DERITA BOCAH MISKIN ASAL PAYAKUMBUH — (Muhammad Bayu Vesky, Wartawan Muda) — Ibu, baa dek jongkok Fatwa pipis, Bu? (Ibu, kenapa Fatwa jongkok setiap kali pipis?),” sejak pandai bicara, pertanyaan itu sudah berpuluh kali disampaikan Fatwa Pujangga, kepada Nova Sri Kurnia (33), ibunya.
Senin (27/5) siang, bungsu dua bersaudara ini juga melontarkan pertanyaan yang sama kepada ayah kandungnya, Syafri Damri (37). Lantas, kalimat tersebut nyaris tidak bersahut. Pasangan suami istri ini, saling menatap satu sama lain. Lalu, air mata Nova tiba-tiba jatuh. Bagi Nova, pertanyaan anak yang ia lahirkan tiga tahun silam itu ibarat gemuruh di siang hari.
“Indak ba-a do nak. Fatwa dek alun sunat, mah. (Tidak kenapa-napa, Nak. Karena Fatwa belum sunat),” kilah Nova dengan suara terbata-bata.
Dia berusaha menyurukkan rasa perih dalam-dalam. Nova sadar, jika anaknya sudah mulai besar. Sebentar lagi, sang anak akan tahu, jika dirinya punya dua kelamin berbeda, alias ambiguous genitalia.
Kepada Singgalang Senin (27/5), Nova mengaku penyakit kelamin ganda tersebut, diderita anaknya sejak dilahirkan secara prematur pada 2010. Awalnya, Nova meyakini kelamin ganda yang dimiliki anaknya, sebagai tanda kelebihan daging. “Namun, lama-kelamaan, semakin jelas dan seperti sekarang, anak saya punya dua kelamin,” ujarnya lirih.
“Indak ba-a do nak. Fatwa dek alun sunat, mah. (Tidak kenapa-napa, Nak. Karena Fatwa belum sunat),” kilah Nova dengan suara terbata-bata.
Dia berusaha menyurukkan rasa perih dalam-dalam. Nova sadar, jika anaknya sudah mulai besar. Sebentar lagi, sang anak akan tahu, jika dirinya punya dua kelamin berbeda, alias ambiguous genitalia.
Kepada Singgalang Senin (27/5), Nova mengaku penyakit kelamin ganda tersebut, diderita anaknya sejak dilahirkan secara prematur pada 2010. Awalnya, Nova meyakini kelamin ganda yang dimiliki anaknya, sebagai tanda kelebihan daging. “Namun, lama-kelamaan, semakin jelas dan seperti sekarang, anak saya punya dua kelamin,” ujarnya lirih.
Didampingi sang suami dan anak sulungnya bernama Reza Pahlepi (9) Nova menyebutkan, semenjak lahir, postur wajah Fatwa mirip laki-laki. Begitu juga saat berpakaian, Fatwa selalu memakai celana dan baju bocah laki-laki. Sehingga, di usianya yang ketiga tahun sekarang, Fatwa punya teman sepermainan laki-laki semua. Ada perempuan, tapi hanya satu dua orang saja.
Nah, yang membedakan anaknya dengan bocah lain, hanya saat sang anak buang air kecil. Tidak heran, Fatwa menjadi bahan olok-olokan rekan sebayanya, karena buang air dengan cara jongkok, layaknya seorang perempuan. Biasanya menurut Nova, setelah ditertawakan temannya, Fatwa suka pulang ke rumah lalu menangis terisak-isak.
Hal ini dikhawatirkan akan berdampak terhadap mental dan psikologi sang anak. Namun, Nova dan sang suaminya yang sehari-hari bekerja serabutan, kadang menggarap lahan pertanian tetangga kadang menjadi buruh bangunan, hanya bisa pasrah dengan keadaan tersebut. Tidak ada kalimat yang mampu mereka sampaikan, selain berharap mukjizat Tuhan.
Dapat Jamkesmas
Tangis Nova sedikit mereda, lantaran beberapa waktu lalu, dirinya mendapatkan kartu jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) dari Pemerintah Payakumbuh. Setelah menerima surat persyaratan berobat gratis itu, Nova dan sang suami Syafri Damri memberanikan diri menginjakkan kakinya ke Rumah Sakit Adnan WD Payakumbuh.
Di sana, mereka mengaku melakukan konsultasi dengan petugas medis. Sejumlah dokter menyarankan, agar Fatwa Pujangga segera dioperasi. Takutnya, anak sekecil itu keburu besar. Alih-alih operasi, Nova malah mengaku kebingungan. Dia memikirkan, biaya yang dibutuhkan selama proses operasi berjalan. “Kalau sekadar obat dan operasi, ditanggung Jamkesmas. Namun, biaya sehari-hari, kemana akan dicari?” ujar Nova balik bertanya.
Belum cukup sampai di sana, Nova juga mengakui, proses operasi yang akan dilakukan terhadap anaknya, menurut tim medis akan berlangsung selama empat sampai lima kali. Wanita itu tidak habis pikir, apakah Jamkesmas hanya berlaku untuk satu kali operasi, atau selama-lamanya. “Kata dokter kepada saya, satu kali operasi, akan menelan biaya Rp25 juta,” sambung Nova.
Panik dengan keadaan tersebut, sejak beberapa bulan terakhir, Nova mengadukan nasibnya kepada Hendra Firdaus dan Elfis, aktivis sosial dari LSM Laskar Merah Putih Payakumbuh. Oleh Hendra Firdaus dan Elfis, derita Nova mulai dikurangi. Keluarga miskin tersebut sering dibantu dan dicarikan solusi, agar anak bungsunya segera dioperasi. “Kami akan menggalang dana untuk Fatwa,” kata Elfis, yang siang itu menemani wartawan ke kediaman Nova.
Dia mengaku, sangat prihatin dengan kondisi Fatwa. “Bayangkan saja, keluarga ini tinggal di rumah reot yang tidak jauh dari rumah dinas Walikota Payakumbuh. Saya heran, kenapa Pemko tidak membantu kesenjangan sosial seperti ini. Padahal, pengakuan orang tua anak kepada kami, diduga saat kampanye dulu, walikota terpilih berjanji akan mengobati Fatwa sampai sehat,” demikian Elfis dan Hendra Firdaus.
Fatwa, nasibmu tak seindah nama. Siapa yang mau membantu? (*)
Nah, yang membedakan anaknya dengan bocah lain, hanya saat sang anak buang air kecil. Tidak heran, Fatwa menjadi bahan olok-olokan rekan sebayanya, karena buang air dengan cara jongkok, layaknya seorang perempuan. Biasanya menurut Nova, setelah ditertawakan temannya, Fatwa suka pulang ke rumah lalu menangis terisak-isak.
Hal ini dikhawatirkan akan berdampak terhadap mental dan psikologi sang anak. Namun, Nova dan sang suaminya yang sehari-hari bekerja serabutan, kadang menggarap lahan pertanian tetangga kadang menjadi buruh bangunan, hanya bisa pasrah dengan keadaan tersebut. Tidak ada kalimat yang mampu mereka sampaikan, selain berharap mukjizat Tuhan.
Dapat Jamkesmas
Tangis Nova sedikit mereda, lantaran beberapa waktu lalu, dirinya mendapatkan kartu jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) dari Pemerintah Payakumbuh. Setelah menerima surat persyaratan berobat gratis itu, Nova dan sang suami Syafri Damri memberanikan diri menginjakkan kakinya ke Rumah Sakit Adnan WD Payakumbuh.
Di sana, mereka mengaku melakukan konsultasi dengan petugas medis. Sejumlah dokter menyarankan, agar Fatwa Pujangga segera dioperasi. Takutnya, anak sekecil itu keburu besar. Alih-alih operasi, Nova malah mengaku kebingungan. Dia memikirkan, biaya yang dibutuhkan selama proses operasi berjalan. “Kalau sekadar obat dan operasi, ditanggung Jamkesmas. Namun, biaya sehari-hari, kemana akan dicari?” ujar Nova balik bertanya.
Belum cukup sampai di sana, Nova juga mengakui, proses operasi yang akan dilakukan terhadap anaknya, menurut tim medis akan berlangsung selama empat sampai lima kali. Wanita itu tidak habis pikir, apakah Jamkesmas hanya berlaku untuk satu kali operasi, atau selama-lamanya. “Kata dokter kepada saya, satu kali operasi, akan menelan biaya Rp25 juta,” sambung Nova.
Panik dengan keadaan tersebut, sejak beberapa bulan terakhir, Nova mengadukan nasibnya kepada Hendra Firdaus dan Elfis, aktivis sosial dari LSM Laskar Merah Putih Payakumbuh. Oleh Hendra Firdaus dan Elfis, derita Nova mulai dikurangi. Keluarga miskin tersebut sering dibantu dan dicarikan solusi, agar anak bungsunya segera dioperasi. “Kami akan menggalang dana untuk Fatwa,” kata Elfis, yang siang itu menemani wartawan ke kediaman Nova.
Dia mengaku, sangat prihatin dengan kondisi Fatwa. “Bayangkan saja, keluarga ini tinggal di rumah reot yang tidak jauh dari rumah dinas Walikota Payakumbuh. Saya heran, kenapa Pemko tidak membantu kesenjangan sosial seperti ini. Padahal, pengakuan orang tua anak kepada kami, diduga saat kampanye dulu, walikota terpilih berjanji akan mengobati Fatwa sampai sehat,” demikian Elfis dan Hendra Firdaus.
Fatwa, nasibmu tak seindah nama. Siapa yang mau membantu? (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar