Cepi Herdiansyah (15), siswa kelas VIII SMP YPI Al Huda, Kota Tasikmalaya asal Nagrog, Kelurahan Linggajaya, Kecamatan Mangkubumi, Kota Tasikmalaya, dipindah sepihak oleh sekolahnya gara-gara salah menyimpan sepatu. Kedua orangtuanya dipanggil pihak sekolah dan langsung diberikan surat pindah.
Menurut Cepi, kejadian berawal saat ia bersama semua murid shalat duha berjemaah di masjid sekolah, Rabu (29/1/2014). Semua siswa diwajibkan sekolah untuk menyimpan sepatu di rak khusus dekat masjid. Sebelum shalat, ia mengaku menyimpan sepatunya di rak sesuai aturan.
"Sesudah shalat, sepatu saya ada yang memindahkan ke tangga masjid. Saya pun dipanggil guru dan sepatu saya ditahan sehari karena dianggap melanggar aturan. Tapi sepatu dipindahkan bukan sama saya," jelas Cepi saat ditemui di rumahnya, Senin (3/2/2014).
Sehari setelah kejadian, orangtua Cepi, Enok (48), mengaku langsung memenuhi panggilan pihak sekolah. Ia pun menanyakan kesalahan anaknya kepada salah seorang guru sekolah setempat. Namun, alasan pihak sekolah dianggap tak masuk akal, anaknya dikeluarkan hanya gara-gara salah menyimpan sepatu.
"Saya tak terima anak saya dikeluarkan dari sekolah gara-gara salah menyimpan sepatu di sekolah," kata Enok sembari wajahnya memerah dan meneteskan air mata di hadapan para wartawan.
Sementara itu, pihak sekolah membantah kalau memindahkan Cepi hanya gara-gara salah menyimpan sepatu di sekolah. Sesuai catatan sekolah, Cepi pun diketahui selalu membolos dari kegiatan ekstrakurikuler yang diadakan sekolah.
"Jadi dipindahkan Cepi ini bukan hanya karena salah menyimpan sepatu, soalnya murid ini juga sering bolos Iqro, salah satu ekstrakurikuler di sekolah ini," kata Aji, salah seorang guru di sekolah tersebut.
Wali kelas Cepi, Wiwin Yulianti, menambahkan, pemindahan muridnya karena bersikap kasar terhadap seorang guru. Malahan, muridnya sempat memukul ketua OSIS di sekolahnya saat mengamuk kepada gurunya akibat sepatunya ditahan di sekolah.
"Ia pun langsung pulang tanpa sepatu waktu itu. Kalau sehari-harinya ia murid yang selalu sekolah setiap harinya. Cuma anaknya emosian saat ada 'tragedi' sepatu. Kalau sebelumnya biasa-biasa saja," ungkap Wiwin.
Sejak keluar dari sekolah itu, Cepi belum melanjutkan lagi sekolahnya. Malah ia sempat trauma melanjutkan sekolah. Sekarang, ia pun terpaksa membantu orangtuanya bekerja sebagai buruh bangunan.
s
Tidak ada komentar:
Posting Komentar