Peserta Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat, Jenderal TNI (Purn) Endriartono Sutarto menanggapi kabar ditemukannya tiga alat sadap di rumah dinas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi).
Mantan Panglima TNI (2002-2006) ini menyayangkan terjadinya aksi penyadapan tersebut. Karena, menurut dia, sadap-menyadap tak perlu dilakukan di dalam negeri oleh siapapun, yang memiliki kepentingan apapun dan demi tujuan apapun.
"Kalau dia mau tahu tentang sesuatu, kan tak perlu dengan sadap-menyadap. Kan ada cara yang lebih elegan, dibanding dengan cara sadap-menyadap seperti itu," tegas mantan Kepala Staf Angkatan Darat (KASAD) pada 9 Oktober 2000 - 4 Juni 2002 itu kepadaTribunnews.com, usai acara silaturahmi KSAD dengan Purnawirawan TNI AD di Aula A H Nasution, Markas Besar AD, Jakarta Pusat, Kamis (20/2/2014).
Tetapi, kata dia, hal ini menunjukkan bahwa sekarang ini sadap-menyadap sudah menjadi suatu alat atau langkah ekstrim untuk memenangkan suatu "persaingan".
Seperti halnya sebelum ini Australia menyadap para pejabat Indonesia. Kalau hal itu menjadi satu hal yang mengemuka, dia tambahkan, maka setiap orang perlu mempersiapkan diri untuk mengantisiapasinya.
"Tentu setiap orang harus perlu menyiapkan diri agar hal seperti itu tidak bisa berfungsi dengan baik kalau itu dilakukan masing-masing yang menjadi sasaran," jelasnya.
Namun, terkait siapa yang melakukan di rumah dinas Jokowi, Endriartono tak mau berspekulasi maupun menuding siapapun.
"Karena baru tahu sekarang ini, saya tidak bisa memprediksi secara akurat. Dan saya tidak berani lalu suuzon kepada seseorang," ucapnya.
Sebelumnya diberitakan, Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Tjahjo Kumolo mengatakan, pihaknya menemukan tiga alat sadap di rumah dinas Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi). Menurut Tjahjo, hal ini merupakan indikasi kuat adanya teror yang mengarah pada partainya dari pihak eksternal.
"Di rumah Jokowi kita operasi ada tiga alat penyadap, di tempat tidur, di ruang tamu, dan di tempat makan. Seakan-akan ada semacam teror," kata Tjahjo, di Jakarta Selatan, Kamis (20/2/2014).
Penggeledahan dilakukan di rumah Jokowi beberapa waktu lalu. Semua dilakukan karena partai yang dipimpin oleh Megawati Soekarnoputri ini merasa ada satu kekuatan yang ingin mengganggu sepak terjang PDI Perjuangan pada Pemilu 2014.
Selain di rumah dinas Jokowi, kata Tjahjo, operasi intelijen oleh pihak tertentu juga menyasar kepada Megawati Soekarnoputri. Ia menyebutkan, sampai saat ini Megawati hampir selalu diikuti oleh tim intelijen yang belum diketahui jelas asal-usulnya.
"Bu Mega diikuti intel, pernah tertangkap ada orang masuk rumah Bu Mega dengan alasan mau numpang kencing, kan konyol," ujarnya.
Pada kesempatan sebelumnya, Wakil Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengakui pihaknya mengendus adanya serangan politik yang ditujukan untuk menjatuhkan kredibilitas Jokowi.
Atas dasar itu, seluruh mesin partai berlambang banteng tersebut mulai membuat benteng untuk melindungi Jokowi dari semua serangan lawan politik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar