Kalau mau merampok dan mencuri ke Bukittinggi saja". Jangan-jangan, komunikasi antar para perampok dan pencuri begitu adanya. Karena terbukti! 99 persen aksi pencurian dan perampokan di kota wisata ini berjalan mulus. Pengusutannya pun juga tak jelas seperti apa.
Nyaris sebagian besar aksi pencurian dan perampokan di daerah ini tak terbongkar. Para pelaku bisa bersenang-senang menikmati hasil kejahatannya. Buntutnya, para penjahat menjadi doyan alias ketagihan melakukan perampokan dan pencurian di kota yang polresnya dipimpin oleh AKBP Amirjan ini.
Kejahatan yang teranyar di kota wisata terjadi Kamis (23/1) dinihari. Anjungan Tunai Mandiri (ATM) milik Bank Rakyat Indonesia (BRI) di kawasan Guguak Bulek Kecamatan Mandiagin Koto Selatan (MKS) Kota Bukittinggi dibobol oleh maling. Dalam kejadian ini, kawanan maling membawa kabur bagian bawah mesin ATM yang berisi uang tunai sekitar Rp356 juta. Namun pihak BRI masih menghitung jumlah pasti berapa banyak uang di dalam mesin tersebut.
Belum ada gambaran siapa pelaku oleh jajaran Polres Bukittinggi. CCTV yang ada di ruang ATM dibawa kabur oleh pelaku. Sedangkan kondisi yang terekam hanya sampai Rabu (22/1) pukul 00.00 WIB. Sedangkan kamera yang ada di bagian luar mini market yang tak jauh dari lokasi ATM tidak merekam kejadian. Sebab CCTV tersebut tidak memiliki alat perekam, hanya pemantau saja.
Sepekan yang lalu, tepatnya Jumat (17/1) perampokan cukup besar dan menghebohkan juga terjadi di Kota Bukittinggi. Korbannya, Wisal Karni (45), pemilik Toko Tas Yusuf. Uang sebanyak Rp125 juta yang baru saja diambilnya di salah satu bank di Bukittinggi, dirampok oleh dua pria yang mengendarai sepeda motor.
Modusnya, ketika korban hendak turun dari mobil di depan tokonya, pelaku memberitahu korban bahwa ban belakang mobilnya kempes. Korban yang masuk dalam pancingan pelaku, begitu turun dari mobil langsung bergerak ke samping belakang mobil untuk melihat kondisi ban.
Saat bersamaan, pelaku langsung mengambil kantong plastik hitam berisi uang Rp125 juta yang diletakan di lantai mobil bagian depan. Pelaku pun langsung berlari menuju ke arah temannya yang telah stamby di atas sepeda motor dengan kondisi mesin telah hidup. Pelaku pun bergegas kabur. Pelaku pun berteriak minta pertolongan kepada orang di sekitarnya. Warga dibantu polisi berupaya mengejar pelaku. Tapi sayang, mereka kehilangan jejak. Meski telah seminggu, hingga saat ini belum ada gambaran tentang pelaku oleh pihak kepolisian.
Sebelumnya pada Jumat (22/11/2013) aksi pencurian dengan kekerasan (curas) di Kota Bukittinggi. Korbannya pimpinan PT Lido Travel Bukittinggi, Erta Aini. Aksi perampokan ini tergolong nekad. Karena selain dilakukan pada siang bolong, juga dilakukan di lokasi yang cukup ramai. Uang korban senilai Rp150 juta berhasil dibawa kabur perampok yang terdiri dari dua orang. Sampai saat ini, belum ada kabar tentang progres pengungkapannnya.
Sepekan sebelumnya, Bank BTPN Kantor Cabang Pembantu (KCP) Aur Kuning Jalan By Pass Bukittinggi yang disatroni pencuri. Kawanan maling membawa kabur uang tunai dalam jumlah yang cukup besar, yakni Rp 598.917.900. Uang itu disimpan di dalam brankas. Kawanan perampok tampaknya cukup profesional. Mereka merusak brankas menggunakan gas elpiji. Sampai kini tak jelas juga pengungkapannya.
Pada tanggal 25 Oktober 2013, kawanan maling juga berhasil membobol brankas Bank Pundi. Modusnya, nyaris sama. Perampok mengambil uang dengan merusak brankas menggunakan mesin las. Kerugian Rp 152 juta. Pada malam yang sama, pencuri juga menggasak kendaraan di salah satu rumah warga yang tak jauh dari kantor Bank Pundi tersebut. Maling juga berusaha membobol kantor Indo Mobil Finance, meski berujung gagal.
Kejahatan-kejahatan berskala besar yang terjadi di Kota Bukittinggi memberikan kesan bahwa kota wisata itu tidak aman lagi untuk dikunjungi oleh wisatawan. Persoalan tingginya angka kriminal di Kota Bukittinggi akhir-akhir ini, bukan hanya membawa dampak kepada Kota Bukittinggi saja, tapi juga berefek bagi Sumatera Barat secara keseluruhan.
Mengapa? Karena pariwisata Sumatera Barat, pusatnya adalah Kota Bukittinggi. Demikian juga di bidang perdagangan, sentralnya juga berada di Bukittinggi. Makanya, ketika kota kelahiran Proklamator Moh Hatta tak aman lagi, akan berefek ke semua daerah di Sumatera Barat. Kiranya ini patut menjadi perhatian khusus dari Polresta Bukittinggi, termasuk oleh Polda Sumbar. Keamanan dan kenyamanan di Kota Bukittinggi sudah lampu merah!!**
Tidak ada komentar:
Posting Komentar