Bukit Barisan merupakan bagian tak terpisahkan dari kebudayaan Minangkabau di Sumatera Barat. Mereka hidup di sela-sela pegunungan itu, besar bersama legenda dan mitos mengenainya.
Ada sejumlah legenda yang berkaitan dengan Bukit Barisan ini. Kisah-kisah ini diceritakan turun-temurun secara lisan, ada juga yang dituliskan dalam tambo yaitu semacam babad di tanah Jawa. Apa saja legenda-legenda itu?
1. Legenda Asal-usul Minangkabau
Tambo Alam Minangkabau menceritakan negeri pertama di Minangkabau adalah Nagari Pariangan yang terletak di kaki Gunung Merapi, salah satu gunung api di Pegunungan Bukit Barisan. Ada banyak versi soal nenek moyang pertama ini.
Salah satu versi tambo adalah, bahwa Nagari ini dibangun oleh Maharaja Diraja, putra dari Iskandar Zulkarnain atau Alexander the Great. Ketika bumi dilanda banjir besar, Maharaja Diraja ini berlayar sampai mendarat di Puncak Gunung Merapi. Saat banjir surut, Maharaja dan pengikutnya kemudian turun mencari daerah bermukim yang kini disebut Nagari Pariangan.
Dari Pariangan inilah, kebudayaan Minangkabau menyebar ke tiga penjuru. Ke sisi barat Gunung Merapi, ada Luhak Agam; ke sisi utara, Luhak 50 Koto dan sisi selatan, Luhak Tanah Datar.
William Marsden menulis dalam "The History of Sumatra" bahwa Sultan Minangkabau mengekalkan tambo itu dengan menyebutkan di surat resminya sebagai "Sultan Minangkabau yang berkedudukan di Pagaruyung, yang merupakan maharaja diraja, keturunan Raja Iskandar Zulkarnain."
Nagari Pariangan kini berstatus cagar budaya. Sebuah lembaga internasional bernama Budget Travel bahkan memasukkan nagari ini sebagai salah satu dari lima desa terindah di dunia. Selain kaya dengan cerita sejarah, Pariangan juga menyajikan kekayaan arsitektur rumah gadang dan keindahan alam.
2. Legenda Orang Pendek
Kisah penampakan Orang Pendek merupakan cerita khas dari Pegunungan Bukit Barisan, mulai dari ujung selatan di Lampung sampai ke ujung utara di Aceh. Ada sejumlah versi cerita mengenai penampakan Orang Pendek ini, namun secara umum menyebutkan mereka berperawakan seperti manusia, namun lebih pendek dan badan berbulu.
Di Aceh, Orang Pendek ini disebut sebagai Suku Mante. Di Melayu (Riau), mereka disebut Orang Lecoh. Di sekitar Gunung Kerinci, mereka disebut Orang Pendek dan Uhang Pandak.
Sejumlah peneliti bahkan memastikan Orang Pendek bukan sekadar legenda. Debbie Martyr, seorang peneliti Inggris, beberapa kali bertemu dengan Orang Pendek ini, memastikan mereka adalah primata yang belum terklasifikasi.
3. Legenda Orang Bunian
Kisah Orang Pendek di atas kerap bercampur baur dengan kisah Orang Bunian. Namun kisah Bunian ini lebih cenderung mitos karena berisi cerita-cerita tentang pemukiman masyarakat di Bukit Barisan. Mitos ini berkisah tentang makhluk yang seperti manusia, juga memiliki pemukiman, teknologi dan lain-lain ketika orang tersasar di tengah hutan di Bukit Barisan.
4. Legenda Bukit Tambun Tulang
Bukit Tambun Tulang ini juga kisah legenda yang bertempat di sekitar jalan yang menghubungkan Kayu Tanam dengan Padang Panjang melintasi Bukit Barisan. Konon dulu kala, terdapat sebuah bukit yang penuh dengan tulang belulang manusia. Kisah ini menceritakan sulitnya orang dari pesisir untuk menuju pusat negeri Minangkabau, karena harus mendaki bukit, kemudian dirampok dan dibunuh di sebuah bukit yang dinamakan "Tambun Tulang". Namun sampai hari ini, belum ada penelitian arkeologi atau sejarah atas mitos ini.
Legenda Bukit Tambun Tulang ini kemudian banyak menjadi inspirasi kisah-kisah fiksi. Penulis Makmur Hendrik misalnya, menjadikan Bukit Tambun Tulang ini sebagai latar belakang novel "Giring-giring Perak". Kemudian Bastion Tito, pernah menulis salah satu seri novel Wiro Sableng berjudul "Banjir Darah di Tambun Tulang".
s
Tidak ada komentar:
Posting Komentar