Nadirlan, (56), namanya, hidup sebatang kara dengan perih berlipat. Sang istri sudah lama meninggalkannya begitu saja, bahkan sekarang sudah menikah lagi.
Sementara dua anak yang ditinggalkan sang istri pasca dia mengidap penyakit berat kini tak lagi dekat dengannya. Sang kakak, diajak orang, ada masyarakat yang berhiba hati dan membawanya. Nadirlan pun sudah lupa siapa yang membawa. Sementara Fitri Solehati (12) juga tinggal berpindah dari satu sanak ke famili lainnya. Putus sekolah.
Rabu (19/6), Dompet Dhua fa Singgalang menitipkan bantuan dari donatur sebesar Rp1 juta, namun kemenakannya, Maidel Fitra (33), yang ketika itu datang mewakili Nadirlan mengatakan, “Kalau bisa minta tolong dibawa ke rumah sakit, Bu, kondisinya sudah semakin parah.”
Sebelumnya, dokter Puskesmas Talang Babungo mengatakan, Nadirlan, warga Jorong Bulakan Nagari Talang Babungo Kec. Hiliran Gumanti, Solok itu mengidap penyakit suspek Carcinoma Cel Skuamosa dengan Gangren Carsinomatosa. Penyakit yang membuat selingkaran perutnya borok dan ber- ulat.
Luka menganga di perutnya itu berawal dari benjolan kecil sebesar biji jeruk yang tumbuh di dekat pusar. Beberapa hari saja benjolan itu semakin besar dan mulai memerah. Karena menduga ini hanya benjolan biasa, Nadirlan menusuknya dengan jarum dan mengeluarkan darah yang ada dalam benjolan. Akan tetapi, luka yang dibuatnya ini tidak kunjung mengering. Melainkan kian melebar dan mengeluarkan darah dan nanah dengan aroma yang pekat.
Satu bulan setelah memecahkan benjolan itu, Nadirlan yang dulunya berprofesi sebagai tukang ojek mendatangi puskesmas Talang Babungo. Dokter puskesmas memvonis lukanya telah infeksi dan butuh penanganan khusus dari pihak Rumah Sakit.
Karena tidak ada biaya, ia mengabaikan nasihat dokter dan terus bekerja, mencari nafkah untuk istri dan ke empat anaknya. Namun luka tukak itu terus melebar hingga akhirnya tak sanggup lagi bekerja berat. Kondisinya yang semakin parah membuat istrinya pergi.
Sudah enam tahun dia menanggung sakit itu, sampai kemudian benar-benar harus terbuang. Tidak ada yang mau mendekat karena lukanya itu menimbukan bau yang pekat. Kini dia tinggal di gubuk reot berdindingkan papan kayu berukuran 3×6 meter. Untuk mencapai gubuknya harus melalui semak belukar sekitar 300 meter dari jalan setapak yang membatasi jalan gang Jorong Bulakan dengan sawah.
Dia ingat sekali, perih. Ketika ditinggal begitu saja. Diusir pula dari rumah yang akan dijual sang istri. Namun hidup terus berlanjut, meski kini dia hanya berharap pada tangan orang yang sudi memberinya bantuan. Kalau kondisi agak kuat, dia pergi mengemis ke rumah-rumah penduduk. Membeli bahan makanan seadanya dan memasaknya senidiri.
Sangat malu sebenarnya, tapi cuma mengemis yang mampu dia lakukan. Meski seringkali melihat orang yang terburu menjauh ketika dia mendekat. Dia maklum. Lukanya begitu berbau. Ingin berobat tapi pakai apa. Ingin sembuh tapi Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) tak ada, Menurut Dinas kesehatan setempat, nama Nadirlan sudah didaftarkan cuma entah kapan keluarnya.
Nadirlan ingin bisa mencari nafkah kembali. Setidaknya untuk bungsunya Fitri. “Biar fitri bisa kembali sekolah,” katanya seperti diceritakan Maidel.
Walau sakitnya makin parah, makan pun hanya sanggup sekali, Nadirlan te tap berharap. Ulurkan tangan Anda untuk Nadirlan melalui Dompet Dhuafa Sing galang di Jalan Juanda No 31 C Pasar Pagi Padang atau hubungi telp. 0751 40098. (winda)
Rabu (19/6), Dompet Dhua fa Singgalang menitipkan bantuan dari donatur sebesar Rp1 juta, namun kemenakannya, Maidel Fitra (33), yang ketika itu datang mewakili Nadirlan mengatakan, “Kalau bisa minta tolong dibawa ke rumah sakit, Bu, kondisinya sudah semakin parah.”
Sebelumnya, dokter Puskesmas Talang Babungo mengatakan, Nadirlan, warga Jorong Bulakan Nagari Talang Babungo Kec. Hiliran Gumanti, Solok itu mengidap penyakit suspek Carcinoma Cel Skuamosa dengan Gangren Carsinomatosa. Penyakit yang membuat selingkaran perutnya borok dan ber- ulat.
Luka menganga di perutnya itu berawal dari benjolan kecil sebesar biji jeruk yang tumbuh di dekat pusar. Beberapa hari saja benjolan itu semakin besar dan mulai memerah. Karena menduga ini hanya benjolan biasa, Nadirlan menusuknya dengan jarum dan mengeluarkan darah yang ada dalam benjolan. Akan tetapi, luka yang dibuatnya ini tidak kunjung mengering. Melainkan kian melebar dan mengeluarkan darah dan nanah dengan aroma yang pekat.
Satu bulan setelah memecahkan benjolan itu, Nadirlan yang dulunya berprofesi sebagai tukang ojek mendatangi puskesmas Talang Babungo. Dokter puskesmas memvonis lukanya telah infeksi dan butuh penanganan khusus dari pihak Rumah Sakit.
Karena tidak ada biaya, ia mengabaikan nasihat dokter dan terus bekerja, mencari nafkah untuk istri dan ke empat anaknya. Namun luka tukak itu terus melebar hingga akhirnya tak sanggup lagi bekerja berat. Kondisinya yang semakin parah membuat istrinya pergi.
Sudah enam tahun dia menanggung sakit itu, sampai kemudian benar-benar harus terbuang. Tidak ada yang mau mendekat karena lukanya itu menimbukan bau yang pekat. Kini dia tinggal di gubuk reot berdindingkan papan kayu berukuran 3×6 meter. Untuk mencapai gubuknya harus melalui semak belukar sekitar 300 meter dari jalan setapak yang membatasi jalan gang Jorong Bulakan dengan sawah.
Dia ingat sekali, perih. Ketika ditinggal begitu saja. Diusir pula dari rumah yang akan dijual sang istri. Namun hidup terus berlanjut, meski kini dia hanya berharap pada tangan orang yang sudi memberinya bantuan. Kalau kondisi agak kuat, dia pergi mengemis ke rumah-rumah penduduk. Membeli bahan makanan seadanya dan memasaknya senidiri.
Sangat malu sebenarnya, tapi cuma mengemis yang mampu dia lakukan. Meski seringkali melihat orang yang terburu menjauh ketika dia mendekat. Dia maklum. Lukanya begitu berbau. Ingin berobat tapi pakai apa. Ingin sembuh tapi Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) tak ada, Menurut Dinas kesehatan setempat, nama Nadirlan sudah didaftarkan cuma entah kapan keluarnya.
Nadirlan ingin bisa mencari nafkah kembali. Setidaknya untuk bungsunya Fitri. “Biar fitri bisa kembali sekolah,” katanya seperti diceritakan Maidel.
Walau sakitnya makin parah, makan pun hanya sanggup sekali, Nadirlan te tap berharap. Ulurkan tangan Anda untuk Nadirlan melalui Dompet Dhuafa Sing galang di Jalan Juanda No 31 C Pasar Pagi Padang atau hubungi telp. 0751 40098. (winda)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar