Salat berjamaah kali ini dirasa lebih lambat. Para sahabat mengira Nabi Muhammad mengalami kendala dalam menggerakkan tubuh dari satu rukun ke rukun lainnya. Bukan hanya itu, bunyi serupa linunya sendi sesekali terdengar. Sahabat risau, rupa-rupanya sang baginda sedang butuh istirahat.
Usai jemaah, Umar bin Khatab memberanikan diri bertanya kepada Nabi. "Ya Rasul, kami melihat seolah-olah engkau menanggung penderitaan yang amat berat. Sakitkah, Ya Rasulullah?,”
“Tidak, ya Umar," jawab Nabi. "Alhamdulillah, aku sehat dan segar,”
“Ya Rasulullah, mengapa setiap kali engkau menggerakan tubuh, kami mendengar seolah-olah sendi bergesekan? Kami yakin, engkau sedang sakit,” desak Umar.
Rasulullah SAW tersenyum, lalu mengangkat jubahnya. Para sahabat terkejut, perut Nabi yang tipis terlihat dililit sehelai kain yang berisi batu kerikil guna menahan rasa lapar.
“Ya Rasulullah, adakah bila engkau mengatakan lapar dan tidak punya makanan kami tidak akan mendapatkannya buat engkau?,” kata Umar.
Namun Nabi tetap tersenyum ramah, “Tidak, sahabatku. Aku tahu, apapun akan engkau korbankan demi Rasulmu. Namun apakah akan aku jawab di hadapan Allah nanti bahwa aku, sebagai pemimpin, menjadi beban kepada umatnya?.
Biarlah kelaparan ini sebagai hadiah Allah buatku, sabda Nabi, agar kelak tidak ada lagi yang kelaparan di dunia ini, lebih lebih lagi tiada yang kelaparan di akhirat nanti.m
Tidak ada komentar:
Posting Komentar