Warga Jorong Talang, Nagari Talang Maua, Kecamatan Mungka, Kabupaten Limapuluh Kota digegerkan dengan masuk dan mengganasnya tiga ekor beruang ke pemukiman warga sejak Selasa (14/4). Sebanyak 70 ekor ayam dimangsa oleh beruang tersebut. Keberadaan hewan buas berukuran besar itu membuat warga takut keluar rumah.
Menurut warga beruang itu datang dari kawasan hutan pada perbukitan yang tak jauh dari lokasi kejadian. Ayam ternak pedaging yang dimangsa beruang tersebut milik Meli Misyuni (30). “Dalam sehari, 70 ekor ayam kami, dimangsanya. Kami takut mengusir beruang itu dan tidak bisa berbuat apa-apa,” kata Meli Misyuni, kemarin.
Agar tidak semua ayamnya dimangsa, Meli pun terpaksa menjual ayam tersebut lebih awal sebelum masa panen. “Ayam terpaksa dijual sebelum waktu panen. Hanya itu jalan satu-satunya, agar kami tak rugi besar,” katanya.
Renti Elsa Betti, warga lainnya yang juga punya kandang ayam yang tak jauh dari lokasi kejadian mengatakan beruang tersebut berjumlah tiga ekor. Ia pun sangat takut, ketika ayam di kandang Meli telah dibongkar, beruang itu akan beralih ke kadang ayamnya. Bahkan dia lebih khawatir lagi, bila beruang itu masuk ke rumah warga. Menurut Renti, beruang itu sama sekali tak takut dengan warga. Begitu dilihat warga, beruang itu tak lari dan terus memakan ayam. “Kami benar-benar takut,” kata renti.
Camat Mungka Ricky Edwar SSos juga mengatakan beruang dewasa tersebut, sudah dua hari terakhir berkeliaran ke pemukiman warga dan mengupak kandang ayam serta memangsa ayam tersebut. “Diperkirakan, beruang masuk kepemukiman warga sekitar pukul 13.00 WIB. Turunnya hewan buas ke pemukiman dapat mengancam keselamatan warga. Kita berusaha mengusirnya dengan upaya seadanya,” kata Edwar.
Meski telah berusaha untuk mengusir, tapi beruang itu bergeming, tetap bertahan di lokasi kejadian. “Warga beramai-ramai mengusir beruang liar tersebut. Tapi beruang itu tetap bertahan dalam kandang ayam. Kita tidak bisa berbuat banyak,” ujar Ricky Edwar.
Setelah memangsa ayam, malam harinya beruang berbulu kecoklatan tersebut langsung menuju hutan perbukitan yang berada tidak jauh dari pemukiman warga. Petugas kepolisian pun langsung bergerak cepat mengikuti jejak hewan pemakan daging tersebut. Namun beruang tersebut hilang di tengah hutan.
Tetapi, keesokan harinya, Rabu (15/4) sekitar pukul 18.00 WIB, beruang berbadan besar tersebut kembali mendatangi pemukiman warga Jorong Talang, Nagari Talang Maua. Warga terkejut dan berlarian, untuk menyelamatkan diri. Warga mengurung diri dan tak berani keluar rumah, terutama anak-anak dan para wanita.
“Kemarin sore, beruang kembali mendatangi pemukiman warga. Disinyalir, hewan buas mulai lapar dan mencari makan ke tempat yang sama sehari sebelumnya. Kandang ayam warga kembali dikupak beruang. Untung kandang sudah dalam keadaan kosong,” kata Iptu Kaspi Darmis, Kapolsek Guguak.
Iptu Kaspi Darmis mengaku pihaknya tak bisa bertindak cepat, seperti menembak hewan tersebut. Karena beruang termasuk hewan dilindungi. “Untuk antisipasi, sebagian warga meminta agar ditembak, tapi kita belum bisa melakukannya. Banyak resiko di samping itu dan ada pertimbangan lain yang harus kami pikirkan,” katanya.
Menurutnya, pihak kepolisian, perangkat nagari, camat serta petugas Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) sudah saling koordinasi untuk menangkap beruang tersebut. “Kita sudah koordinasi dengan pihak terkait untuk menangkapnya. Sampai saat ini, kondisi masih terlihat aman, tetapi kita minta warga agar selalu waspada,” ungkapnya.
Akibat Pembakaran Hutan Riau
Kepala Seksi Konservasi Wilayah 1 Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar M Zaidi mengatakan pihaknya akan datang ke lokasi turunnya beruang hutan ke pemukiman warga di Jorong Talang pada Kamis (17/4) pagi ini.
Menurut Zaidi, masuknya beruang hutan ke pemukiman warga, bisa disebabkan terganggunya habitat hewan tersebut di tengah hutan. Di samping itu, ia juga mendunga, ekosistem makanan beruang tersebut mulai berkurang di hutan. Sehingga terpaksa mencari makan ke pemukiman warga. “Apa menyebab pastinya, belum bisa kita putuskan,” kata M Zaidi.
Zaidi juga menduga, masuknya hewan buas ke pemukiman warga, juga diakibatkan pembakaran hutan yang terjadi beberapa waktu lalu. Pasalnya, Hutan Wilayah 1 BKSDA Sumbar berbatasan langsung dengan Provinsi Riau. Sehingga, hewan-hewan hutan kawasan Riau, pindah ke hutan Sumbar.
BKSDA sudah menerima empat laporan soal masuknya hewan buas ke pemukiman penduduk, sejak empat bulan terakhir di Kabupaten Limapuluh Kota. Dua ekor harimau masuk Nagari Taeh serta Nagari Pangkalan dan dua ekor beruang di Nagari Sungai Naniang dan Nagari Talang Maua. “Beruang ini, laporan yang keempat yang kami terima. Kita menduga, ada hubungannya dengan pembakaran hutan di Riau. Tetapi ini belum bisa kita pastikan,” ungkapnya.
Untuk antisipasi awal terhadap beruang buas tersebut, BKSD berusaha mencari solusi dan upaya terbaik. Seperti mengembalikan beruang ke tengah hutan atau melakukan penangkapan. ”Antisipasi awal, kita berusaha menangkap dan mengembalikannya ke hutan. Dan besok (hari ini-red) rencananya kita akan meledakkan meriam karbit untuk mengusir dan mengembalikan hewan tersebut ke tengah hutan. Tetapi yang paling penting, masyarakat harus selalu waspada,” katanya.
M Zaidi mengimbau masyarakat, agar menjauh apabila melihat hewan tersebut. Paling tidak berada di posisi aman sekitar 100 meter.
Pada bagian lain, Wakil Komandan Polisi Kehutanan Zulmi mengatakan beruang masuk ke kawasan pemukiman penduduk di kawasan Mungka sudah sering terjadi. Itu akibat aktivitas ladang masyarakat sudah menggangu habitat beruang madu tersebut.
Polisi Kehutanan sudah memasang perangkap beruang yang muncul di kawasan ladang penduduk. Jika beruang didapat dalam kondisi baik, maka akan dilepas ke habitat yang lebih baik. “Beruang madu merupakan hewan yang dilindungi. Kami sudah beberapa kali melakukan pengusiran, namun muncul kembali. Karena itu yang perlu kita lakukan saat ini adalah menjaga kelestarian lingkungan sehingga tidak merusak habitat beruang,” ujar Zulmi sembari mengimbau warga tidak berladang terlalu jauh ke dalam hutan, karena bisa menganggu habitat beruang.
Terkait populasi beruang di Limapuluh Kota, Zulmi belum bisa memberikan gambaran karena belum ada survey. Saat ini di Sumatera Barat daerah yang menjadi kawasan habitat beruang adalah Limapuluh Kota, Dharmasraya, Tanah Datar dan Pesisir Selatan.
Wakil Bupati Limapuluh Kota, Asyirwan Yunus juga telah mengintruksikan Dinas Kehutanan Kabupaten Limapuluh Kota mengambil langkah cepat. Agar, nantinya tidak ada warga yang jadi korban.s
Tidak ada komentar:
Posting Komentar