Sepandai-pandai tupai melompat, akhirnya jatuh juga. Peribahasa itu langsung terlintas di ingatan ketika mendengar berita soal nasib tragis yang dialami Andrey R, seorang remaja berusia 17 tahun asal Rusia.
Dia jatuh dari ketinggian, tepatnya dari sebuah gedung berlantai 9, ketika hendak berfoto untuk diunggah ke Instagram.
Laporan PetaPixel yang dirangkum Selasa (6/10/2015), menunjukkan bahwa Andrey memang dikenal gemar melakukan fotografi "rooftopping" alias kegiatan mengambil foto mendebarkan di tempat-tempat tinggi yang bisa membuat dengkul lemas.
Akun Instagramnya dipenuhi rangkaian gambar yang diambil di ketinggian, berupa atap gedung atau struktur lain yang menjulang tinggi di atas tanah. Foto-foto yang diunggah Andrey cukup banyak mendapatkan likedari para Instagramers.
Anak-anak muda di Rusia memang gemar melakukanrooftopping, tanpa alat pengaman yang memadai pula. Andrey sendiri dikenal biasa mendaki gedung di kota asalnya, Vologda, sekitar 450 km di utara Moskwa.
Sewaktu terjatuh pun, Andrey sedang berupaya menjepret foto di ketinggian dengan cara baru. Dia memasang tali tambang di tubuhnya dan berpura-pura terjun untuk mendapat foto yang dramatis.
Sayang, tali terputus dan tubuh Andrey meluncur deras menghantam tanah. Dia meninggal dua jam kemudian setelah sempat dilarikan ke rumah sakit.
Kegiatan selfie dalam situasi berbahaya seperti yang dilakukan Andrey belakangan menjadi sorotan karena banyak memakan korban jiwa.
Bahkan, sebuah statistikmenunjukkan bahwa selfie lebih banyak menimbulkan kematian dibanding serangan ikan hiu.
Selain kasus Andrey, misalnya, pada tahun ini seorang turis Jepang dilaporkan tewas setelah mencoba selfie di monumen Taj Mahal, India. Ada juga seorang pria di Spanyol yang meninggal gara-gara mencoba berfoto narsis di depan seekor banteng yang mengamuk.
Di Rusia, persoalan selfie yang berbahaya ini sudah demikian menarik perhatian sehingga pihak pemerintah berinisiatif menyebar brosur mengenai panduan selfie yang aman.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar