Jakarta - Pemerintah menegaskan saat ini Indonesia membutuhkan banyak pasokan gas bumi. Di saat harga minyak terus naik, Indonesia akan bergantung pada gas bumi.
"Dulu kita produksi minyak pakai gas, minyaknya kita dapat gasnya kita buang, itu namanya flare gas," kata Jero dalam jumpa pers di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (6/2/2013).
Namun, dengan harga gas yang sudah mulai mahal dan mendekati harga keekonomian, saat ini Pemerintah akan mengurangi ekspor gas. Apalagi sumber daya gas Indonesia cukup banyak.
"Banyak menteri dan perusahaan asing minta ke saya untuk ekspor gas Indonesia, namun karena kebutuhan kita makin banyak saya akan kurangi ekspor gas," ucap Jero.
Dikatakan Jero saat ini alokasi untuk dalam negeri akan diperbesar. Seperti PLN, realisasi gasnya sudah mencapai 110%, ini artinya Indonesia akan butuh banyak gas, baik sekarang maupun untuk masa depan.
"Gas untuk domestik seperti gas dari Papua Train 1 dulu 100% diekspor, tahun 2012 kita diberi eks Sempra untuk dalam negeri. Jumlahnya 20 kargo per tahun. Sudah mulai dapat domestik," ucap Jero.
Lalu untuk Train 3 gas dari Tangguh Papua yang akan mulai diproduksi 2018 nanti, berhasil dinegosiasikan untuk diberikan ke domestik sebesar 40 persen.
"Tidak hanya dari Papua, dari Kalimantan seperti dari Mahakam, dari Mahakam seluruh ekses kargo untuk domestik. Ekses kargo untuk kebutuhan dalam negeri. Sebesar 16 kargo. Ada lagi dari ENI Jangkrik yang produksi 2016 untuk dalam negeri 14 kargo, 18 kargo pada 2017-2022 dan pada 2023 7 kargo sampai 2024-2025 4 kargo," ucap Jero.
"Dulu kita produksi minyak pakai gas, minyaknya kita dapat gasnya kita buang, itu namanya flare gas," kata Jero dalam jumpa pers di kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Rabu (6/2/2013).
Namun, dengan harga gas yang sudah mulai mahal dan mendekati harga keekonomian, saat ini Pemerintah akan mengurangi ekspor gas. Apalagi sumber daya gas Indonesia cukup banyak.
"Banyak menteri dan perusahaan asing minta ke saya untuk ekspor gas Indonesia, namun karena kebutuhan kita makin banyak saya akan kurangi ekspor gas," ucap Jero.
Dikatakan Jero saat ini alokasi untuk dalam negeri akan diperbesar. Seperti PLN, realisasi gasnya sudah mencapai 110%, ini artinya Indonesia akan butuh banyak gas, baik sekarang maupun untuk masa depan.
"Gas untuk domestik seperti gas dari Papua Train 1 dulu 100% diekspor, tahun 2012 kita diberi eks Sempra untuk dalam negeri. Jumlahnya 20 kargo per tahun. Sudah mulai dapat domestik," ucap Jero.
Lalu untuk Train 3 gas dari Tangguh Papua yang akan mulai diproduksi 2018 nanti, berhasil dinegosiasikan untuk diberikan ke domestik sebesar 40 persen.
"Tidak hanya dari Papua, dari Kalimantan seperti dari Mahakam, dari Mahakam seluruh ekses kargo untuk domestik. Ekses kargo untuk kebutuhan dalam negeri. Sebesar 16 kargo. Ada lagi dari ENI Jangkrik yang produksi 2016 untuk dalam negeri 14 kargo, 18 kargo pada 2017-2022 dan pada 2023 7 kargo sampai 2024-2025 4 kargo," ucap Jero.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar