SANTIAGO DE COMPOSTELA--Masinis kereta maut yang menewaskan 78 penumpang di Santiago de Compostela ternyata sadar kalau ia berbuat salah. Fransisco Jose Garzon, masinis tersebut, mengatakan ia tidak mengurangi kecepatan dari 190 km/jam menjadi 80 km/jam padahal ia tahu sudah ada alarm yang memintanya demikian.
Kereta Alvia Intercity yang mengangkut delapan gerbong, Rabu (24/7) malam itu terus ngebut mendekati tikungan tajam yang menuju terowongan. Hingga akhirnya kereta terguling dan mengakibatkan puluhan tewas dan ratusan luka-luka. Sesaat setelah kecelakaan, rekaman operator gawat darurat membuktikan Garzon menelpon dan mengakui kesalahannya.
"Saya seharusnya melaju di kecepatan 80 km/jam tapi saya justru tetap di 190 km/jam," katanya dalam percakapan telepon yang direkam itu, seperti diberitakan El Pais Sabtu (27/7). "Kasihan para penumpang... Saya harap tidak ada yang tewas," kata Garzon lagi. Foto Reuters memperlihatkan Garzon tidak mengalami cidera parah, hanya kepalanya saja yang berdarah.
Dalam rekonstruksi awal kejadian, Garzon mengonfirmasi memang ada alarm yang berbunyi di kabin masinis. Alarm memperingatkan masinis untuk melambatkan laju kereta. Garzon mengatakan ia mematikan alarm itu dan sudah menerima pesannya. Tapi yang jadi pertanyaan, mengapa Garzon tidak mengerem kereta tersebut. Garzon tidak menjawab hal ini.
Ana (37), penumpang yang selamat, mengatakan merasa ada yang aneh di kereta sesaat sebelum terguling. "Saya tidak pernah merasa secepat itu ketika kereta ingin masuk ke terowongan,\" katanya. David Manso Fernandez, penumpang lainnya, berbicara kalau masinis kereta ngebut sekali. "Dia terlambat mengerem," katanya dari atas tempat tidur rumah sakit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar