Ni Luh Made Pertiwi F | I Made Asdhiana | Senin, 2 Mei 2011 | 11:14 WIB
KOMPAS IMAGES/BANAR FIL ARDHIPemandangan di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta.
Foto:
TERKAIT:
JAKARTA, KOMPAS.com — Wisatawan asal Asia Tengah dan Asia Selatan mengaku takjub saat melihat Jakarta. Mereka adalah para biro perjalanan wisata dan penulis wisata yang ikut program fam tripdari Kementerian Luar Negeri.
"Fam trip ini program tahunan dari Direktorat Asia Tengah dan Selatan Kementerian Luar Negeri. Ini kerja sama dengan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, dan pihak terkait seperti pelaku pariwisata, salah satunya Ancol," tutur Deputy Director Directorate of South and Central Asian Affairs Kemlu Intiar Dekrit Bakhtiar kepadaKompas.com di Ancol Taman Impian, Jakarta, Sabtu (30/4/2011).
Peserta fam trip berasal dari Pakistan, India, Iran, Sri Lanka, Azerbaijan, Kazakhstan, dan Uzbekistan. Mereka berada di Indonesia selama delapan hari. Pada program tahun ini, mereka mengunjungi Makassar, Sulawesi Selatan, dan Jakarta. Salah satu obyek wisata yang dikunjungi adalah Ancol Taman Impian.
Initiar berharap rombongan tersebut dapat mempromosikan wisata Indonesia. "Kami juga mencoba supaya mereka bisa investasi di pariwisata," tutur Initiar. Mereka mengunjungi beberapa tempat wisata di Sulawesi Selatan dan Jakarta.
"Paling yang bisa dijual adalah wisata bahari dan wisata belanja. Tetapi kalau Pakistan dan India, mereka bikinnya paket wisata yang murah, walaupun India itu sebenarnya banyak yang kaya," kata Initiar. Bahkan, lanjutnya, negara-negara di Asia Tengah, walaupun negara baru, penduduknya kaya.
"Mereka tipikalnya kalau pernikahan, pengantin carter pesawat dan bawa keluarganya pelesir ke luar negeri. Kayanya luar biasa," ungkapnya. Karena itu, perwakilan Indonesia di kawasan Asia Tengah pun ditambah. Awalnya, negara-negara tersebut dirangkap di Uzbekistan.
"Kita juga berharap pertumbuhan turis makin bagus dengan adanya tambahan perwakilan. Sebelumnya, mereka harus ke Uzbekistan. Lalu kami proaktif, setiap 100 permohonan, kami kirim petugas ke negara itu. Ada peningkatan yang tadinya permohonan visa sejumlah 1.000 turis naik jadi 3.000 turis," ujarnya.
Namun, yang menjadi kendala adalah tidak adanya penerbangan langsung ke Indonesia. Sebagian besar harus transit terlebih dahulu di Malaysia. Walau begitu, Indonesia berpotensi besar menjadi destinasi wisata negara-negara tersebut.
"Pada umumnya mereka anggap Indonesia seperti negara terbelakang. Kita tenggelam dengan citra Malaysia. Seolah kita terbelakang banget. Pas masuk ke Jakarta, mereka lihat gedung-gedung tinggi. Mereka malah menganggap Indonesia lebih modern dari Malaysia," ungkap Initiar.
Salah satu peserta fam trip asal Iran bernama Abdullah menuturkan bahwa Indonesia berpotensi besar menjadi destinasi wisata orang Iran. "Orang Iran sudah mulai banyak yang wisata ke luar negeri, tetapi yang ke Indonesia belum banyak. Padahal, pantainya bagus. Obyek wisata di Indonesia masih bisa dikembangkan lebih bagus lagi," katanya.
"Fam trip ini program tahunan dari Direktorat Asia Tengah dan Selatan Kementerian Luar Negeri. Ini kerja sama dengan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, dan pihak terkait seperti pelaku pariwisata, salah satunya Ancol," tutur Deputy Director Directorate of South and Central Asian Affairs Kemlu Intiar Dekrit Bakhtiar kepadaKompas.com di Ancol Taman Impian, Jakarta, Sabtu (30/4/2011).
Peserta fam trip berasal dari Pakistan, India, Iran, Sri Lanka, Azerbaijan, Kazakhstan, dan Uzbekistan. Mereka berada di Indonesia selama delapan hari. Pada program tahun ini, mereka mengunjungi Makassar, Sulawesi Selatan, dan Jakarta. Salah satu obyek wisata yang dikunjungi adalah Ancol Taman Impian.
Initiar berharap rombongan tersebut dapat mempromosikan wisata Indonesia. "Kami juga mencoba supaya mereka bisa investasi di pariwisata," tutur Initiar. Mereka mengunjungi beberapa tempat wisata di Sulawesi Selatan dan Jakarta.
"Paling yang bisa dijual adalah wisata bahari dan wisata belanja. Tetapi kalau Pakistan dan India, mereka bikinnya paket wisata yang murah, walaupun India itu sebenarnya banyak yang kaya," kata Initiar. Bahkan, lanjutnya, negara-negara di Asia Tengah, walaupun negara baru, penduduknya kaya.
"Mereka tipikalnya kalau pernikahan, pengantin carter pesawat dan bawa keluarganya pelesir ke luar negeri. Kayanya luar biasa," ungkapnya. Karena itu, perwakilan Indonesia di kawasan Asia Tengah pun ditambah. Awalnya, negara-negara tersebut dirangkap di Uzbekistan.
"Kita juga berharap pertumbuhan turis makin bagus dengan adanya tambahan perwakilan. Sebelumnya, mereka harus ke Uzbekistan. Lalu kami proaktif, setiap 100 permohonan, kami kirim petugas ke negara itu. Ada peningkatan yang tadinya permohonan visa sejumlah 1.000 turis naik jadi 3.000 turis," ujarnya.
Namun, yang menjadi kendala adalah tidak adanya penerbangan langsung ke Indonesia. Sebagian besar harus transit terlebih dahulu di Malaysia. Walau begitu, Indonesia berpotensi besar menjadi destinasi wisata negara-negara tersebut.
"Pada umumnya mereka anggap Indonesia seperti negara terbelakang. Kita tenggelam dengan citra Malaysia. Seolah kita terbelakang banget. Pas masuk ke Jakarta, mereka lihat gedung-gedung tinggi. Mereka malah menganggap Indonesia lebih modern dari Malaysia," ungkap Initiar.
Salah satu peserta fam trip asal Iran bernama Abdullah menuturkan bahwa Indonesia berpotensi besar menjadi destinasi wisata orang Iran. "Orang Iran sudah mulai banyak yang wisata ke luar negeri, tetapi yang ke Indonesia belum banyak. Padahal, pantainya bagus. Obyek wisata di Indonesia masih bisa dikembangkan lebih bagus lagi," katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar