Featured Video

Selasa, 16 Oktober 2012

”Sang Nenek Penari Tua”, hanya 30 Menit Amanda MS Putri, Jawara Nasional Puisi Tingkat Pelajar dari Sijunjung

AMANDA Mulia Syah­dina Putri

Lewat sebuah puisi, seorang anak kampung dari pelosok nagari di Sijunjung, menggapai impiannya di panggung nasional. Gadis cilik dari keluarga miskin itu, mengharumkan nama Sumbar setelah menjadi jawara pada Lomba Cipta Puisi Piala Presiden RI.  


AMANDA Mulia Syah­dina Putri, nama pujangga cilik itu. Murid kelas 6 SDN 01 Si­junjung ini, menyingkirkan ra­tusan pujangga cilik terbaik dari seluruh penjuru Nusan­ta­ra. Terlahir dari rahim keluar­ga tak mampu, bukan hala­ngan baginya untuk mere­but bin­tang di langit. Tekad itu, kini telah dibuktikan Amanda.   

Putri, panggilan akrabnya, me­warisi pujangga-pujangga le­gendaris dari Ranah Minang, se­bagai negeri penghasil seni­man dan penyair besar di Ta­nah Air. Kini, nama Putri men­ju­lang setelah meraih juara sa­tu Lomba Cipta Seni Pelajar Na­sional 2012 di Cipanas, Bo­gor, Jawa Barat, pada 6-9 Okto­ber lalu.

Dengan bekal semangat menggebu, Putri berangkat ke Bogor didampingi Kabid SMP/SMA Dinas Pendidikan Sijun­jung, Yulismaleni. Dalam lom­ba tersebut, Putri mengu­sung karya puisinya berjudul “Sang Ne­nek Penari Tua”. Tanpa di­duga, puisi Putri membuat juri ja­tuh cinta. Gadis belia asal Pe­ma­tangpanjang, Kecamatan Si­junjung, ini pun didapuk peng­hargaan dari Presiden SBY dan ibu negara Ani Yu­dhoyono.

Dalam benaknya, Putri ha­nya ingin mewujudkan bakat ter­pendam menciptakan puisi. Ka­­rena itu pula, sedikit pun tak ter­­lintas di benak gadis mungil ke­­lahiran 15 Juni 2001 itu, bisa ber­temu presiden lewat pui­sinya.

Sejak umur 8 tahun, tepat­nya kelas dua SD, anak bungsu dari empat bersaudara itu telah ber­semai bakatnya di bidang seni tari dan puisi. Talenta  itu dia salurkan lewat  Sanggar Seni Yumaco Sijunjung.
Dalam setiap pertunjukan se­ni tari Sanggar Yumaco ke Ma­laysia, Thailand dan Singa­pore, bin­tang Putri selalu tampak ber­sinar. Menurut Pimpinan Sang­gar Yumaco, Nurhayati, sete­lah ujian semester sekolah nanti, Pu­tri akan tampil di Beijing, China ber­sama Sanggar Seni Yumaco.

“Bakatnya sudah terlihat ke­ti­ka bergabung dengan Sang­gar Se­ni Yumaco. Saat itu Putri ma­sih kelas 2 SD. Melihat talenta Pu­­tri, kami dari sanggar mem­be­ri perhatian khusus pa­danya. Ga­yung bersambung, pihak s­e­kolah dan keluarga pun men­dukung bakat Putri,” timpal Yusmaleni, pendamping Putri selama lomba di Bogor.

Dalam keluarga, Putri satu-sa­tunya perempuan dalam em­pat bersaudara. Dia tidak saja me­miliki bakat seni, tapi juga se­ma­ngat dan keberanian tampil di panggung. Selain piawai bermain kata dan olah tubuh di pentas, Putri pun dikarunia otak encer. Tak heran, Putri selalu lang­g­anan rangking tiga besar di kelas.

“Dia (Putri, red) terbilang pin­tar. Dalam pergaulan, Putri disenangi teman-teman, karena pe­nurut pada guru dan orang­tua. Makanya, Putri sering dija­di­kan contoh oleh para guru­nya di sekolah,” jelas Kepala SDN 01 Si­junjung, Wirnailis. 

Untuk sampai menuju pen­tas nasional, perjuangan Putri tidaklah mudah. Berbekal juara I Kabupaten Sijunjung dalam lomba bercerita tingkat SD dan juara harapan I pada lomba yang sama di tingkat provinsi pada 2011, Putri diutus Sijunjung pada ajang FLS2N untuk lomba bercerita, pidato dan cipta puisi tingkat provinsi dan mendapat nilai tertinggi pada 2012. Dalam tahun ini, Putri berhasil meraih juara pertama.

Dengan prestasi tersebut, Di­nas Pendidikan Sumbar me­ng­irim puisinya ke Jakarta untuk dinilai oleh panitia lomba dari Ke­­menterian Pariwisata dan Eko­­nomi Kreatif serta Kemen­te­r­ian Pendidikan dan Keb­u­da­yaan, sebagai salah satu syarat tam­pil dalam ajang nasional.

Dalam penantian menunggu hasil penilaian dari dua kemen­te­rian tersebut, akhirnya Sum­bar mendapatkan tiga tiket me­nuju Bogor, tempat pelak­sanaan lom­ba. Ketiga pelajar SD itu; Mailani Harva Bena dari SDN 09 Ban­dar­purus, Padang untuk lom­ba me­lukis, Syahlaisa Arfa Ama­ni dari SDN Percobaan Padang un­tuk lom­ba membatik serta Amanda Putri dari SDN 01 Sijun­jung un­tuk lomba cipta puisi.

Perlombaan digelar di Hotel Palace, Cipanas, Bogor selama tiga hari. “Karena puisi saya dinilai layak diikutkan ke tingkat nasional, makanya saya dan dua teman lainnya bisa ikut lomba,” aku Putri, polos.

Setelah dinyatakan sebagai pe­menang pertama, Putri diun­dang ke Istana Bogor untuk ber­te­mu dan berdialog dengan Pre­si­den. “Saya anak Sijunjung yang tak pernah membayangkan bisa ma­­suk Istana Bogor dan ber­te­mu Presiden. Mungkin inilah ha­diah kesungguhan saya berl­atih. Hadiah ini saya persembahkan un­tuk ibu-bapak dan kakak-ka­kak, guru Sanggar Yumaco dan di sekolah, serta orang-orang yang telah mengantarkan saya menuju istana,” ujarnya bijak.

Putri mengaku puisi yang me­ngantarkannya sebagai pe­me­nang tersebut, terinspirasi dari suasana Sanggar Yumaco. Pe­serta tarinya banyak dari ka­langan lansia, yang berusia di atas 60 tahun. Puisi yang ber­ju­dulSang Nenek Penari Tua itu, diciptakannya hanya dalam waktu 30 menit.

“Pertama saya mengira ka­lau Putri bergurau telah mem­buat puisi ketika latihan di Sang­g­ar yang diikuti oleh lansia ke­t­­i­ka itu, karena saya melihat dia h­a­nya menulis sebentar. Saya ba­ru percaya ketika dia mem­bacakannya, dan saya te­r­kejut, karena puisinya sangat alami dan menyentuh. Dia menggam­bar­­kan tentang seorang penari yang sudah tua, tapi memiliki se­ma­ngat dan ketekunan seolah ma­­sih berusia muda,” ungkap Nur­hayati dengan haru. (***)


sumber


Tidak ada komentar:

Posting Komentar