TRIBUNNEWS.COM/WAHYU AJIRumah Sakit Harapan Bunda, Pasar Rebo, Jakarta Timur, saat memberikan penjelasan terkait kasus Edwin Sihombing (2,5 bulan) yang jarinya diduga digunting dokter rumah sakit tersebut.
Pagi itu, Minggu, 31 Maret 2013, adalah hari raya Paskah. Namun, tak tampak kegembiraan di hati pasangan suami istri muda, Gonti Laurel Sihombing (34) dan Romauli Manurung (28). Sudah sekitar sebulan lamanya, Edwin Timothy Sihombing (2,5 bulan), bayi mungil keduanya, dirawat di Rumah Sakit Harapan Bunda karena jari telunjuk kanan bengkak dan bernanah.
Pagi itu, Minggu, 31 Maret 2013, adalah hari raya Paskah. Namun, tak tampak kegembiraan di hati pasangan suami istri muda, Gonti Laurel Sihombing (34) dan Romauli Manurung (28). Sudah sekitar sebulan lamanya, Edwin Timothy Sihombing (2,5 bulan), bayi mungil keduanya, dirawat di Rumah Sakit Harapan Bunda karena jari telunjuk kanan bengkak dan bernanah.
Kala itu, Romauli menjaga Edwin berdua saja dengan adiknya karena sang suami pergi ke gereja. Sekitar pukul 07.00 WIB, Romauli terbangun. Seorang dokter ahli bedah tulang dan dua orang suster datang ke ruang perawatan sang bayi. Ia mengira kedatangan dokter yang dikenalnya bernama dokter Zainal Abidin tersebut hendak melakukan pemeriksaan rutin telunjuk bayinya.
"Oh, silakan dok," ujar Romauli sambil bangun dan menggeser tempat tidur kecilnya agar sang dokter bisa mendekat ke tempat tidur Edwin.
Romauli kemudian bergegas menuju wastafel dan membasuh mukanya. "Ambil gunting sus," ujar sang dokter sependengaran Romauli. Wanita yang bekerja sebagai konsultan nutrisi di salah satu perusahaan swasta di Jakarta tersebut mendekati sang dokter dan suster yang dilihat tengah membuka perban jari telunjuk bayinya. Keanehan mulai dirasakan Romauli. Kedua tangan dokter dengan lihai membuka balutan perban jari telunjuk sang bayi. Sementara seorang suster menaruh mangkuk kecil di bawah tangan bayinya.
"Kemudian lukanya disiram pakai antiseptik. Dia ambil guntingnya. Saya pikir untuk menggunting kulit mati di sekitarnya, tapi enggak. Hampir dua ruas tangan anak saya digunting," kenangnya.
Darah segar yang keluar dari telunjuk bersamaan jeritan putra pertamanya itu membuat dengkul dan jantung Romauli serasa mau copot. Air mata pun tak terbendung di matanya. Kekalutan hati Romauli tak mampu menggerakkan tangan untuk mendokumentasikan proses perawatan Edwin seperti hari-hari biasanya. Romauli menjerit.
"Dia langsung cepat-cepat membalutnya lagi pakai perban. Saya sudah menangis di sana, enggak kuat lagi saya melihatnya. Saya langsung telepon suami saya, memberitahu," kenang Romauli.
Pertanyaan alasan pengguntingan itu sempat dilontarkannya kepada sang dokter yang dikenal sebagai dokter berpengalaman tersebut. Namun, sang dokter menenangkan Romauli. Menurut si dokter, itu tidaklah mengkhawatirkan. Bagian jari yang dipotongnya adalah jaringan yang telah mati hingga harus dibuang agar jaringan baru muncul.
Berawal dari bengkak dan nanah
Insiden yang diduga pengguntingan itu berawal dari 20 Februari 2013 silam. Edwin yang kala itu berusia 28 hari masuk RS Harapan Bunda atas keluhan flu dan demam. Sebagai pemegang garis keturunan di adat Batak, Gonti mengaku ingin memberikan yang terbaik bagi sang bayi meski hanya mengalami sakit kecil pada umumnya.
Di Instalasi Gawat Darurat RS Harapan Bunda, sang bayi diberi penanganan pertama, mulai dari pemasukan obat antikejang melalui dubur, alat bantu pernapasan, hingga pemasangan cairan infus. Edwin kemudian dipindah ke Emergency Room khusus anak-anak. Namun, kegusaran mulai melanda orangtua beberapa hari kemudian.
"Tanggal 22 Februari 2013 saya lihat jari telunjuk anak saya bengkak. Setelah saya buka perbannya, ternyata bengkaknya parah, bahkan sudah sampai keluar air," ujar Gonti saat ditemui wartawan, Selasa (9/4/2013) malam.
Tanggal 23 Februari 2013, keluhan atas kondisi itu disampaikan orangtua ke pihak rumah sakit. Namun, rumah sakit malah menyuruh Edwin diperiksa sarafnya di RSUD Pasar Rebo. Itu pun tak terbukti Edwin mengalami gangguan saraf. Edwin terbukti sehat secara umumnya. Sejak saat itu, penyakitnya beralih dari hanya sekadar flu dan demam menjadi infeksi telunjuk.
Tanggal 2 Maret 2013, orangtua Edwin datang ke rumah sakit untuk meminta tanggung jawab dari manajemen terhadap kondisi jari Edwin yang kian memprihatinkan. Direksi rumah sakit yang ditemuinya pun mengakui melakukan kesalahan meski, kepada Gonti, para petinggi menolak jika kasus itu dikatakan malapraktik. Edwin dirawat dan diobati lagi di RS Harapan Bunda bebas dari biaya dengan janji kesembuhan oleh para dokter.
Bukan digunting, lepas sendiri
Setelah sempat bungkam, pihak RS Harapan Bunda membantah bahwa salah satu dokternya menggunting telunjuk kanan Edwin. Pihak rumah sakit mengatakan, jaringan ujung telunjuk Edwin telah mati dan terlepas dengan sendirinya sehingga harus diambil dokter.
"Tidak ada pemotongan jari, yang benar yaitu jaringan mati sudah terlepas dengan sendiri di dalam kasa sehingga perlu diambil," ujar Dian Kristiana, Marketing dan Humas RS Harapan Bunda, di kantornya, Kamis (11/4/2013) siang.
Adapun soal pembengkakan di jari Edwin, rumah sakit berkilah hal itu terjadi lantaran orangtua tak kooperatif. Rumah sakit menilai orangtua lalai terhadap rekomendasi rumah sakit untuk segera memindahkan Edwin ke dokter spesialis bedah anak, tetapi tak dilakukan.
Kini, Edwin masih dirawat di Lantai III RS Harapan Bunda. Kondisinya telah stabil meski dia lebih gelisah dari biasanya. Orangtua tengah berjuang agar Edwin bisa sembuh dan pihak rumah sakit bertanggung jawab atas kesembuhan sang bayi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar