Sekelompok orang dari suku asli Amerika telah berencana untuk kembali ke kampung halaman mereka di Pulau Indian, California, Amerika Serikat (AS). Mereka adalah Suku Wiyot yang saat ini hanya terdiri dari 645 anggota.
Sudah 154 tahun penduduk pribumi Amerika itu meninggalkan tanah leluhurnya, sejak bangsa kulit putih membantai puluhan anggota mereka pada 1860 silam. Setelah pembantaian tersebut, orang-orang Wiyot yang tersisa kemudian dimasukkan ke kamp-kamp konsentrasi yang dikenal sebagai ‘Jouwuchguri’.
Sejak itu, mereka dilarang berbicara dalam bahasa kaum mereka sendiri. Tanah nenek moyang mereka pun kemudian berubah menjadi sebuah lokasi industri galangan kapal yang menghasilkan limbah kimia beracun setiap tahunnya.
“Tak cukup sampai di situ, para arkeolog juga menjarah kuburan di pulau itu untuk mencari tulang-belulang milik suku Wiyot. Lebih dari satu setengah abad, bahasa ibu dan gaya hidup mereka semuanya telah menghilang,” tulis sebuah laporan yang dilansir World Bulletin, Jumat (27/12).
Pada 1958, orang-orang Wiyot dicopot statusnya dari suku mereka oleh pemerintah AS. Ini dilakukan sebagai bagian dari upaya untuk mengasimilasi suku-suku asli yang ada di negara itu. Akan tetapi, status kesukuan tersebut berhasil dikembalikan pada 1990. Sejak itulah, kepala suku Wiyot, Cheryl Seidner, memulai kampanye dan penggalangan dana untuk membeli tanah di Pulau Indian kembali. Pada 2000, tujuan tersebut akhirnya tercapai.
Sayangnya, pulau itu kondisinya sudah sangat menyedihkan karena dijadikan sebagai tempat pembuangan limbah beracun. Suku Wiyot telah mengumpulkan dana hingga 2,8 juta dolar AS selama 13 tahun untuk membiayai pembersihan pulau tersebut. “Syurkurlah, sekarang pulau ini sudah siap untuk kami tempati kembali.
Setelah semuanya berkumpul lagi di kampung halaman, tugas selanjutnya adalah menyusun kembali kepingan-kepingan budaya dan adat-istiadat yang sempat hilang,” kata Seidner.
Salah satu anggota suku, Hernandez mengatakan, banyak adat budaya dan tarian tradisional milik suku Wiyot yang telah dilupakan dari waktu ke waktu. “Karena itulah, kami berusaha mempelajari kembali tarian Yurok untuk tampil di upacara nanti,” ujarnya kepada Aljazeera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar