk lomba bercerita, pidato dan cipta puisi tingkat provinsi dan mendapat nilai tertinggi pada 2012. Dalam tahun ini, Putri berhasil meraih juara pertama.
Dengan prestasi tersebut, Dinas Pendidikan Sumbar mengirim puisinya ke Jakarta untuk dinilai oleh panitia lomba dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, sebagai salah satu syarat tampil dalam ajang nasional.
Dalam penantian menunggu hasil penilaian dari dua kementerian tersebut, akhirnya Sumbar mendapatkan tiga tiket menuju Bogor, tempat pelaksanaan lomba. Ketiga pelajar SD itu; Mailani Harva Bena dari SDN 09 Bandarpurus, Padang untuk lomba melukis, Syahlaisa Arfa Amani dari SDN Percobaan Padang untuk lomba membatik serta Amanda Putri dari SDN 01 Sijunjung untuk lomba cipta puisi.
Perlombaan digelar di Hotel Palace, Cipanas, Bogor selama tiga hari. “Karena puisi saya dinilai layak diikutkan ke tingkat nasional, makanya saya dan dua teman lainnya bisa ikut lomba,” aku Putri, polos.
Setelah dinyatakan sebagai pemenang pertama, Putri diundang ke Istana Bogor untuk bertemu dan berdialog dengan Presiden. “Saya anak Sijunjung yang tak pernah membayangkan bisa masuk Istana Bogor dan bertemu Presiden. Mungkin inilah hadiah kesungguhan saya berlatih. Hadiah ini saya persembahkan untuk ibu-bapak dan kakak-kakak, guru Sanggar Yumaco dan di sekolah, serta orang-orang yang telah mengantarkan saya menuju istana,” ujarnya bijak.
Putri mengaku puisi yang mengantarkannya sebagai pemenang tersebut, terinspirasi dari suasana Sanggar Yumaco. Peserta tarinya banyak dari kalangan lansia, yang berusia di atas 60 tahun. Puisi yang berjudulSang Nenek Penari Tua itu, diciptakannya hanya dalam waktu 30 menit.
“Pertama saya mengira kalau Putri bergurau telah membuat puisi ketika latihan di Sanggar yang diikuti oleh lansia ketika itu, karena saya melihat dia hanya menulis sebentar. Saya baru percaya ketika dia membacakannya, dan saya terkejut, karena puisinya sangat alami dan menyentuh. Dia menggambarkan tentang seorang penari yang sudah tua, tapi memiliki semangat dan ketekunan seolah masih berusia muda,” ungkap Nurhayati dengan haru. (***)
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar