Gunung Marapi Sumbar kembali mengalami peningkatan aktivitas pada awal 2014 ini. Selama Rabu (8/1) kemarin, dari pukul 07.00 WIB hingga 16.00 WIB Marapi meletus sebanyak 13 kali.
Dari data Pos Pemantauan Gunung Api (PGA) Marapi Sumbar di Belakang Balok Bukittinggi, letusan pertama yang teramati secara visual terjadi sekitar pukul 07.28 WIB dengan melontarkan abu vulkanik berwarna abu pekat dengan ketinggian sekitar 300 meter.
Pada pukul 07.30 WIB letusan kedua, disusul letusan ketiga pukul 08.19 WIB yang sama-sama melontarkan abu vulkanik setinggi 100 meter. Pukul 08.21 WIB Marapi kembali meletus, namun lontaran abu vulkanik melemah, hanya setinggi 50 meter.
Namun pada pukul 09.08 WIB lontaran abu vulkanik meningkat dengan ketinggian sekitar 300 meter, disusul pukul 09.12 WIB yang juga setinggi 300 meter. Pukul 09.14 WIB meletus lagi dengan melontarkan abu vulkanik setinggi 200 meter.
Belum genap satu jam, Marapi kembali meletus pada pukul 10.04 WIB dengan tinggi 100 meter, disusul letusan pukul 10.22 WIB dengan ketinggian 500 meter.
Aktivitas Marapi terus meningkat, dan pukul 11.32 WIB Marapi semburkan abu vulkanik setinggi 600 meter, dan pukul 12.31 WIB setinggi 700 meter. Pukul 13.23 WIB Marapi kembali meletus dengan melontarkan abu vulkanik setinggi 600 meter. Pada pukul 13.27 WIB Marapi kembali meletus setinggi 700 meter.
Letusan Gunung Marapi ini juga membuat sebagian kawasan di Kabupaten Tanah Datar-Sumbar diguyur hujan abu tipis. Namun siraman abu tidak melekat pada tumbuhan dan sayuran pada lahan pertanian warga.
Wanovinato, salah seorang warga Cubadak Kecamatan V Kaum Kabupaten Tanah Datar mengatakan, hujan abu itu diketahuinya sekitar pukul 08.45 WIB.
Ia menceritakan, saat itu dirinya dari rumah bertolak menuju pasar dengan mengendarai sepeda motor yang berjarak sekitar enam kilometer dari rumahnya. Di tengah perjalanan, Ia merasakan perih pada bagian muka, terutama pada bagian pipi.
“Waktu kejadian cuaca mendung dan angin sedikit kencang. Saya tidak menyangka itu adalah hujan abu, karena Gunung Marapi sama sekali tidak telihat karena berkabut itu,” ujar Wanovinato.
Wanovianto baru menyadari terjadinya hujan abu setelah pulang dari pasar dan ketika tiba di rumah, melihat mobilnya yang diparkir di perkarangan rumah telah diselimuti abu vulkanik. “Kalau dari awal saya tahu terjadi hujan abu, pasti saya pakai masker,” pungkasnya.
Sementara itu, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tanah Datar Altri Suandi mengatakan, hujan abu itu melanda dua kecamatan di Kabupaten Tanah Datar, yaitu Kecamatan V Kaum dan Kecamatan Pariangan.
“Rabu pagi sekitar pukul 06.30 WIB kami menerima laporan adanya hujan abu di dua kecamatan di Kabupaten Tanah Datar. Kami telah melakukan peninjauan ke lapangan, Alhamdulillah hingga saat ini hujan abu itu belum membahayakan,” ujar Altri Suandi.
Ia melanjutkan, hujan abu itu belum berdampak besar pada masyarakat. Terpantau hingga Rabu siang, aktivitas masyarakat menurut Altri, terpantau normal.
“Kami juga telah mempersiapkan masker jika dibutuhkan. Ada sekitar 10 ribu masker yang tersedia, dan kami akan distribusikan ke warga jika hujan abu itu terjadi berkepanjangan,” jelas Altri Suandi.
Ia menambahkan, selama tahun 2011, BPBD Tanah Datar telah mendistribusikan sekitar empat ribu masker kepada warga di sekitar kaki Gunung Marapi, dan pada tahun 2012 kembali mendistribusikan sekitar tiga ribu masker.
Meski aktifitas letusan Gunung Marapi mengalami masih tergolong tinggi, namun aktivitas warga di sekitar gunung masih terlihat normal. Tidak ada aktivitas pengungsian, bahkan warga sekitar menganggap letusan itu suatu aktifitas yang lumrah di Marapi.
Petugas PGA Marapi Sumbar, Warseno mengungkapkan, Gunung Marapi Sumbar masih berstatus waspada serta masih berbahaya, karena bisa mengeluarkan gas vulkanik yang berbahaya bagi kehidupan. Menurutnya, ancaman potensi letusan abu lontar material pijar dan pasir juga membuat gunung itu harus dijauhi radius 3 kilometer dari puncak.
Warseno juga menduga, telah terjadi perubahan prilaku atau karakteristik Marapi, jika dilihat dari hasil letusan selama tanggal 7 hingga 8 Januari 2014.
“Biasanya, sekali Marapi meletus siap itu habis. Tapi kali ini, dalam satu kegiatan bisa terjadi tiga kali letusan. Namun kami belum bisa memastikan perubahan prilaku tersebut. Meski demikian, kami telah mengirim data ke Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Bandung untuk memastikan apa yang terjadi,” ujar Warseno.
Dari catatan sejarah, Gunung Marapi pernah melontarkan abu vulkanik hingga ketinggian 3.000 meter pada tahun 1952.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar