Gempa berkekuatan 5,6 Skala Richter (SR) yang mengguncang pesisir barat Sumatera, Kamis (7/2) pukul 05.12 WIB mengejutkan warga. Gempa yang berpusat di 1.51 LS - 100.18 BT, 56 kilometer Barat Daya Pesisir Selatan (Pessel) Sumatera Barat dengan kedalaman 10 kilometer, tidak hanya terasa di Pessel dan Padang, tapi juga Solok, Padang Panjang bahkan Riau.
Guncangan gempa yang cukup kuat itu bertepatan dengan masuknya waktu salat Subuh. Di Pessel, Padang, Solok dan daerah sekitarnya, warga yang sedang tidur berhamburan keluar rumah begitu dengan warga yang telah berada di masjid juga beranjak keluar masjid. Sebagian warga juga ada yang bertahan di dalam rumah. Karena gempa hanya tiga detik, warga pun tak keluar. Sebagian warga juga ada yang terlelap dan paginya mengaku tak tahu adanya gempa.
“Meski hanya terjadi beberapa detik, namun sempat membuat warga panik hingga berhamburan keluar rumah,” kata Indra, salah seorang warga Cupak, Kabupaten Solok.
Haris Prima (26), warga Padang Baru, tidak panik ketika gempa terjadi. Dia mengaku sudah terbiasa dengan gempa. Biasanya setelah terjadi goncangan gempa, dia mencari tahu dimana pusat terjadinya gempa. Jika sudah dapat informasi, dan menginfokan pula ke rekan-rekan yang lain, dia kembali ke rutinitas biasa. Hanya jika gempa besar, dan ada aba-aba ancaman tsunami yang membuatnya lari menyelamatkan diri.
Supriyanto, Manager Program Mercy Corps Indonesia mengkhawatirkan masyarakat lengah, karena saking terbiasanya dengan gempa.
Sebagian warga Provinsi Riau juga dikagetkan dengan guncangan gempa. Beberapa warga Kota Pekanbaru-Riau juga merasakan hal yang sama. Ketika merasa gempa, mereka sangat yakin jika gempa tersebut berpusat di Sumbar.
Gempa ini memang dirasakan di seluruh daerah di Sumbar. Untuk Kota Padang dirasakan hingga skala IV MMI, Painan, Padangpanjang dan Pariaman dirasakan hingga skala III MMI, sementara untuk daerah lainnya juga dirasakan antara II hingga III MMI.
Dua Gunung Kepulkan Asap Hitam
Sementara itu, setelah guncangan gempa yang terjadi kemarin, aktifitas Gunung Talang di Solok dan Gunung Marapi di Tanah Datar dan Agam mengalami peningkatan. Seperti yang dikatakan oleh Pengamat Gunung Talang, Daliva Marjusi. “Pengaruh gempa berdampak pada aktifitas gunung talang, dalam waktu 1 jam saja, gunung talang sempat mengeluarkan letusan asap berwarna kecoklatan hampir setinggi 500 meter lebih,” katanya.
Hingga berita ini diturunkan, kondisi ini masih terus terjadi, gempa susulan dari letusan dangkal gunung talang masih terus terjadi. Meski demikian, lanjutnya, status gunung api tersebut masih dalam level waspada dan masih belum ditingkatkan ke level yang lebih tingi. Hingga berita ini diturunkan, aktifitas masyarakat di Kabupaten Solok sudah mulai berjalan normal.
Meski kepulan asap itu muncul setelah beberapa menit terjadinya gempa, namun Warseno, selaku Petugas Pos Pengamatan Marapi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Bukittinggi, belum bisa memastikan apakah kepulan asap gunung itu merupakan dampak dari gempa di Pessel.
Warseno menjelaskan, selama Januari 2013, aktivitas Gunung Marapi masih stabil dengan 24 kali aktivitas, diantaranya 6 kali gempa vulkanik dangkal (vb), 9 kali gempa vulkanik dalam (va), 3 kali letusan, 1 kali hembusan dan 6 kali gempa tremor.
Sedangkan aktivitas Marapi selama Pebruari 2013 per-6 Pebruari 2013, telah terjadi 11 kali aktivitas, diantaranya 4 kali gempa vulkanologi dangkal, 1 kali gempa vulkanologi dalam dan 6 kali gempa tremor. Selama enam hari Pebruari 2013 itu, belum terjadi letusan dan hembusan di Gunung Marapi.
Sementara itu Koordinator Pusat Data Logistik dan Operasional (Pusdalops) BPBD Sumbar, Ade Edward mendapat laporan dari pengamat Gunung Talang, bahwa letusan terjadi setelah gempa di Pessel. Letusan gunung setinggi 2.597 mdpl itu, juga memicu ratusan gempa tektonik. Data BMKG menyebutkan terjadi 635 kali gempa tektonik jarak jauh dan dekat serta gempa tremor.
Pakar Kegempaan, Badrul Mustafa Kemal mengatakan letusan Gunung Talang tidak ada hubungannya dengan gempa yang terjadi pagi kemarin. “Itu terjadi secara kebetulan saja. Sebab patahannya berbeda. Karena gunung tersebut aktif ya bisa meletus kapan saja,” katanya ketika dimintai pendapat.
Badrul mengingatkan, gempa yang terjadi di Pessel tersebut berasal dari patahan selat Mentawai yang berupa patahan mendatar dan tidak menyebabkan tsunami. Patahan itu katanya tidak berhubungan sama sekali dengan meletusnya gunung api di Kabupaten Solok.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar