Saluang dan dendang Pauh, dua seni tradisi Minangkabau yang telah langka dan nyaris punah. Sebagai bagian dari usaha untuk mengantisipasi kesenian tersebut benar-benar tidak punah, hari ini pertunjukan khas kota Padang tersebut akan digelar di Sanggar Nan Jombang, Rimbo Tarok, Kelurahan Gunung Sarik, kecamatan Kuranji, Padang.
Pagelaran dua seni tradisi itu dilakukan dalam Festival Nan Jombang Tanggal 3 yang diadakan setiap tanggal tiga. Festival Nan Jombang Tanggal 3 sendiri, dikesankan untuk membuka lebih luas ruang-ruang ekspresi bagi kesenian, terutama seni tradisi Minangkabau, dan juga mengakomodasi pemikiran kebudayaan yang terus berkembang.
Penampilan saluang dan dendang Pauh dalam Festival Nan Jombang Tanggal 3 akan dibawakan tiga seniman tradisi dari Nagari Pauh Limo di Kecamatan Pauh, Padang, yakni Syamsudin, Zamris, dan Pono.
Menurut Direktur Program Festival Nan Jombang Tanggal 3 Nasrul Azwar, kendati Nagari Pauh Limo juga memiliki seni tradisi lainnya, seperti silek Pauh, tari kain Pauh, pencak Padang, dan pencak darek, namun seni tradisi saluang dan dendang Pauh sudah sangat terkenal, malah telah jadi ikon Nagari Pauh Limo. “Saluang dan dendang Pauh sangat beda dengan saluang dan dendang yang berasal dari “darek”,” ujarnya.
Dari penelusuran pustaka dan lapangan, jelas Nasrul Azwar, pelaku seni tradisi ini, makin menyusut. Hingga hari ini, pelaku dan penggiat seni tradisi saluang dan dendang Pauh berjumlah tak lebih sepuluh orang, malah besar kemungkinan hanya lima-enam orang saja yang masih bertahan. Maka, tak heran, seni tradisi saluang jo dendang Pauh yang kaya dengan nilai-nilai budaya, norma sosial, dan adat ini, terancam punah, dan lenyap dari tanah Nagari Pauh Limo ini.
“Sebenarnya pula, ancaman kepunahan itu, bukan semata dialami seni tradisi Minang saluang dan dendang Pauh saja, puluhan dan malah ratusan jumlahnya seni tradisi Minang yang pernah tumbuh subur di nagari-nagari di Minangkabau, bernasib serupa, nyaris punah,” katanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar