PSSI memilih format play off untuk menentukan empat klub terbaik dari klub Liga Prima Indonesia (LPI) yang berhak tampil di kompetisi kasta tertinggi pada musim 2013-14. Keputusan itu dibuat, setelah Exco PSSI mengadakan rapat di Jakarta pada Kamis (3/10/2013).
Sekjen PSSI, Joko Driyono mengatakan, PSSI menjalankan tugas sebagai operator play-off hingga penentuan empat klub terbaik. Ketua Komite Kompetisi, Erwin Dwi Budiawan ditunjuk sebagai penanggung jawab.
“Jadi, Exco sepakat proses unifikasi melalui format play off, kemudian dilanjutkan ke tahapan verifikasi. Penentuan jadwal play-off akan ditentukan PSSI selambat-lambatnya 6 Oktober,” kata Joko ditemui di Kantor PSSI, Jakarta, Kamis (3/10/2013).
Sejumlah 11 klub mengikuti format play off. Sejumlah 10 klub tergabung di dua grup, masing – masing grup berisi lima klub. Dari masing – masing grup diambil tiga klub terbaik, jadi total ada enam klub. Semen Padang tidak mengikuti babak play off, karena mendapatkan wild card.
Joko menjelaskan, penentuan peserta masing-masing grup akan ditentukan, Jumat (4/10) dalam proses drawing. Klub yang punya letak geografis serupa dipastikan akan berada di tempat terpisah.
Stadion Gelora Bumi Kartini di kota Jepara serta Stadion Sultan Agung di kota Bantul dipilih menggelar pertandingan play-off.
“Jadi drawing dikondikan kondisi geografis. Yang berada satu wilayah, tim tidak akan satu grup. Yang penting, couple harus pisah. Mekanismenya besok,” tuturnya.
Hanya 11 klub yang berhak mengikuti LPI format baru, yakni Semen Padang, Pro Duta, Perseman Manokwari, Persiba Bantul, PSM Makassar, PSIR Rembang, Persijap, Persepar Palangkaraya, Persiraja, PSLS Lhokseumawe, Bontang FC.
PSSI sendiri sudah memutuskan untuk mencabut status PT.Liga Prima Indonesia Sportindo (LPIS) sebagai pengelola kompetisi Indonesian Premier League (IPL). Mereka menilai LPIS tidak bekerja sesuai aturan.
Keputusan ini disampaikan oleh Sekjen PSSI, Joko Driyono, usai melakukan pertemuan di Hotel Sultan, Senayan, Jakarta, Rabu (2/10) malam. Dalam pertemuan ini, hadir klub-klub peserta IPL, CEO PT. LPIS Widjajanto, serta tiga anggota Komite Eksekutif PSSI, yaitu Erwin Dwi Budiawan, La Siya, dan Jamal Azis.
Seperti diketahui, sebelum melakukan pertemuan dengan klub-klub peserta IPL dan Widjajanto, PSSI dalam hal ini Komite Eksekutif melakukan rapat kerja di Hotel Sultan, Sabtu (28/9/2013). Dalam rapat kerja tersebut, salah satu agenda yang dibicarakan adalah terkait kinerja PT. LPIS yang dianggap tidak sesuai dengan regulasi.
Berangkat dari situ, Komite Eksekutif menghasilkan tiga keputusan. Yang pertama, bahwa kompetisi Divisi Utama dan IPL tidak diakui. Kedua, terkait unifikasi liga, PSSI akan segera memutuskan tentang opsi proses unifikasi, mengenai format dan sebagainya.
Terakhir, keputusan terkait status PT. LPIS. Komite Eksekutif memutuskan untuk mencabut hak PT. LPIS sebagai pengelola kompetisi IPL. Tetapi, jika PT. LPIS bisa mencabut gugatan ke CAS paling lambat Senin (7/10), maka ada kemungkinan mereka akan kembali mendapat mandat menjalankan IPL.
"Kasus ini sebenarnya sudah diterima CAS, sejak bulan Juni-Juli lalu. Makanya, kita tak ingin ini menjadi sandera. Pernah ada diskusi dengan LPIS dan PSSI untuk mencari jalan keluar pada kasus ini, ditarik atau digugurkan oleh LPIS. Namun, dalam perjalanannya ada hal yang prinsip sekali, sehingga sampai sekarang itu belum konkret," terang Joko.
Untuk itu, PSSI dan LPIS sepakat untuk tidak membawa kasus ini menjadi konsumsi media yang berkepanjangan.
PSSI, lanjut dia, juga ingin mengambil posisi menghormati kasus ini, dan memproteksi intregitas masing-masing supaya apa yang diupayakan LPIS tidak terkesan mendua, dan PSSI juga tidak dikesankan tidak memiliki kewibawaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar