Masalah pesepakbola wanita yang memakai jilbab sedang menjadi bahasan otoritas. PBB kini meminta FIFA mencabut peraturan yang melarang penggunaan jenis pakaian tersebut.
Permintaan itu disampaikan PBB melalui Wilfried Lemke, penasehat khusus di bidang olahraga, dengan menulis menulis surat pada Presiden FIFA Sepp Blatter. Sekjen PBB Ban Ki-moon dikabarkan mendukung inisiatif tersebut.
Dalam suratnya Lemke antara lain menyatakan, ini adalah kesempatan buat FIFA untuk “memindahkan sebuah penghalang yang bisa menghalangi wanita dewasa (woman) dan perempuan (girl) untuk berpartisipasi dalam sepakbola”, serta akan menjadi sebuah “contoh positif”.
Sejumlah cabang olahraga sudah melarang pemakaian jilbab seperti atletik, rugby, anggar, bola tangan, dan taekwondo.
“Ini akan menjadi sebuah pesan bahwa setiap atlet perempuan, dari level top elit sampai ke akar rumput, memiliki kebebasan untuk memutuskan ingin memakai sesuatu dalam pakaiannya di lapangan atau tidak,” demikian Lemke, seperti dilansir Reuters.
Beberapa anggota Komite Ekseutif FIFA juga memberi dukungan atas kebebasan itu, antara lain Issa Hayatour, presiden konfederasi Afrika (CAS), dan Zhang Jilong, pejabat presiden konfederasi Asia (AFC).
Pangeran Ali Al Hussein dari Yordania, yang dalam usia 36 tahun menjadi anggota termuda Komite Eksekutif FIFA, berencana menyurati International Football Association Board (IFAB) sebelum mereka menggelar rapat tahunan di Bagshot, Surrey, Inggris, hari Sabtu besok.“Ini isu yang sangat penting. Ini bukan penutup tubuh yang terkait agama, ini lebih soal kultur,” cetusnya yang dilansir detiksport.
“Sepakbola wanita sudah punya jalan yang panjang, sebagamana kita telah berpengalaman di Piala Dunia Wanita yang terakhir. Dan situasi saat ini mengatakan pada wanita di seluruh dunia bahwa kalian tidak boleh berpartisipasi untuk sebuah alasan yang tidak masuk akal.
“Itu adalah prasangka. Ini tidak adil. Ini harus diluruskan. Baju lengan panjang dan celana panjang (legging) sudah dibolehkan. Ini bukan soal simbol keagamaan. Ini masalah kesopanan budaya, dan saya menangkapnya sekarang karena ini sebuah isu besar buat banyak wanita di seluruh dunia.”
IFAB melarang jilbab, yang mulai diperkenalkan oleh Federasi Sepakbola Quebec di tahun 2007, dengan alasan keamanan. Tapi kini disebutkan bahwa hal itu sudah bukan sebuah kehawatiran lagi. Berbagai tes menghasilkan bahwa jilbab tidak pernah menyebabkan cedera pemain.(h/net)
http://www.harianhaluan.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar