REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Pembelian kapal perang ampibi kelas Mistral buatan Prancis oleh Rusia merupakan ancaman bagi keamanan AS dan itu ditujukan terhadap sekutu Washington, kata ketua Komite Luar Negeri DPR AS Ileana Ros-Lehtinen.
"Hal ini sangat mengganggu bahwa Prancis, sekutu NATO, telah memutuskan untuk mengabaikan bahaya yang jelas penjualan kapal perang canggih untuk Rusia, bahkan pada saat Moskow sedang mengambil pendekatan yang semakin memusuhi Amerika Serikat, negara-negara tetangganya sendiri, dan Eropa sendiri," kata Ileana Ros-Lehtinen dalam sebuah pernyataan, Jumat (17/6)
Rusia dan Prancis menandatangani kontrak senilai 1,7 miliar dolar AS (1,2 miliar euro) untuk dua kapal kelas Mistral bagi Angkatan Laut Rusia di St Petersburg pada Jumat. Sejalan dengan kontrak itu, kapal perang pertama akan diserahkan pada 2014 dan yang kedua pada tahun 2015.
Kapal perang itu akan dilengkapi dengan sistem senjata Rusia, kata Kepala Angkatan Laut Laksamana Vladimir Vysotsky.
Presiden Prancis Nicolas Sarcozy memuji kontrak tersebut sebagai tanda kemitraan strategis antara kedua negara.
Kesepakatan ini mengkhawatirkan tetangga Rusia, khususnya Georgia, yang hubungannya dengan Rusia tetap sangat tegang sejak perang lima hari Agustus 2008 antara negara-negara republik yang memisahkan diri Ossetia Selatan, yang kemudian diakui Rusia sebagai negara merdeka.
"Banyak dari sekutu kami di kawasan itu, seperti Georgia dan negara-negara Baltik, telah mengalami serangan dunia maya, tekanan ekonomi yang parah, dan bahkan invasi oleh Rusia," menurut pernyataan Ros-Lehtinen.
Rusia dan Prancis pada Januari menandatangani perjanjian antar-pemerintah untuk membangun dua kapal kelas Mistral pengangkut helikopter di galangan kapal STX di Saint-Nazaire, Prancis. Kapal kedua direncanakan akan dibangun di Rusia.
Pembicaraan kontrak tersandung permintaan Rusia untuk transfer sistem elektronik yang sensitif.
Sebuah kapal kelas Mistral mampu membawa 16 helikopter, empat kapal pendarat, 70 kendaraan lapis baja, dan 450 personil.