Isu-isu miring, sindiran yang bertubi-tubi terhadap pasangan calon presiden-wakil presiden, Prabowo Subianto-Hatta Rajasa ternyata membuat elektabilitas mereka naik. Survei terakhir menemukan hasil, jika pilpres diadakan hari ini, maka pasangan nomor 1 itu menang.
Hasil survei yang dihimpun Nurjaman Center for Indonesian Democracy (NCID) dari Fokus Survei Indonesia (FSI), Survei dan Polling Indonesia (SPIN), dan Lembaga Survei Indonesia (LSI) menunjukkan Prabowo-Hatta unggul.
Dalam siaran pers Kamis (12/6) Direktur Eksekutif NCID Jajat Nurjaman mengatakan, elektabilitas Prabowo-Hatta meningkat karena tim pemenangan Jokowi-JK dianggap kerap memojokkan pasangan tersebut dengan isu-isu sumir. “Sudah mulai bosannya masyarakat dengan gaya pencitraan yang dilakukan pasangan Jokowi-JK, serta cara tim suksesnya yang cenderung selalu memojokkan pasangan lain,” kata Jajat.
Hasil survei FSI menunjukkan Prabowo-Hatta unggul dengan 45,7 persen, sedangkan Jokowi-JK memperoleh 45,2 persen. Dalam survei SPIN, Prabowo-Hatta memperoleh 44,9 persen dan Jokowi-JK 40,1 persen. Sementara itu, berdasarkan survei LSI, Prabowo-Hatta unggul di wilayah Banten dan DKI Jakarta dengan 35 persen, sedangkan Jokowi JK 26,25 persen.
Sementara itu, tulis KCM dalam survei lain yang juga dianalisis oleh NCID, yakni Populi Center dan Pusat Data Bersatu (PDB), Jokowi-JK lebih unggul. Dalam survei Populi Center, Jokowi-JK memperoleh 47,5 persen, sedangkan Prabowo-Hatta dengan 36,9 persen. Dalam survei PDB, Jokowi-JK unggul dengan 32,2 persen dan Prabowo-Hatta 26,5 persen.
Tiga faktor
Sementara itu detikcom melansir survei yang dikeluarkan Lembaga Survei Nasional (LSN) menyebutkan elektabilitas pasangan Prabowo-Hatta menyalip Jokowi-JK. Elektabilitas Prabowo-Hatta mencapai 46,3%, sementara duet Joko wi-JK 38,8%.
Menurut Peneliti Utama LSN, Dipa Pradipta, ada 3 faktor yang membuat elektabilitas Jokowi menurun dari Prabowo.
“Pertama karena publik sudah mulai jenuh dengan figur Jokowi yang setahun lalu terus di blow up media,” jelas Dipa kepada wartawan dalam konferensi pers di tempat terpisah.
Faktor kedua, lanjut Dipa, mesin partai-partai pendukung Jokowi-JK yang tidak bekerja dengan optimal. Ketiga, publik mulai meragukan kapabilitas Jokowi terkait dengan penampilannya yang kurang mengesankan pada acara pengundian nomor urut KPU dan acara deklarasi damai di Hotel Bidakara beberapa waktu lalu.
Dipa mengatakan, turunnya elektabilitas Jokowi-JK terjadi di hampir semua daerah battle ground yaitu sembilan provinsi besar. Dan dari hasil survei terlihat Jokowi-JK hanya unggul di wilayah Jawa Tengah.
“Di Jateng, elektabilitas Jokowi-JK sebesar 47,5 persen dan Prabowo-Hatta hanya 43,3 persen dengan undecided voters sebesar 9,2 persen. Tetapi di delapan daerah lainnya seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Sumut, Banten, Sulsel, DKI Jakarta, Sumsel dan Lampung, Jokowi kalah,” jelasnya.
Dipa menambahkan, tingkat swing voters yang masih belum yakin memilih Prabowo-Hatta mencapai 15,9 persen. Sedangkan swing voters yang masih ragu untuk memilih Jokowi-JK sampai 21 persen.
“Jika tidak berhasil diyakinkan, suara-suara tersebut dapat berpindah atau akan golput dengan tidak memilih keduanya,” jelas Dipa.
Survei dilakukan antara tanggal 1-8 Juni 2014 di 33 provinsi dengan jumlah responden 1.070 orang dengan perbandingan laki-laki dan perempuan 50:50. Survei dilakukan melalui pengumpulan data teknik melalui wawancara dengan pedoman kuisioner. Margin of error survei -/+ 3% dengan tingkat kepercayaan 95%.
Survei ini dilengkapi analisis media dan in-depth interview dengan sejumlah narasumber.
VIVAnews juga melansir, kurang dari sebulan jelang pelaksanaan pilpres, elektabilitas Jokowi-JK malah tersendat.
Gema mengemukakan, dari sembilan daerah battle ground (provinsi dengan jumlah besar), hanya di Jawa Tengah pasangan yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu unggul.
“Di lain pihak, elektabilitas Prabowo-Hatta justru kian menanjak dan mengejar pasangan Jokowi-JK,” ujarnya.
Gema melanjutkan, di daerah yang selama ini dikenal menjadi ‘pangsa pasar’ tradisional dari PDI Perjuangan, elektabilitas Jokowi-JK sebesar 47,5 persen, dan Prabowo-Hatta 43,3 persen.
“Secara nasional undecided voters 9,2 persen. Sementara di Jawa Tengah 9,2 persen,” ucapnya.
Merdeka.com pun menulis Prabowo-Hatta hasil survei tersebut.
Di Jawa Barat, sebagai provinsi dengan jumlah pemilih terbesar di Indonesia, elektabilitas Jokowi-JK tertinggal cukup signifikan dari Prabowo-Hatta. s
Hasil survei yang dihimpun Nurjaman Center for Indonesian Democracy (NCID) dari Fokus Survei Indonesia (FSI), Survei dan Polling Indonesia (SPIN), dan Lembaga Survei Indonesia (LSI) menunjukkan Prabowo-Hatta unggul.
Dalam siaran pers Kamis (12/6) Direktur Eksekutif NCID Jajat Nurjaman mengatakan, elektabilitas Prabowo-Hatta meningkat karena tim pemenangan Jokowi-JK dianggap kerap memojokkan pasangan tersebut dengan isu-isu sumir. “Sudah mulai bosannya masyarakat dengan gaya pencitraan yang dilakukan pasangan Jokowi-JK, serta cara tim suksesnya yang cenderung selalu memojokkan pasangan lain,” kata Jajat.
Hasil survei FSI menunjukkan Prabowo-Hatta unggul dengan 45,7 persen, sedangkan Jokowi-JK memperoleh 45,2 persen. Dalam survei SPIN, Prabowo-Hatta memperoleh 44,9 persen dan Jokowi-JK 40,1 persen. Sementara itu, berdasarkan survei LSI, Prabowo-Hatta unggul di wilayah Banten dan DKI Jakarta dengan 35 persen, sedangkan Jokowi JK 26,25 persen.
Sementara itu, tulis KCM dalam survei lain yang juga dianalisis oleh NCID, yakni Populi Center dan Pusat Data Bersatu (PDB), Jokowi-JK lebih unggul. Dalam survei Populi Center, Jokowi-JK memperoleh 47,5 persen, sedangkan Prabowo-Hatta dengan 36,9 persen. Dalam survei PDB, Jokowi-JK unggul dengan 32,2 persen dan Prabowo-Hatta 26,5 persen.
Tiga faktor
Sementara itu detikcom melansir survei yang dikeluarkan Lembaga Survei Nasional (LSN) menyebutkan elektabilitas pasangan Prabowo-Hatta menyalip Jokowi-JK. Elektabilitas Prabowo-Hatta mencapai 46,3%, sementara duet Joko wi-JK 38,8%.
Menurut Peneliti Utama LSN, Dipa Pradipta, ada 3 faktor yang membuat elektabilitas Jokowi menurun dari Prabowo.
“Pertama karena publik sudah mulai jenuh dengan figur Jokowi yang setahun lalu terus di blow up media,” jelas Dipa kepada wartawan dalam konferensi pers di tempat terpisah.
Faktor kedua, lanjut Dipa, mesin partai-partai pendukung Jokowi-JK yang tidak bekerja dengan optimal. Ketiga, publik mulai meragukan kapabilitas Jokowi terkait dengan penampilannya yang kurang mengesankan pada acara pengundian nomor urut KPU dan acara deklarasi damai di Hotel Bidakara beberapa waktu lalu.
Dipa mengatakan, turunnya elektabilitas Jokowi-JK terjadi di hampir semua daerah battle ground yaitu sembilan provinsi besar. Dan dari hasil survei terlihat Jokowi-JK hanya unggul di wilayah Jawa Tengah.
“Di Jateng, elektabilitas Jokowi-JK sebesar 47,5 persen dan Prabowo-Hatta hanya 43,3 persen dengan undecided voters sebesar 9,2 persen. Tetapi di delapan daerah lainnya seperti Jawa Barat, Jawa Timur, Sumut, Banten, Sulsel, DKI Jakarta, Sumsel dan Lampung, Jokowi kalah,” jelasnya.
Dipa menambahkan, tingkat swing voters yang masih belum yakin memilih Prabowo-Hatta mencapai 15,9 persen. Sedangkan swing voters yang masih ragu untuk memilih Jokowi-JK sampai 21 persen.
“Jika tidak berhasil diyakinkan, suara-suara tersebut dapat berpindah atau akan golput dengan tidak memilih keduanya,” jelas Dipa.
Survei dilakukan antara tanggal 1-8 Juni 2014 di 33 provinsi dengan jumlah responden 1.070 orang dengan perbandingan laki-laki dan perempuan 50:50. Survei dilakukan melalui pengumpulan data teknik melalui wawancara dengan pedoman kuisioner. Margin of error survei -/+ 3% dengan tingkat kepercayaan 95%.
Survei ini dilengkapi analisis media dan in-depth interview dengan sejumlah narasumber.
VIVAnews juga melansir, kurang dari sebulan jelang pelaksanaan pilpres, elektabilitas Jokowi-JK malah tersendat.
Gema mengemukakan, dari sembilan daerah battle ground (provinsi dengan jumlah besar), hanya di Jawa Tengah pasangan yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu unggul.
“Di lain pihak, elektabilitas Prabowo-Hatta justru kian menanjak dan mengejar pasangan Jokowi-JK,” ujarnya.
Gema melanjutkan, di daerah yang selama ini dikenal menjadi ‘pangsa pasar’ tradisional dari PDI Perjuangan, elektabilitas Jokowi-JK sebesar 47,5 persen, dan Prabowo-Hatta 43,3 persen.
“Secara nasional undecided voters 9,2 persen. Sementara di Jawa Tengah 9,2 persen,” ucapnya.
Merdeka.com pun menulis Prabowo-Hatta hasil survei tersebut.
Di Jawa Barat, sebagai provinsi dengan jumlah pemilih terbesar di Indonesia, elektabilitas Jokowi-JK tertinggal cukup signifikan dari Prabowo-Hatta. s
Tidak ada komentar:
Posting Komentar