Psikiater anak dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dr Ika Widyawati SpKJ (K) mengatakan, orangtua harus menghindarkan anak dari layar apa pun, baik televisi maupun "gadget" pada usia dua tahun pertama.
"Menurut penelitian di Amerika Serikat, anak yang terbiasa dengan layar sejak dini, agresivitasnya lebih tinggi tetapi perhatian terhadap sekitarnya kurang," kata Ika Widyawati di Jakarta, Jumat (26/12/2014).
Karena itulah, kata Ika, saat ini cukup banyak ditemui anak-anak yang lebih agresif. Terdapat cukup banyak kasus kekerasan yang melibatkan anak, baik sebagai korban maupun pelaku.
Hal itu salah satunya disebabkan pola asuh orangtua yang sudah memperkenalkan layar kepada anak. Beberapa orangtua membiarkan anaknya menonton televisi atau bermain gadget supaya tidak rewel di saat mereka mengerjakan pekerjaan lain.
"Sebaiknya penggunaan 'gadget' apalagi 'game' dibatasi. Boleh di akhir pekan. Itu pun dibatasi satu hingga dua jam. 'Game' bisa menimbulkan adiksi terhadap anak," tuturnya.
Ika menyarankan orangtua untuk lebih banyak mengajak anak bermain atau berjalan-jalan bersama di hari libur. Liburan yang menyenangkan bersama keluarga justru lebih bermanfaat bagi perkembangan kejiwaan anak.
Menurut Ika, liburan keluarga juga bisa mengurangi depresi yang disebabkan tekanan dan kejenuhan di tempat kerja dan di sekolah.
Depresi muncul karena seseorang kekurangan hormon serotonin yang dipercaya sebagai pemberi perasaan nyaman dan senang. Hormon serotonin bisa kembali, salah satunya melalui istirahat dan liburan.
"Bagaimana liburan berkualitas yang ideal? Tergantung minat yang bersangkutan. Ada yang senang ke pantai, gunung, bahkan hanya ke mal saja," ujarnya.k
"Menurut penelitian di Amerika Serikat, anak yang terbiasa dengan layar sejak dini, agresivitasnya lebih tinggi tetapi perhatian terhadap sekitarnya kurang," kata Ika Widyawati di Jakarta, Jumat (26/12/2014).
Karena itulah, kata Ika, saat ini cukup banyak ditemui anak-anak yang lebih agresif. Terdapat cukup banyak kasus kekerasan yang melibatkan anak, baik sebagai korban maupun pelaku.
Hal itu salah satunya disebabkan pola asuh orangtua yang sudah memperkenalkan layar kepada anak. Beberapa orangtua membiarkan anaknya menonton televisi atau bermain gadget supaya tidak rewel di saat mereka mengerjakan pekerjaan lain.
"Sebaiknya penggunaan 'gadget' apalagi 'game' dibatasi. Boleh di akhir pekan. Itu pun dibatasi satu hingga dua jam. 'Game' bisa menimbulkan adiksi terhadap anak," tuturnya.
Ika menyarankan orangtua untuk lebih banyak mengajak anak bermain atau berjalan-jalan bersama di hari libur. Liburan yang menyenangkan bersama keluarga justru lebih bermanfaat bagi perkembangan kejiwaan anak.
Menurut Ika, liburan keluarga juga bisa mengurangi depresi yang disebabkan tekanan dan kejenuhan di tempat kerja dan di sekolah.
Depresi muncul karena seseorang kekurangan hormon serotonin yang dipercaya sebagai pemberi perasaan nyaman dan senang. Hormon serotonin bisa kembali, salah satunya melalui istirahat dan liburan.
"Bagaimana liburan berkualitas yang ideal? Tergantung minat yang bersangkutan. Ada yang senang ke pantai, gunung, bahkan hanya ke mal saja," ujarnya.k
Tidak ada komentar:
Posting Komentar