PEMERHATI dan peneliti budaya Kerinci Iskandar Zakaria menilai, budaya Surau selaku rumah ibadah alternatif umat muslim selain masjid, di kabupaten Kerinci saat ini terus meredup dan nyaris hilang dari kehidupan masyarkat.
“Sekarang budaya memaksimalkan fungsi dan keberadaan surau-surau semakin mengecil bahkan nyaris menghilang, juga di desa-desa yang dulu menjadi pusat penyebaran budaya surau hingga jadi identitas unik mat Islam di Kerinci tersebut,” ungkap budayawan Kerinci Iskandar Zakaria, di Kerinci, Senin.
Dipaparkannya, dulu surau adalah rumah ibadah alternatif yang terdapat di hampir setiap desa, biasanya keberadaa surau selalu di bangun di ujung desa, di tepian sungai.
Fungsinya, jelasnya selain sebagai rumah ibadah alternatif bagi masyarakat setempat, juga sebagai tempat singgah, istirahat dan beribadah para petualang atau musafir pejalan kaki yang zaman dulu sebelum adanya kendaraan sering dilakoni masyarakat Kerinci dalam menambah upayanya pengalaman hidup dan berbagi pengetahuan ke masyarakat di desa lain.
“Selain itu, yang pasti surau itu dimanfaatkan anak-anak dan remaja sebagai tempat mengaji Magrib-Isya yang dilakoni setiap sore. Bangunan surau yang sederhana dan mungil sangat pas jadi tempat bagi penempaan jiwa anak-anak di pedesaan,” terangnya.
Saat ini, keberadaan surau-surau di ujung desa tersebut sudah jarang bisa ditemui lagi, karena banyak yang sudah roboh dan atau telah berubah jadi lahan bangunan perumahan, atau jembatan.
Di sisi lain, pemungsian masjid pun memang semakin maksimal sebagai rumah ibada dan sarana bagi berbagai keperluan umat atau masyarakat, karena itu dengan sendirinya keberadaan surau pun teralfakan tanpa sengaja, seiring semakin dinamisnya gaya hidup masyarakat moderen yang juga telah menjangkit sampai ke desa-desa di Kerinci saat ini.
“Mana ada orang zaman sekarang yang mau jadi musafir berjalan kaki dari desa ke desa sekedar untuk mencari pengalaman hidup atau berdakwah berbagi ilmu ke warga lainnya di desa-desa, ketika jalanan sudah beraspal dan kendaraan sudah banyak tersedia, karena itulah dengan sendirinya surau teralfakan tanpa disengaja dan tanpa disadari,” papar Iskandar.
Kalaupun saat ini masih bisa menemukan surau di desa-desa tertentu namun dipastikan keberadaannya sangatlah menyedihkan karena fisiknya kini hanyalah terlihat seperti bangunan tua yang ditelantarkan, bahkan tidak jarang yang hanya tersisa berupa puing.
“Padahal keberadaan Surau di Kerinci tidaklah sebatas seni arsitektur atau sarana pelengkap, melainkan juga sudah menjadi satu catatan dan ciri budaya masyarakat yang menyatu dengan kehidupan masyarakat yang alamiah dan agraris,” terangnya.(ant)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar