Oleh Nora Azizah
Lewat monolog, mereka ingin mengatakan kalau Muslimah berhijab bukan perempuan tertutup.
Lewat monolog, mereka ingin mengatakan kalau Muslimah berhijab bukan perempuan tertutup.
Monolog saat ini mungkin sudah jarang ditemui. Sebuah pertunjukan seni peran yang berisi dialog seorang diri itu agaknya tak sepopuler seni peran lainnya. Tetapi, sebuah komunitas Muslimah asal Amerika Serikat justru menjadikan monolog sebagai ajang eksistensi mereka.
Komunitas tersebut bernama Hijabi Monologues. Mereka lahir sekitar tujuh tahun lalu di Chicago, Amerika Serikat. Sahar Ishtiaque Ullah bersama kedua rekannya, Zeenat Rahman dan Dan Morrison, merupakan pendiri komunitas tersebut.
Hijabi Monologues lahir secara tak sengaja. Sahar mengatakan, komunitasnya berdiri dalam bentuk pertunjukan monolog karena kisah tentang menutup aurat bagi seorang Muslimah tergolong sulit diterima masyarakat.
“Padahal, umat Muslim di Amerika ada sekitar enam juta orang,” kata Sahar saat ditemui di Pusat Kebudayaan Amerika @america di Pacific Place, Jakarta, beberapa waktu lalu.
Sahar memang mengalami hal demikian. Maka, agar kisah Muslimah Amerika yang berhijab lebih mudah diterima, ia menuliskannya dalam bentuk cerita.
Sahar memang mengalami hal demikian. Maka, agar kisah Muslimah Amerika yang berhijab lebih mudah diterima, ia menuliskannya dalam bentuk cerita.
Tak disangka, penampilannya di Chicago kala itu mengundang banyak respons dari Muslimah setempat. Mereka akhirnya terpicu untuk menggoreskan kisah hijab melalui pena.
Salah satu penulis dan penampil dari Hijabi Monologues adalah Kamilah Pickett. Perempuan asal Atlanta, Georgia, Amerika Serikat, ini tertarik dengan Hijabi Monologues sejak 2009.”Saya kemudian turut menjadi penulis dan performer sejak saat itu” katanya, ditemui di tempat yang sama.
Kamilah yang juga keturunan Afrika ini memiliki banyak kisah mengenai perjuangannya mengenakan hijab. Dia lahir bukan dari keluarga Muslim.
Salah satu penulis dan penampil dari Hijabi Monologues adalah Kamilah Pickett. Perempuan asal Atlanta, Georgia, Amerika Serikat, ini tertarik dengan Hijabi Monologues sejak 2009.”Saya kemudian turut menjadi penulis dan performer sejak saat itu” katanya, ditemui di tempat yang sama.
Kamilah yang juga keturunan Afrika ini memiliki banyak kisah mengenai perjuangannya mengenakan hijab. Dia lahir bukan dari keluarga Muslim.
Adalah sang ibu yang memperkenalkannya pertama kali mengenai Islam, hingga akhirnya dia turut memeluk Islam saat remaja. Kamillah memutuskan berhijab sejak berusia 15 tahun.
Awal terbentuk, komunitas ini hanya bernaung di beberapa negara bagian Amerika. Hingga akhirnya, berkembang ke Eropa, seperti di Irlandia, Belanda, negara Afrika seperti Mesir dan Asia.
Awal terbentuk, komunitas ini hanya bernaung di beberapa negara bagian Amerika. Hingga akhirnya, berkembang ke Eropa, seperti di Irlandia, Belanda, negara Afrika seperti Mesir dan Asia.
Sahar juga tak menyangka komunitasnya mengundang antusiasme. Mereka kerap diundang tampil mengisi seminar dan lokakarya di universitas.
Ketika Hijabi Monlogues pentas di Indonesia. Bangku-bangku di@america penuh dengan hijabers yang penasaran ingin menyaksikan penampilan monolog.
Cerita yang ditulis Sahar, Kamilah, dan beberapa penulis lain dibacakan oleh 10 penampil asal Indonesia. Monolog yang dihadirkan dalam bahasa Inggris tersebut juga mengundang tamu asing.
Hingga kini, Hijabi Monologues selalu menyapa para Muslimah di lamanwww.HijabiMonologues.com untuk berinteraksi. Ribuan Muslimah kerap mampir dan sudah memberikan jempol mereka.
Ketika Hijabi Monlogues pentas di Indonesia. Bangku-bangku di@america penuh dengan hijabers yang penasaran ingin menyaksikan penampilan monolog.
Cerita yang ditulis Sahar, Kamilah, dan beberapa penulis lain dibacakan oleh 10 penampil asal Indonesia. Monolog yang dihadirkan dalam bahasa Inggris tersebut juga mengundang tamu asing.
Hingga kini, Hijabi Monologues selalu menyapa para Muslimah di lamanwww.HijabiMonologues.com untuk berinteraksi. Ribuan Muslimah kerap mampir dan sudah memberikan jempol mereka.
Tidak disangka, komunitas Muslimah ini sudah diakui seluruh dunia sebagai perkumpulan yang mengubah stereotip manusia mengenai Muslimah.
Hijab yang menutup aurat Muslimah dengan sempurna bukan penghalang bersosialisasi. Perempuan yang berhijab bukanlah perempuan tertutup dan tidak mudah bergaul.
“Stereotip itu harus secepatnya diubah,” kata Sahar. Hijab merupakan bentuk takwa seorang Muslimah kepada Allah SWT. Selebihnya, Muslimah hanyalah manusia biasa yang sama seperti perempuan lainnya.
Hijab yang menutup aurat Muslimah dengan sempurna bukan penghalang bersosialisasi. Perempuan yang berhijab bukanlah perempuan tertutup dan tidak mudah bergaul.
“Stereotip itu harus secepatnya diubah,” kata Sahar. Hijab merupakan bentuk takwa seorang Muslimah kepada Allah SWT. Selebihnya, Muslimah hanyalah manusia biasa yang sama seperti perempuan lainnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar