Peretasan kartu kredit menjadi kejahatan nomor satu yang paling dikhawatirkan orang Amerika, dibandingkan perampokan bahkan pembunuhan. Data itu merupakan hasil riset dari Gallup yang dirilis pada Senin (27/10/2014).
Seiring semakin maraknya pelanggaran transaksi elektronik yang dilaporkan oleh perusahaan ritel, dengan modus pencurian data kartu kredit pelanggannya, kesadaran akan ancaman peretas pun melonjak.
"Orang Amerika sekarang lebih khawatir data kartu kredit mereka diretas daripada (berhadapan dengan) kejahatan lain ketika ditanya, dan dengan persentase yang relatif tinggi sebagian dari mereka sudah pernah menjadi korban peretasan," ujar Gallup.
Sebanyak 69 persen responden survei ini menyatakan mereka khawatir peretas akan mencuri data kartu kredit mereka dan memakainya untuk bertransaksi.
Kejahatan lain yang memberikan persentase tinggi dikhawatirkan oleh orang Amerika berdasarkan survei itu adalah peretasan dan pencurian data dari komputer dan telepon genggam.
Data lain di survei ini memberikan data yang cukup jauh selisih persentasenya dibandingkan kedua peretasan tersebut. Pencurian rumah kosong, menjadi kekhawatiran bagi 45 responden survei, dan 42 persen dari mereka khawatir kecurian mobil.
Berikutnya, sekitar 31 persen orang Amerika khawatir anak-anak mereka yang masih berusia sekolah mengalami kekerasan fisik di sekolah atau dirampok. Menjadi korban terorisme "hanya" dikhawatirkan oleh 28 persen orang Amerika, pembunuhan dikhawatirkan oleh tak lebih dari 18 persen responden, serta penyerangan atau pembunuhan oleh rekan kerja menjadi kekhawatiran sekitar 7 persen responden.
Gallup menyatakan 27 persen responden mengaku mereka atau keluarganya menjadi korban peretasan dalam setahun terakhir. Peretasan kartu kredit pun selalu masuk dalam daftar sembilan kejahatan yang pernah dialami seluruh responden.
Lalu, 11 persen responden mengatakan mereka atau orang serumah mereka pernah mengalami peretasan komputer atau telepon genggam selama setahun terakhir. Kasus peretasan yang ini masuk dalam separuh isian daftar kejahatan yang pernah dialami para responden.
Data maraknya peretasan di jejaring ritel besar seperti "Target" dan "Home Depot" telah mengejutkan para responden survei. "(Data) ini bisa mempengaruhi pola belanja orang Amerika untuk melindungi identitas dan keuangannya. Ada kemungkinan mereka akan menghindari toko yang pernah diretas dengan lebih sering membayar tunai atau menggunakan kartu prabayar (untuk telepon)," papar Gallup.k
Tidak ada komentar:
Posting Komentar